BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Semikonduktor merupakan
bahan dasar pembuatankomponen aktif elektronika seperti dioda,transistor, dan
IC.Semikonduktor juga merupakanbahan yang memiliki kehantaran di antara
konduktordan isolator (10−8- 103(Ωm)−1). Silikon dan
germa-nium, yang termasuk kelompok IV dalam sistem pe-riodik, merupakan
semikonduktor yang paling banyakdigunakan sebagai bahan dasar komponen
elektronika,karena keduanya banyak tersedia di alam. Di sam-ping kedua bahan
itu, juga digunakan bahan semikon-duktor paduan, di antaranya silikon-karbon,
indium-fosfat, serta berbagai senyawa lainnya.Pada umumnya, bahan semikonduktor
peka terhadap suhu, karena itu suhu kerja alat sangat perludiperhatikan.Pembawa
muatan mayoritas di dalam semikonduktor tipe- pdan tipe-n, berturut-turutadalah
lubang(hole) dan elektron.
Sehingga
pembawa muatandi dalam semikonduktor tipe- p bukan
hanya lubangsaja tetapi juga sejumlah kecil elektron. Sebaliknya,di dalam
semikonduktor tipe-n juga terdapat sejumlah kecil lubang sebagai pembawa
muatan. Pem-bawa muatan yang berjumlah besar dinamakan pembawa muatan mayoritas
dan yang berjumlah kecil di-namakan pembawa muatan minoritas karena konsentrasi
lubang dan elektron sama besar. Semikonduktor yang demikian itu dinamakan
semikonduktor intrinsik dan kosentrasi pembawa muatanya dinamakankosentrasi
intrinsik.
1.2
TUJUAN
1. Untuk mengetahui sifat-sifat dari bahan semikonduktor.
2. Untuk mengetahui
hubungan antara suhu dengan hambatan.
3. Untuk mengetahui
karakteristik semikonduktor.
4. Untuk
mengetahui aplikasi semikonduktor dan thermistor.
BAB 2
LANDASAN TEORI
Dalam bab ini
telah kita lihat bahwa susunan semikonduktor serupa dengan susunan isolator kecuali
bahwa dalam semikonduktor celah pita lebih sempit. Celah pita untuk
semikonduktor biasanya berkisar dari 0,2 eV sampai 2,5 eV, sedangkan celah pita
isolator khas seperti intan sekitar 6 eV. Akibatnya, tidak seperti dalam
isolator, semikonduktor menunjukkan hantaran listrik sedang pada temperatur
kamar. Umumnya istilah semikonduktor digunakan untuk segolongan bahan yang
penghantarnya ( konduktivitas ) berada di antara penghantar dan isolator. Pada
temperatur kamar, tahanan penghantar yang baik sekitar 10-6 Ω cm,
sedangkan tahanan semikonduktor berkisar 10-3 sampai 106 Ω cm. Isolator
yang baik, sebaliknya mempunyai tahan sekitar 1012 Ω cm. Disamping
itu semikonduktor memiliki sifat-sifat berikut:
(i)
Semikonduktor murni memiliki koefisien temperatur yang negatif
dengan resistansi tidak seperti logam yang memiliki resistansi dengan koefisien
temperatur positif.
(ii)
Semikunduktor
memberikan daya termolistrik yang tinggi dengan tanda positif atau negatif
relatif terhadap logam bersangkutan.
(iii)
Hubungan (juction) antara semikonduktor jenis p dan
semikonduktor jenis n menunjukkan sifat-sifat penyearahan
(iv)
Semikonduktor bersifat peka cahaya, membangkitkan baik
tegangan foto maupun perubahan resistansi akibat penyinaran cahaya
Unsur-unsur germanium ( Ge )
dan silikon ( Si ) dianggap sebagai semikonduktor dasar. Germanium telah
digunakan untuk hampir semua peralatan benda padat seperti transistor, tetapi
baru-baru ini hampir semua diganti dengan silikon, karena tersedianya silikon
tidak terbatas. Disamping itu, rangkaian terpadu ( IC ) pada elektronik saat
ini dibuat dari silikon.
Disamping
unsur-unsur semikonduktor, masih ada semikonduktor senyawa yang dengan berhasil
digunakan untuk perbuatan peralatan elektronika. Senyawa semikonduktor yang
penting adalah sulfida kadnium ( CdS ), sulfida timah ( PbS ), tellurida timah
(PbTe ), antimonida indium( InSb ), arsenida gallium ( GaAs ), fosfida indium (
InP ) dan sebagainya. Diantara senyawa-senyawa ini, Cds telah digunakan sebagai
pengukuran cahaya; PbS dan PbTe digunakan dalam detektor inframerah. GaAs telag
digunakan dalam pembuatan transistor, laser benda padat dan beberapa peralatan
frekuensi tinggi khusus.
Beberapa
senyawa semikonduktor membentuk campuran ( alloy ) yang mempunyai sifat-sifat
yang penting. Mereka dikenal sebagai semikonduktor alloy. Di antara
semikonduktor alloi, arsenida indium
gallium ( Gax In1-x As ) digunakan sebagai alat-alat
frekuensi tinggi dan alat-alat optik, tellurida kadnium merkuri ( Hg1-x
Cdx Te ) digunakan untuk pembuatan detektor inframerah yang efisien,
dan fosfida arsenida gallium ( GaAsx P1-x ) digunkan
untuk pembuatan dioda pemancar cahaya ( LED ).
Kalau
penghantar semikonduktor terutama hanya ditentukan oleh pembawa yang
dibangkitkan panas, maka semikonduktor ini disebut semikonduktor murni atau
intrisik. Kalau
semikonduktor murni dijaga tetap pada 0oK, pita valensinya terisi
penuh dan pita hantaran sama sekali kosong, karena energi panas dari elektron
sama dengan nol, karena itu pada 0o K semikonduktor murni bersifat
isolator. Sebaliknya, kalau semikonduktor murni dijaga pada temperatur kamar,
beberapa elektron pita valensi memperoleh cukup energi, melompat ke dalam pita
hantaran, dan menjadi bebas. Tempat-tempat kosong yang terbentuk dalam
pitabvalensi dari semikonduktor kalau beberapa elektron pita valensi melompat
ke dalam pita hantaran yang diberi istilah lobang ( hole ). Lobang membawa
muatan yang besarnya sama dengan muatan elektron dan jumlah elektron
terbangkitkan panas selalu sama dengan jumlah lobang. Jadi, ni dan pi
berturut-turut menunjukkan konsentrasi elektron dan lobang, maka ni
= pi. Persamaan ni atau pi dinamakan
konsentrasi pembawa intrinsik.
Elektorn
dalam pita hantaran dan lobang-lobang dalam pita valensi bebas dan bergerak
dalam kristal secara acak akibat energi panas. Tegangan luar yang di berikan ke
semikonduktor digabung dengan gerakan panas acak elektron dan lobang
menghasilkan kecepatan simpangan (
drift ). Kecepatan ini menaikkan aliran arus. Jadi, kalau semikonduktor
dihubungkan kebaterai, arus disusun oleh elektron-elektron bebas dalam pita
hantaran dan lobang-lobang bebas dalam pita valensi. Elektron bergerak menuju
elektroda positif sedangkan lobang-lobang bergerak menuju elektroda negatif
dari baterai. Arus yang disebabkan oleh gerakan kebalikan dari dua pembawa
muatan ini saling menambahkan, karena lobang membawa muatan positif.
Dalam
peristiwa semikonduktor kovalen Ge dan Si, pembangkit elektron dan lobang dan
geraknya dapat dimengerti dengan menganggap susunan kristal.
Germanium
merupakan unsur grup IV dari tabel periodik, sehingga masing-masing atom
mempunyai empat elektron valensi. Elektron-elektron valensi dipegang oleh
ikatan-ikatan kavalen dengan lektron-elektron valensi dari empat atom germanium
berdekatan. Kalau satu elektron valensi menerima energi panas yang cukup maka
elektron tersebut memutuskan ikatan kovalennya dan menjadi bebas. Satu pasangan
elektron lobang dengan demikian muncul. Kalau satu lobang terbentuk, maka
elektron valensi yang berdekatan, yang mempunya energi panas yang cukup dapat
melompat ke dalamlobang tersebut dan terbentuk kembali ikatan. Dalam hal ini,
elektron tersebut membuat lobang pada kedudukan sebelumnya. Hal ini
mengakibatkan gerakan lobang dari kedudukan A ke kedudukan B. Jadi, gerakan
lobang terjadi menurut arah yang berlawanan dengan arah elektron valensi.
Sangat
mungkin bahwa setiap saat beberapa elektron bebass pada waktu bergerak secara
acak di dalam kristal semikonduktor bertemu dengan lobang dan bergabung (
kombinasi ) kembali dengan lobang. Proses
ini dinamakan rekombinasi. Kalau elektron dan lobang bergabung mereka hilang.
Laju rekombinasi secara kasar sebanding dengan hasil kali konsentrasi elektron
dan konsentrasi lobang. Catatan bahwa energi minimum yang diperlukan untuk
pembangkitan pasangan elektron lobang sama dengan energi celah pita. Energi
tersebut biasanya diperoleh dari sumber-sumber panas. Demikian pula, kalau
elektron melompat dari pita hantaran ke dalam pita valensi dan bergabung dengan
lobang. Energi germanium yang dikeluarkan dalam bentuk radiasi elektromagmetis
sekali lagi sama dengan energi celah pita. Frekuensi radiasi elektromagnetis
yang dipancarkan, v, mengikuti hubungan
Eg = h
(2.1 )
di mana Eg
adalah celah pita dan h adalah konstanta Planck. Panjang gelombang radiasi
sama dengan
λ =
=
( 2.2 )
di mana c kecepatan cahaya dalam ruang bebas[1].
Seperti yang telah dibahas
sebelumnya, untuk menjadikan pita valensi bertumpang tindih dengan pita
konduksi di antaranya adalah diperlukan medan. Sebagai contoh: Si mempunyai
celah energi 1 eV ini adalah diperkirakan beda energi antara 2 inti ion yang
terdekat dengan jarak lebih kurang 1 Ao ( 10-10 m ). Maka dari itu, diperlukan gradien medan
lebih kurang 1 V / 10-10 m untuk menggerakkan elektron dari bagian
atas pita valensi ke bagian bawah pita konduksi. Namun gradien sebesar itu
adalah kurang prkatis. Kemungkinan lain untuk keadaan transisi yang tumpang
tibdih kedua pita dapat diperoleh dengan pemanasan. Pada suhu kamar ada jga
beberapa elektron yang melintasi celah energi dan hal ini yang menyebabkan
terjadinya semikonduksi. Pada semi konduktor intrinsik, konduksi tersebut
disebabkan proses intrinsik dari bahan tanpa adanya pengaruh tambahan.
Kristal-ktristal Si dan Ge murni adalah semi onduktor intrinsik.
Elektron-elektron yang dikeluarkan dari bagian teratas pita valensi ke bagian
pita konduksi karena energi termal adalah penyebab konduksi. Banyak elektron
yang terkuat untuk bergerak melintasi celah energi dapat dihitung distribusi
kemungkinan Fermi-Dirac sebagai berikut:
P
(E) = 1/ ( 1 + e ) (E-Ef) / K.T (2.3)
Ef adalah
tingkat fermi
K adalah
konstanta Boltzman sebesar 8,64 . 10-5 eV/oK
E – Ef adalah
sama dengan Eg / 2
Eg adalah
besaran celah energi termal KT pada suhu kamar ( 0,026 eV )
Karena nilai 1 pada penyebut dapat diabaikan, maka
persamaan 2.3 di atas dapat di tulis:
P
(E) = e(-Eg / 2KT ) (2.4)
Pada
suhu 0oC semua elektron berada pada pita valensi. Pada keadaan ini
kemungkinan adanya elektron di daerah 0 > E > Ef adalah 10o0 % atau P ( ε
) = 1; semua keadaan terdapat elektron. Untuk E > Ef >, P ( E ) = 0
kemungkinan adanya elektron di daerah E > Ef adalah 0%, semua kedaan di atas
Ef adalah kosong kalau energi elektron E sama besarnya dengan kemungkinan P( E), maka dapat dtuliskan bahwa energi
banyaknya elektron n yang melaui celah energi adalah:
N
= N e9-Eg/2KT (2.5)
Karena
perpindahan elektron-elektron dari pita valensi, maka pada pita valensi terjadi
lobang di setiap tempat yang ditinggalkan elektron tersebut. Suatu
semikonduktor intrinsik mempunyai lubang yang sama pada pita valensi dan
elektron pada pita konduksi. Pada pemakaian, elektron yang lari ke pita konduksi dari pita valensi,
misalnya karena panas dapat dipercepat menggunakan keadaan kosong yang
memungkinkan pada pita konduksi.
Pada waktu yang sama lubang-lubang pad pita valensi
juga bergerak tetapi berlawanan arah dengan gerakan elektron. Konduktivitas
dari semikonduktor intrinsik tergantung konsentrasi muatan pembawa tersebut yaitu
ne dan nh.
Pada
semikonduktor ekstrinsik, konduksi dapat dilakukan setelah adanya penyuntikan
bahan penambah atau pengotoran dari luar ( extraneous impurities). Proses
penyuntikan bahan tambahan terhadap semikonduktor murni disebut doping.
Penambahan bahan tersebut kepada semikonduktor murni akan meningkatkan
konduktovitas semikonduktor. Suatu kristal silikon yang didoping dengan elemen
kolom 5 oada susunan berkala seperti P, As, atau Sb.
Elektron
dari atom posfor adalah bergerak pada medan listrik dari kristal silikon dan
bukan pada ruang bebas seperti halnya pada atom H. Hal ini membawa akibat
konstanta Plack dielektrik dari kristal pada perhitungan orbital dan radius
orbit elektron menjadi sangat besar yaitu kira 80 Ao dibandingkan
0,5 Ao dari orbit hidrogen. Ini dapat diartikan bahwa elektron ke-5
tersebut bebas dan tingkat energinya berdekatan terhadap pita konduksi.
Eksistansi elektron ke 5 ke dalam pita konduksi lebih cepat terlaksana daripada
eksistansi dari pita valensi kristal Si. Atom P dinamakan mendonorkan
elektronnya pada semikonduktor. Tingkat energi dari elektron ke-5 dinamakan
tingkat ke-5 dinamakan tingkat donor. Semikonduktor yang didonorkan dari
elemen-elemen pada kolom 4 ( mendonorkan muatan negatif ) disebut semikonduktor
tipe-n. Energi yang diperlukan untuk mengeluarkan elektron ke-5 masuk ke dalam
pita konduksi disebut energi ionisasi.
Dibandingkan
dengan celah energi, besarnya energi
ionisasi dari atom pengotor adalah sangat kecil. Pada suhu kamar,
elektron-elektron tingkat donor sudah dikeluarkan dari pita valensi masuk ke
dalam pita konduksi. Kumpulan elektron yang dikeluarkan dari pita valensi pada
proses intrinsik.
Sesuai
dengan hukum gerakan massa, hasil dari banyaknya elektron-elektron pada pita
konduksi dan banyaknya lubang pada pita valensi harus konstan. Kondisi ini
secara akan mengurangi banyaknya lubang pada semikonduktor tipe-n.
Elektron-elektron pada pita konduksi menjadi pembawa muatan mayoritas (
majority charge carries ). Sedangkan proses doping kristal Si dengan elemen-elemen
kolom 3 antara alain : Ga, Al, In, dapat dijelaskan sebagai berikut:
Aluminium mempunyai 3 elektron pada orbit
terluarnya. Sedangkan untuk menyisipkan Si pada kristal ini Al memerlukan
elektron ekstra untuk melengkapkan ikatan sekelilingkanya menjadi tetra hedral
( mengikat 4 atom Si ). Elektron ekstra ini dapat diperoleh dari atom Si yang
terdekat sehingga menimbulkan lubang pada Si. Atom Al dengan elktron dapat
dianggap berputar mengelilingi atom Al.
Pada
suhu 0o, lubang tetap terikat pada atom pengotor. Kalau suhu
dinaikkan, lubang-lubang akan terlepas dari atom-atom pengotor dan menjadi
konduksi. Energi ionisasi untuk sebuah ikatan lubang bebas ke pengotorannya
kira-kira sama dengan energi ionisasi dari elektron-elektron donor pada kristal
yang sama. Tingkat ikatan lubang disebut tingkat akseptor ( aluminium menerima
sebuah elektrin ) dan selalu di atas pita valensi.
Kumpulan
lubang-lubang diusahakan dengan eksistasi termal pada Si yang di doping adalah
jauh lebih besar daripada yang diusahakan dengan eksitasi dari elektron pada
pita konduksi. Menurut hukum gerakan massa, di sini lubang-lubang positif
sebagai pembawa mayoritas muatan. Dengan demikian semikonduktor ekstrinsik
disebut semikonduktor tipe-p. Pada semikonduktor ekstrinsik, banyaknya elektron
pada pita konduksi dan banyaknya lubang pada pita valensi adalah tidak sama
apakah elektron atau yang lubangnya lebih dominan tergantung dari tipe proses
ekstrinsiknya[2].
Pada komponen yang memiliki
tegangan-berrier seperti tersebut di atas, arus mengalir dalam berbagai jalan
tergantung pada polarisasi tegangan yang diberikan. Terdapat elektron-elektron
yang dapat berpindah bebas antara logam dan semikonduktor. Elektron-elektron
yang berada dalam tingkapan energi diatas EF + φm berada
di dalam logam dan elektron dengan tingkapan energi di atas EC + qVD
berada dalam semikonduktor, yang dapat bergerak bebas, sebab tidak ada barrier
yang menghalangi mereka. Dan pula kedua tingkapan energi EF + φm
dan EC + qVD berada di atas EF dengan jarak
yang sama, yaitu φm = EC + qVD – EF.
Maka konsentrasi elektron pada logam dan pada semikonduktor sama.
Sepertinya
yang telah diuraikan dengan statistik Fermi, karena di situ tidak ada perbedaan
konsentrasi, elektron-elektron yang mengalir dari logam ke semikonduktor
mempunyai konsentrasi yang sama dengan arah sebaliknya, maka arus saling
menghapuskan, yang menghasilkan arus nol. Dengan bias yang diberikan,
semikonduktor mempunyai tingkapan energi qV yang lebih tinggi daripada logam.
Akibatnya elektron-elektron pada logam yang dinaikkan dengan φM di
atas EF dapat mencapai atau dapat melompati barrier, seperti yang
terjadi tanpa bias, dan elektron-elektron
dalam semikonduktor yang dapat melompati berrier terletak pada tingkatan Fermi dengan jarak qV. Konsentrasi
elektron dalam logam yang dapat berrier, sebagai berikut:
nM = Nc
e-(Efm + φm – Efm) / kT = Nc e-φm/kT (2.6)
dan ns, yaitu konsentrasi elektron dalam
semikonduktor, diturunkan sebagai berikut:
ns = Nc
e-(Ec +q(Vd – V) – Efs)/ Kt (2.7)
φM > Ec
+ q ( VD – V ) – EFS (2.8)
maka nM < nS, maka
konsentrasi elektron yang dapat melompati barrier lebih besar yang berlaku yang
berada di dalam semikonduktor, dan hasilnya elektron-elektron dengan
konsentrasi (nS – nM) mengalir dari semikonduktor ke
logam, meghasilkan arus dalam arah. Perbedaan konsentrasi elektron itu dapat
diturunkan dari persamaan 2.6 dan 2.7 sebagai berikut
nS – nM
= NC e-φm/kT (eqV/kT – 1) (2.9)
di mana hubungan ; φM = EC –
qVD – EFS.
Dari pembicaraan diatas terbukti bahwa perbedaan elektron naik sebanding dengan
tegangan yang diberikan. Tegangan dalam semikonduktor lebih rendah dengan harga
qV: maka tegangan berrier meningkat dari qVD ke q(VD +
V), berarti didapat berrier lebih tinggi untuk elektron bebas dalam daerah
netral. Konsentrasi elektron dalam logam yang dapatbmelompati barrier diberikan
oleh persamaan 2.6, dengan jalan yang sama yang berada dalam semikonduktor
diberikan seperti di bawah ini:
nS = NC e-{Ec
+ q(Vd + V ) – Efc}/kT
(2.10)
yang berarti nS < nM maka:
nS
– nM = - NC e-φm/kT (e-qV/kT – 1) (2.11)
hasilnya, elektron-elktron dengan konsentrasi (nM – nS)
mengalir dari logam ke semikonduktor, meghasilkan arus sebanyak dari arah
persamaan berlaku untuk harga V yang
cukup besar, maka nS – nM = - nM, yang berarti
konsentrasi elektron yang dapat melompati berrier tidak terpengaruh oleh
tegangan yang diberikan. Sebagai tambahan karena bagian teratas dari barrier
sangat rendah.
Maka dengan tegangan bias,
hanya arus yang sangat kecil sesuai
dengan nM yang merupakan harga tertinggi yang dapat mengalir dengan
bias yang besar, yang merupakan sebaliknya.
Hubungan p-n merupakan
dasar-dasar dari elektronik semikonduktor. Sifat hubungan p-n harus dimengerti
benar, ini penting karena merupakan kunsi agar dapat memahami elektronik
semikonduktor. Hubungan p-n tidak besi dibentuk hanya dengan hubungan semikonduktor tipe p
dan tipe n begitu saja. Akan didapat hubungan p-n bila kita rubah sebagian dari
subtrat kristal menjadi tipe-n dengan menambahkan donor dan bagian yang lain
menjadi tipe-p dengan menambahkan aseptor. Dengan kata lain harus mempunyai
struktur kristal yang kontinu. Ada beberapa cara untuk menghasilkan hubungan
p-n yang mempunyai konsentrasi ketidakmurnian. Donor dan aseptor tidak dapat
berpindah bebas pada temperatur normal. Aseptor membentuk semikonduktor tipe-p
dan donor membentuk tipe-n yang disertai dengan jumlah hole dan elektron itu
merupakan pembawa bebas yang dapat dinaikkan tingkatnya ke jalur konduksi dan
juga dapat dalam jalur valensi. Pembawa-pembawa ini berdifusi ke daerah yang
mempunyai konsentrasi rendah dan berekombinasi satu sama lain. Misalnya karena
hole dalam tipe-p lebih tinggi konsentrasinya daripada hole tipe-n, mereka
berdifusi dari daerah tipe-p ke tipe-n. Proses yang sama terjadi pada elektron.
Tetapi proses ini tidak terjadi terus-menerus. Ambillah misalnya pada hole.
Bila ini meninggalkan tipe-pdan hilang kedaerah tipe-n karena berekombinasi,
sebuah aseptor akan diionisasikan menjadi negatif dalam daerah tipe-p itu, yang
membentuk muatan ruang negatif. Keadaan
itu disebut keadaan seimbang. Dalam keadaan seimbang di dalam hubungan p-n
terbentuk daerah:
(1)
Daerah tipe-p netral: daerah di mana jumlah hole sama
dengan jumlah aseptor
(2)
Daerah muatan ruang tipe-p: daerah di mana aseptor
diionisasikan negatif
(3)
Daerah muatan ruang tipe-n: daerah di mana donor
diionisasikan positif
(4)
Daerah tipe-n netral: daerah di mana jumlah donor sama
dengan jumlah elektron
Daerah-daerah
(2) dan (3) bersama-sama disebut daerah muatan ruang atau lapisan deplesi atau
dipole listrik. Dalam daerah ini terdapat medan listrik walaupun pada hubungan
p-n tidak diberi tegangan. Medan ini disebut medan dalam atau medan builtng.
Dalam kedua daerah netral tidak terdapat medan. Medan dalam, dapat ditentukan
sebagai berikut: Jn adalah arus elektron, dalam keadaan seimbang
sama dengan nol[3].
Sifat isolator
yang dimiliki oleh bahan semikonduktor juga merupakan salah satu kesimpulan
yang dapat ditarik dari rendahnya nilai konduktivitas atau kehantaran dari
bahan semikonduktor tersebut. Seperti halnya dalam logam dimana pembentukan
pita konduksi , yang mengakibatkan menurunnya energi kinetis dari elektron
tersebut memainkan sebuah peranan yang vital didalam pengikatan atom-atom.
Didalam bahan seperti halnya intan, germanium atau silikon , pita – pita juga
terbentuk apabila sejumlah atom dikumpulkan. Akan tetapi didalam kasus-kasus
ini elektron-elektron valensi akan membentuk sebuah pita yang sepenuhnya terisi
pada temperatur nol.
Lantaran dalam zat
padat terdapat orde 1023 atom/cm3, setiap tingkat energy
tunggal sebelumnya yang terdapat pada atom terisolasi akan terbagi menjadi
banyak bagian. Ketika nilai tingkat-tingkat energy kira-kira tetap sama, maka
pada penyusunan sejumlah besar atom-atom interaktif adalah ingin membentuk
pita-pita tingkat energy kontinu, yang praktis yang terpisah oleh celah dimana
di dalamnya tidak terdapat keadaan electron. Cara electron-elektron menempati
pita-pita yang tesedia telah dicakup dalam prinsip pengecualian Pauli.
Pita-pita tersebut akan diisi oleh electron-elektron dengan cara yang sama
dengan keadaan-keadaan electron yang diisi oleh atom-atom banyak electron.
Sebagai contoh, 11Na memiliki seluruh tingkat energy yang terisi
hingga ke tingkat 3s, yang memuat
satu electron, dan konfigurasi elektronnya adalah 1s22s22p63s1. Karena
tingkat 3s dapat mengakomodasikan dua
electron tingkat 3s ini hanya terisi
separuhnya.
Pita energy paling
tinggi ditempati oleh electron-elektron valensi dan pita tidak ditempati yang
tepat berada di atasnya akan menetukan sifat-sifat konduksi Kristal zat padat
tersebut. Jika pita yang memuat electron-elektron valensi tersebut terisi
penuh, maka pita ini dikenal sebagai pita
valensi, dan pita tertinggi selanjutnya dikenal sebagai pita konduksi; jika pita yang memuat
electron-elektron valensi tersebut tidak terisi penuh, pita ini disebut juga
pita konduksi. Konduktor yang baik memiliki pita konduksi yang kira-kira terisi
penuh, atau dapat juga berupa pita konduksi yang mengisi pita lebih tinggi
selanjutnya secara tumpang-tindih. Dalam situasi seperti ini, sangat mudah
untuk menaikkan electron valensi ke tingkat lebih tinggi, sehingga
electron-elektron ini dapat dengan mudah memperoleh energy dari suatu medan
listrik untuk berpartisipasi dalam kondisi listrik.
Suatu material
isolator memiliki pita valensi tersisi penuh , dan memiliki celah di pita
konduksi yang berukuran besar. Sebagai hasilnya, electron-elektron tidak dapat
memperoleh energy dengan mudah dari suatu medan listrik, sehingga
electron-elektron tersebut tidak dapat berpartisipasi dalam konduksi listrik.
Beberapa material memiliki pita valensi yang terisi penuh, namun memiliki sebuah celah kecil di pita
konduksinya. Pada T= 0 K, pita
valensi terisi penuh dan pita konduksi kosong, sehingga material tersebut
bertindak sebagai isolator. Namun, pada temperature ruang, beberapa elektronnya
memperoleh energy thermalyang cukup untuk berada di pita konduksi, dimana
electron-elektron tersebut dapat berpartisipasi dalam konduksi listrik. Selain
itu, electron-elektron ini meninggalkan “lubang” yang tidak terisi sehingga
electron-elektron lain di pita valensi dapat mengisinya selama peristiwa
konduksi listrik. Eksitasi electron-elektron ke dalam lubang-lubang ini
memiliki efek netto berupa pembawa muatan positif yang mendukung konduksi
listrik.
Pita – pita tambahan pada energi – energi yang lebih
tinggi dibentuk dari orbital-orbtal atom yang lebih tinggi namun pada
temperatur nol maka pita-pita valensi ini dalam keadaan kosong. Terdapat celah
energi yang terdapat diantara pita valensi yang sepenuhnya ditempati dalam pita
konduksi kosong pada energ yang lebih tinggi.
Pada bahan intan celah energi tersebut kira-kira 6 eV.
Pada temperatur sebesar 300 K, yang kira-kira sama dengan temperatur pada
kamar, celah energi termal rata-rata sebesar 3/2.kBτ = 0,04 eV.
Sehingga secara virtual tidak ada elektron yang memunyai energi termal yang
cukup untuk dieksitasikan dari pita yang teisi kedalam pita konduksi pada suatu
temperatur yang pantas.
Dalam bahan germanium ( Eg = 0,72 eV) , dan
pada silikon ( Eg = 1,1 eV), celah energi tersebut jauh lebih kecil,
dan beberapa elektron berhasil di eksitasikan secara termal dari pita valensi
ke pita konduksi. Sekali elektron-elektron tersebut berada dalam pita konduksi maka
elektron-elektron akan berperilaku persis seperti elektron konduksidi dalam
logam. Nilai resistivitas adalah lebih tinggi didalam bahan semikonduktor ini
daripada dalam logam, karena jumlah elektron bebas yang bergerak adalah jauh
lebih kecil daripada logam. Misalnya , resistivitas pada temperatur kamar dari
logam , semikonfuktor , danisolator berturut-turut adalah pada orde 10-8,
102, 1013 ohm m.
Sebuah sifat daasar yang unik dari bahan semikonduktor
adalah kondduksi dari lubang-lubang didalam pita yang terisi tersebut. Bila
sebuah elektron dieksitasi ke pita konduksi , maka elektron itu meninggalkan
sebuah keadaan kosong atau lubang di dalam pita valensi itu dengan muatan
positif efektif . Jika medan listrik dipakaikan maka elektron – elekron yang
berada di dekatnya akan meloncat ke lubang-lubang tersebut sehinggan lobang
tersebut akan bergerak. Jadi, didalam sebuah medan listrik elektron-elektron di
dalam pita konduksi bergerak satu arah dan lubang -lubang di dalam pita valensi
bergerak dalam arah lainnya.
Konduktivitas sebuah
semikonduktor dapat dieerbesar daengan menambah ketakmurnian ke dalam bahan
sampel tersebut. Misalkan, jika beberapa permil arsen ditambahkan pada
germanium, maka konduktivitasnya akan bertambah ribuan lipat. Hal ini dikarenakan
arsen memiliki satu elektron lebih di kulit terluarnya daripada yang dimiliki
oleh germanium. Apabila ditambahkan menjadi sebuah ketakmurnian , maka arsen
tersebut akan menggantikan sebuah atom germanium, dan elektron ekstranya akan
dibebaskan untuk konduksi , begitu juga galium mempunyai elektron luar kurang
daripada yang dimiliki oleh germanium
dan bila hadir sebagai ketakmurnian , maka galium tersebut akan mengambil satu
elektron dari germanium yang meninggalkan sebuah lubang.
Bahan semikonduktor mempunyai banyak kegunaan praktis.
Dimaan salahsatunya bahan semikonduktor dapat digunakan sebagai sebuah fotosel
untuk digunakan dalam fotografi atau didalam pembuka pintu otomatis.
Kuantum-kuantum seri cahaya tampak mempunyai energi sebesar 2 atau 3 eV, yang
lebih daripada cukup untuk mengeksitasi elektron dari pita valensi ke pita
konduksi. Didalam sebuah medan listrik , arus semi konduktor bertambah sangat
besar bila bahan tersebut dbukakan terhadap cahaya dan banyaknya pengangkutan
muatan akan bertambah. Jenis-jenis semi konduktor yang saling bersentuhan
digunakan didalam beraneka ragam transistor dan alat-alat lain. Aalt -alat ini
mempunyai segala-galanya untuk menggantikan tabung vakum yang ditemukan
sebelumnya yang telah lama didalam elektronika. Alat-alat tersebut diinginkan
karena menggunakan daya yang cukup rendah dan tidak ada masalah pemanasan jika
dibandingkan dengan tabung vakum. Juga sifat mekaniknya yang keras dan memiliki
ketahanan usia (long life) hampir tak berbatas lamanya [4].
Sambungan p-n
diproduksi tidak dengan melekatkan tipe-p dan tipe-n menjadi satu melainkan
dengan suatu teknik yang disebut doping,
yaitu atom-atom pengotor didifusikan ke dalam bahan. Meskipun semikonduktor
tipe-p adalah pembawa lowong positif dan tipe-n adalah pembawa electron,
keduanya bersifat netral. Di daerah sambungan, electron dan lowong positif
mengadakan rekombinasi sehingga tipe-p kekurangan lowong ( menjadi bermuatan
negative ) dan tipe-n kekurangan electron ( menjadi bermuatan positif ). Akibatnya,
di dalam hal ini bahan timbul medan listrik internal yang arahnya dari tipe-n
ke tipe-p sehingga menghalangi terjadinya rekombinasi lebih lanjut.
Andaikan suatu
tegangan balik ( reverse bias )
dikenakan pada sambungan p-n, yaitu dengan memasang beda potensial di antara
ujung-ujungnya dengan kutub positif pada tipe-n dan kutub negative pada tipe-p
sehingga menimbulkan medan listrik luar. Medan listrik luar ini semakin
menghalangi pembawa muatan ( lowong dan electron ) untuk bergerak dan
rekombinasi. Dalam keadaan ini, tidak ada arus yang dialirkan atau hanya sangat
kecil, yaitu berasal dari electron dan lowong yang tercipta di daerah sambungan
akibat energy termal.
Jik polaritas
potensial yang terpasang terbalik, yaitu kutub positif pada tipe-p dan kutub
negative pada tipe-n atau disebut tegangan maju ( forward bias ), maka medan listrik luar ini mengalahkan medan
listrik internal sehingga lowong dan electron saling bergerak menuju sambungan
untuk rekombinasi. Akibatnya timbul arus listrik.
Pada banyak aplikasi,
salah satu sambungan (sambungan yang dingin) dijaga sebagai temperatur
referensi, sedang yang lain dihubungkan pada objek pengukuran. Sensor suhu yang
lain akan mengukur suhu pada titik ini, sehingga suhu pada ujung benda yang
diperiksa dapat dihitung. Termokopel dapat dihubungkan secara seri satu sama
lain untuk membuat termopile, dimana tiap sambungan yang panas diarahkan ke
suhu yang lebih tinggi dan semua sambungan dingin ke suhu yang lebih rendah.
Dengan begitu, tegangan pada setiap termokopel menjadi naik, yang memungkinkan
untuk digunakan pada tegangan yang lebih tinggi. Dengan adanya suhu tetapan
pada sambungan dingin, yang berguna untuk pengukuran di laboratorium, secara
sederhana termokopel tidak mudah dipakai untuk kebanyakan indikasi sambungan
lansung dan instrumen kontrol. Mereka menambahkan sambungan dingin tiruan ke
sirkuit mereka yaitu peralatan lain yang sensitif terhadap suhu (seperti
termistor atau diode) untuk mengukur suhu sambungan input pada peralatan,
dengan tujuan khusus untuk mengurangi gradiasi suhu di antara ujung-ujungnya.
Di sini, tegangan yang berasal dari hubungan dingin yang diketahui dapat
disimulasikan, dan koreksi yang baik dapat diaplikasikan.
Hal ini dikenal dengan kompensasi hubungan dingin.
Biasanya termokopel dihubungkan dengan alat indikasi oleh kawat yang disebut
kabel ekstensi atau kompensasi. Tujuannya sudah jelas. Kabel ekstensi
menggunakan kawat-kawat dengan jumlah yang sama dengan kondoktur yang dipakai
pada Termokopel itu sendiri. Kabel-kabel ini lebih murah daripada kabel
termokopel, walaupun tidak terlalu murah, dan biasanya diproduksi pada bentuk
yang tepat untuk pengangkutan jarak jauh - umumnya sebagai kawat tertutup
fleksibel atau kabel multi inti. Kabel-kabel ini biasanya memiliki spesifikasi
untuk rentang suhu yang lebih besar dari kabel termokopel. Kabel ini
direkomendasikan untuk keakuratan tinggi. Kabel kompensasi pada sisi lain,
kurang presisi, tetapi murah.
[5]
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Peralatan
1. Termometer
Fungsi: untuk mengukur
suhu
2.
Multimeter Digital (Voltmeter)
Fungsi: untuk mengukur tegangan dan hambatan
3.
Galvanometer
Fungsi: sebagai
detektor nol adanya arus yang menglir
4.
Kompor Filament
Fungsi:
sebagai alat pemanas
5.
Penjepit Buaya
Fungsi:
untuk menghubungkan komponen ke peralatan
6.
Statif
Fungsi:
sebagai penyangga termometer dan thermistor
7.
Bejana
Fungsi:
sebagai tempat meletakkan es batu
8.
EDPOT KN 15
Fungsi: sebagi alat untuk mengukur hambatan, tegangan dan
dapat digunakan sebagai
galvanometer
9.
Baterai 4,5 V
Fungsi:
sebagai sumber tegangan DC
10. Thermistor
Fungsi:
sebagai sensor suhu
11. Cok
Sambung
Fungsi : sebagai alat untuk menghubungkan listrik
ke alat
12.
Kabel Penghubung
Fungsi : untuk menghubungkan baterai
dengan baterai yang lain
3.2 BAHAN DAN KOMPONEN
1. Es
Batu
Fungsi: sebagai bahan yang diukur suhunya
3.3 PROSEDUR
1. Disediakan peralatan dan bahan yang akan
digunakan dalam percobaan
2.
- Dihubungkan baterai ke EDPOT KN
15 dengan penjepit buaya
-
Dihubungkan
galvanometer ke EDPOT KN 15
-
Dihubungkan multimeter digital ke EDPOT KN 15
-
Dihubungkan baterai thermistor ke EDPOT KN 15
3. Dipecahkan
es batu dan dimasukkan ke dalam bejana, kemudian di letakkan di atas kompor filament
4. Dimasukkan
thermometer dan thermistor ke dalam bejana dan kemudian thermometer
dan thermistor dijepit dengan statif agat thermistor dan thermometer tidak menyentuh
bejana
5. Ditunggu
suhu thermometer menjadi nol, kemudian diukur hambatan pada EDPOT KN 15 dengan
melihat penunjukkan galvanometer yaitu apabila galvanometer
belum menunjukkan angka nol, maka EDPOT KN 15 terus diputar, kemudian dicatat hasilnya
6. Dilihat
penunjukkan tegangan pada multimeter digital pada suhu 0oC kemudian dicatat hasilnya
7. Dihidupkan
kompor filament agar suhu es naik
8. Dilakukan
percobaan yang sama seperti pada suhu 0oC untuk setiap untuk setipa kenaikan suhu 2oC,
percobaan diakhiri setelah menunjukkan suhu 10oC
9. Dicatat
hambatan dan juga tegangan untuk setiap kenaikan suhu 2oC dari 0oC
sampai dengan
10oC
10.Dikembalikan
peralatan ke tempat semula
3.4 Skema
Rangkaian
-
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Dari Percobaan yang telah dilakukan
diketahui bahwa Sifat-sifat bahan dari semikonduktor adalah
a) Germanium
Germanium merupakan salah satu bahan
semi konduktor yang banyak dipakai. Germanium diperoleh sebagai serbuk berwarna
kelabu melalui proses kimia, yaitu dengan mereduksi germanium oksida. Selain
itu juga dapat diperoleh dari pemurnian kadmium dan seng.
Germanium adalah bahan semi konduktor
yang bervalensi 4 dan mempunyai susunan seperti karbon atau silikon.
Spesifikasi germanium adalah sebagai berikut:
Daya hantar
panas : 0,14 Cal/cm dt °C
Kapasitas panas : 0,08 Cal/gr °C
Koefisien muai panjang (0-100°C) : 6 x
Titik
lebur
: 936°C
Permitivitas
: 16 C2/N m2
Tahanan jenis listrik pada
20°C : 0,47 Ω m
Pada temperatur yang rendah, bahan semi
konduktor ini bersifat sebagai isolator, kemudian pada suhu yang cukup tinggi,
bahan ini berubah sifatnya menjadi bahan penghantar yang baik.
b) Silikon
Sifat-sifat silikon :
Mempunyai mobilitas yang tinggi,
konstanta dielektriknya kecil, konduktivitas termis yang besar, disipasi panas yang baik dan Impurity
ionization energy yang sangat kecil
Dari sifat-sifat silikon tersebut diatas, maka silikon
banyak digunakan sebagai bahan semi konduktor, misalnya sebagai dioda
rectifier, thyristor (SCR), dan lain-lain. Senyawa silikon, SiO (quartz),
sering dipergunakan pada alat-alat optik dengan index bias 1,54
c) Gallium
Arsenida
Memilki sifat yang dapat diatur mengikuti sifat germanium dan silikon.
2. Dari Percobaan yang telah dilakukan
diketahui bahwa hubungan antara hambatan dengan suhu adalah hambatan berbanding terbalik dengan suhu.Semakin
tinggi suhu maka semakin rendah pula
hanbatan.
3. Dari Percobaan yang telah dilakukan diketahui bahwa karakteristik
semikonduktor merupakan bahan dasar untuk komponen elektronik seperti pada
transistor, maupun IC (integrated circuit). Semikonduktor terdiri dari dua macam yakni
intrinsic dan ekstrinsik. Pada semikonduktor intrinsic bahan penyusunnya murni tanpa
pengotor, seperti bahan silikon dan germanium saja, sementara ekstrinsik
adalah semikonduktor instrinsik (silicon dan germanium) yang telah diberi
pengotor (doping) unsur III A, B, Al, Gam In, dan Ta.
4. Dari
Percobaan yang telah dilakukan diketahui bahwa aplikasi dari semikonduktor dan thermistor
adalah :
Semikonduktor
: thermistor
-
IC
-
sensor suhu
-
Transistor -
bateray pac pada hp dan laptop
-
Dioda -
detektor pada mesin mobil
5.2 Saran
- Agar praktikan selanjutnya memahami memahami sifat-sifat semikonduktor dan termistor sebelum melakukan percobaan.
- Agar praktikan selanjutnya memahami bagaimana prosedur percobaan.
- Agar praktikan selanjutnya mengetahui lebih banyak mengenai kehantaran semikonduktor beserta mengenai semikonduktor tersebut.
- Agar praktikan selanjutnya berhati – hati selama praktikum berlangsung
DAFTAR PUSTAKA
[1] Chattopadhyay,
D. 2005. DASAR ELEKTRONIKA. Edisi kedua. Jakarta :
Universitas
Indonesia.
Halaman
: 85 – 90 .
[2] Muhaimin,
H.A. 1999. BAHAN – BAHAN LISTRIK. Edisi ketiga. Jakarta : Erlangga.
Halaman:
96 – 106 .
[3] Reko,S
Rio.1987.FISIKA DAN TEKNOLOGI SEMIKONDUKTOR.
Jakarta
: PT Pradnya Paramita.
Halaman: 55-62
Halaman:
80 – 89 .
Diakses tanggal 06 Desember 2013.
No comments:
Post a Comment