ABSORBSI BETA(β)
JURNAL PRAKTIKUM
PERCOBAAN 3
RINTO
PANGARIBUAN
110801050
LABORATURIUM FISIKA INTI
DEPARTEMEN FISIKA
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada
tahun 1898 seperti telah diungkapkan di depan, Rutherford mendapatkan dua macam
radiasai dari bahan radioaktif, yang satu mempunyai daya tembus atau penetrasi
lemah, yaitu sinar – α, dan yang lain mempunyai daya tembus kuat, yaitu yang disebut –
β.
Partikel beta merupakan suatu partikel sub atomik
yang terlempar dari inti atom yang tidak stabil. Partikel tersebut ekiuvalen
dengan elektron dan memiliki muatan listrik negatif tunggal –e (-1,6 x 10-19
C) dan memiliki massa yang ssangat kecil (0,00055 atomic mass unit) atau
sekitar 1/2000 dari massa neutron dan proton. Perbedaan nya adalah partikel
beta berasal dari inti sedangkan elektron berasal dari luar inti.
Daya tembus partikel beta untuk menembus jaringan
tergantung pada energi yang dimiliki partikrl tersebut,sehingga radiasi
partikel beta juga merupakan bahaya radiasi eksternal jika memiliki energi
diatas 200 kEV sehingga tingkat bahaya haruslah dievaluasi untuk setiap kasus.
Sinar- sinar energi beta yang
energinya kurang dari 200 eKV tidak dianggap sebagai bahaya radiasieksternal
karena memiliki daya tembus yang sangat terbatas seperti halnya S-35 dan C-14.
Radiasi
beta sebenarnya ada dua macam, yaitu Beta min dan Beta plus yang keduanya
memilki sifat berlainan. Pemakaina mindan plus adalah untuk menyatakan muatan
listrik yang dibawa oleh zarah radiasi beta.Untuk
pemancaran sinar – β, energi peluruhan hampir seluruhnya dibawa oleh partikel –
β dalam bentuk energi kinetic. Berbeda dengan sinar – α yang dipancarkan oleh
inti radioaktif dengan spektrum energi kontinu.
Radiasi beta min pada
umumnya disertai juga dengan radiasi gamma. Radiasi beta plus serupa dengan
pancaran elktron positif atau positron dari inti atom. Radiasi beta plus
terjadi pada atom yang kelebihan potron.
1.2 Tujuan Percobaan
1. Untuk
mengetahui sifat-sifat dari radiasi beta.
2. Untuk
menentukan koefisien absorber dari aluminium, flexi glass, dan kertas karton.
3. Untuk
mengetahui prinsip absorbsi peluruhan partikel beta.
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada
tahun 1898 seperti telah diungkapkan di depan, Rutherford mendapatkan dua macam
radiasai dari bahan radioaktif, yang satu mempunyai daya tembus atau penetrasi
lemah, yaitu sinar – α, dan yang lain mempunyai daya tembus kuar, yaitu yang
disebut – β. Selanjutnya pada tahun 1899 Siegel, dan secara independen
Becquerel, mendapatkan bahwa sinar – β dapat dibelokkan oleh medan magnet. Alat
yang digunakan Becquerel adalah seperti pada Gb. 2.1. Suatu wadah dari timah
berisi bahan radioaktif, ditaruh di atas pelat foto.
Gambar 2.1 Alat yang
digunakan Becquerel untuk menentukan pembelokan sinar-β oleh medan magnet
(sumber :Drs. Sutrisno, Fisika Modern)
Peralatan ini ditaruh dalam medan
magnet tegaklurus bidang kertas halaman ini. Sinar-β yang keluar dari sumber
dibelokkan oleh medan magnet melalui lintasan setengah lingkaran, dan membekas
pada pelat foto. Jarak bekas sinar-β samapi sumber berbanding lurus dengan
momentum partikel. Ini dapat dilihat dari hubungan
X = 2R = 2
……………………………………………………………………….(2.1)
m = massa partikel – β, v = laju, e
= muatan partikel β, dan B medan listrik. Becquerel mendapatkan bahwa bekas
elektron tidaklah terkumpul pada satu tempat, akan tetapi tersebar secara
sinambung. Hal ini berarti momentum partikel dalam sinar tidaklah sama, akan
tetapi distribusi harga. Dengan menentukan simpangan β yangb disebabkan oleh
pelat sejajar kita dapat menentukan harga
untuk sinar β. Kaufman mendapatkan bahwa harga
e/m berkurang dengan bertambahnya kecepatan partikel β.
Pengkuran
lebih teliti oleh Bucherer pada tahun 1909 mendapatkan bahwa kecepatan partikel
β mempunyai harga antara 0,32 c dan 0,7 c, dengan c sebagai laju cahaya dalam
vakum. Pengukuran Bucherer cocok dengan anggapan muatan partikel – β konstan,
sedang massa berubah dengan laju partikel seperti diramalkan oleh teori
relativitas, yaitu
Di samping itu Bucherer memperoleh
muatan spesifik untuk v = 0, e/mo = 1,73 x 1011 C kg-1.
Harga ini sangat dekat dengan muatan spesifik elektron, yaitu 1,77 x 1011
C kg-11. Dari eksprimen ini tak ragu lagi bahwa partikel – β ialah
elektron.
Jejak partikel – β dalam bahan
berbeda dengan partikel – α yang berupa garis lurus. Jejak partikel – β
berbelok-belok, dan tak mempunyai range yang jelas. Jejak yang berbelok-belok
disebabkan oleh hamburan yang dialami oleh elektron dalam tiap atom. Hamburan
mungkin dilakukan oleh elektron orbital atau inti atom. Partikel β kehilangan energi
di dalam bahan karena eksitasi dan ionisasi atom atom dalam bahan absorber,
seperti halnya partikel – α. Akan tetapi untuk partikel – β ada mekanisme lain
yang menyebabkan hilangnya energi, yaitu bremstrahlung.
Ini sudah kita temui waktu membahas
sinar-X, yaitu radiasi electromagnet oleh elektron karena diperlambat dalam
bahan. Energi hilang dari partikel β tiap cm di udara. Untuk partikel β dengan
energi diatas 1 MeV, energi yang hilang tiap cm di udara tak lagi bergantung
pada energi dan mempunyai harga sekitar 2 kev/cm. Makin rendah energi partikel
–b, makin besar energi yang hilang dalam bahan. Energi kinetic partikel β yang
dari bahan radioaktif dapat dihitung dari hubungan relativistic berikut
E K = γ moc2 –
moc2 = (γ - 1) moc2…………………………………………………(2.3)
Di sini γ = 1/
, moc2
= energi diam elektron, moc2 = 0,51 MeV. Untuk β =
= 0,8, γ = 1
1,67 sehingga EK = (1,67) (0,51)
MeV = 0,34 MeV. Partikel – β dengan energi ini akan kehilangan energi sekitar 2
kev/cm di udara.
(Sutrisno, 1983)
Ada
tiga proses peluruhan radioaktif yang dimana nomor massa A tidak berubah ketika
Z dan N berubah dengan ±1. Ini adalah peluruhan β-, yang dimana
sebuah neutron di dalam nucleus berubah
menjadi neutron dengan emisi dari sebuah elektron; peluruhan β+,
yang dimana sebuah proton di dalam nucleus berubah menjadi neutron dengan emisi
dari sebuah positron; dan penangkapan elektron, yang dimana sebuah proton di
dalam nucleus berubah menjadi neutron dengan menangkap elektron atomic, biasanya
sebuah elektron 1s dari kulit K karena ini mempunyai probabilitas massa jenis tertinggi di dalam hampiran nucleus.
Nuklei tersebut pada sisi yang kaya neutron dari lembah energi akan cenderung untuk meluruh oleh emisi β-,
ketika yang berada pada sisi yang kaya elektron akan lebih memungkinkan
peluruhan oleh emisi β+ atau
pengkapan elektron. Kita akan membahas setiap proses ini secara singkat.
Contoh
paling sederhana dari peluruhan β- adalah neutron bebas, dimana peluruhanya
Menjadi
sebuah proton dan sebuah elektron beserta waktu paruh sekitar 10,8 menit.
Energi peluruhan adalah 0,78 MeV, dimana perbedaan antara energi diam neutron
(939,57 MeV) dan untuk proton ditambah elektron (938,28 + 0,511 Mev). Lebih
umum, dalam peluruhan β-, sebuah nucleus dengan nomor massa A, nomor
atom Z, dan nomor neutron N berubah menjadi satu dengan nomor massa a, nomor
atom Z’ = Z + 1, dan nomor neutron N’ = N – 1,
mengawetkan muatan dengan emisi elektron. Energi peluruhan Q adalah c2
kali perbedaaan anatara massa orang tua nucleus dan produk peluruhan. Jika kita
menambahkan massa Z elektron ke kedua orang tua nucleus dan produk peluruhan,
kita bisa menuliskan Q dalam suku massa atom dari orang tua dan anak atom:
……………………………………………………………………..(2.4)
Jalan lain untuk memahami hasil ini
adalah mencamtumkan bahawa peluruhan β-, sebuah elektron dengan
massa me meninggalkan atom, dimana sekarang sebuah anak ion dengan
muatan nuklir (Z+1) dan Z atom elektron. Untuk memperoleh massa anak atom
netral, kita harus menambahkan massa elektron me sehingga perubahan
total massa hanya perbedaan di massa antara orang tua dan anak atom. Jika
energi peluruhan Q dibagikan hanya ekpada anak atom dan emisi elektron, energi
elektron akan menjadi secara unik ditentukan oleh kekekalan energi dan
momentum, seperti di peluruhan α. Secara eksperimen, namun demikian, energi -
energi elektron diemisikan dalam peluruhan β diselidiki untuk macam dari nol
sampai energi maksimum yang tersedia Emax, Sebuah spectrum energi
khas ditunjukkan dalam gambar 2.2. Bandingkan ini dengan spectrum disktrit dari
energi partikel – α.
Gambar 2.2 Spektrum
energi dari elektron yang diemisikan dalam peluruhan β (sumber: Paul A. Tipler,
Modern Physics)
Jadi, dalam peristiwa peluruhan
tertentu yang dimana elektron dibawa pergi lebih sedikit daripada energi Emaks,
ia akan muncul kalau energinya tidak kekal karena dalam peluruhan tersebut Q/c2
< Mp – MD. Waktu refleksi akan menarik kamu bahwa
momentum linear tidak akan kekal baik dan, mengingat neutron, elektron, dan
proton semuanya adalah partikel-partikel spin 1/2 , maupun momentum sudut.
Solusi untuk kesalahan ganda nyata ini dari hukum kekekalan disugestikan
pertama kali oleh Wolfgang Pauli pada 1930. Dia mengusulkan kalau
ada sebuah partikel
ketiga yang diemisikan
dalam peluruhan β yang
Dibawa
energi, momentum linear, dan momentum sudut perlu kekal kuantitas ini di setiap
peluruhan tunggal. Ia tidak akan membawa muatan elektrik karena muatan sudah
kekal dalam peluruhan β. Massanya akan lebih sedikit daripada elektron karena
sejak energi maksimum dari elektron yang diemisikan dalam peluruhan β
diobservasi untuk mendekati nilai Q, energi total yang berlaku dalam peluruhan.
(Paul A. Tipler, 2012)
Peluruhan sinar-β dalam pembahasan
di sini diperluas sehingga mencakup positron, sehingga pengertian dari
partikel-β terdiri atas elektron dan positron. Keduanya termasuk dalam kelompok
partikel ringan bermuatan. Massa diam dari kedua partikel tersebut sama,
demikian juga muatan listriknya, hanya tandanya saja yang berlawanan. Kecepatan
gerak partikel –β di udara berkisar antara 0,32 c hingga 0,7 c. Jejak
partikel-β di dalam bahan berbelok-belok karena elektron ini mengalami hamburan dalam atom bahan.
Untuk pemancaran sinar – β, energi
peluruhan hampir seluruhnya dibawa oleh partikel – β dalam bentuk energi
kinetic. Berbeda dengan sinar – α yang dipancarkan oleh inti radioaktif dengan
spektrum energi kontinu. Energi rata-rata untuk elektron yang dipancarkan dari
inti adalah 1/3 Emax, sedang untuk positron adalah 0,4 Emax.
Umur rata-rata positron bebas umurnya tidak lama. Apabila positron bertemu
elektron yang berkeliaran di sekitarnya, keduanya dapat bergabung dan musnah.
Proses ini disebut annihilasi. Energi yang berasal dri kedua partikel tersebut berubah menjadi energi gelombang
elektromagnetik.
Panjang jangkauan partikel bermuatan
di dalam medium umumnya dinyatakan dalam
cm, namun dewasa ini banyak yang lebih suka menyatakan jangkauan tersebut dalam
bentuk ketebalan densitas (density
thickness) dengan satuan massa persatuan luas (mg/cm2) untuk
menggantikan jarak atau ketebalan. Untuk mendapatkan jangkauan linier
partikel-β dalam satuan jaral linier (cm) digunakan persamaan sebagai berikut:
Td (mg/cm2) =
t1 (cm) x ρ (mg/cm3)………………………………………………..(2.5)
Dengan: td = tebal
densitas, tl = ketebalan linier medium dan ρ = massa jenis medium.
Sebagai contoh adalah kolom udara yang luasnya 1 cm2 dengan
ketebalan 1 cm pada kondisi standar mengandung 1,29 mg udara, sehingga 1 cm
lapisan udara memliki ketebalan densitas 1,29 mg/cm2.
Dengan
system satuan mg/cm3 ini maka pernyataan jangkauan partikel di dalam
medium tidak perlu lagi memperhatikan jenis bahan medium. Misal massa jenis
aluminum adlah 2,7 gram/cm3. Dengan menggunakan persamaan (2.5),
selembar aluminum dengan tebal 1 cm mempunyai tebal densitas sebesar: 2,7
(gr/cm3) x 1 (cm) = 2,7 (gr/cm2). Jika lembaran
pleksiglas dengan massa jenis 1,18 gr/cm3 akan diapaki untuk
menggantikan aluminium dengan
tebal densitas 2,7 gr/cm2, maka
tebal pleksiglas yang
dibutuhkan agar diperoleh
Kualitas
yang sama dengan 1 cm aluminum tersebut adalah 2,39 cm. Dari contoh tersebut,
jika jangkauan dinyatakan dalam tebal intensitas, nilai jangkauan untuk semua
jenis medium akan sama, namun jika dinyatakan dalam tebal linier maka untuk
medium yang berbeda harganya akan berbeda.
Perumusan matematis yang menunjukkan
hubungan antara jangkauan, R (dalam mg/cm2) dan energi maksimum,
E(dalam MeV) adalah sebagai berikut:
R(mg/cm2) = 412 E
1,265 – 0,0954 ln E untuk 0,01 ≤ E ≤ 2,5 MeV……………………...(2.6)
R(mg/cm2) = 530 E –
106 untuk E >2,5
MeV………………………………(2.7)
Mekanisme hilangnya energi dari partikel – β
serupa dengan mekanisme pada partikel – α. Interaksi medan listrik antara
partikel-β dengan elektron dalama atom bahan penyerap memungkinkan terjadinya
eksitasi dan ionisasi. Kedua peristiwa tersebut merupakan mekanisme yang paling
sering terjadi. Namun interaksi antara partikel-β dengan inti juga dapat
terjadi, dan hal ini menyebabkan terbentuknya sinar-X bremsstrahlung. Peristiwa
yang terakhir ini lebih sering terjadi pada partikel – β yang memiliki energi cukup
tinggi.
Partikel-β
akan kehilangan energinya sebesar 34 eV untuk setiap pembentukan satu pasang
ion di udara. Namun karena massa partikel-β yang sangat kecil (kira-kira
1/7.300 dari massa partikel-α) dan muatan yang lebih rendah (1/2 dari muatan
partikel-α), maka sebagai konsekuensinya partikel-β dalam sepanjang jejaknya
tidak memproduksi pasangan ion per cm sebanyak yang terbentuk oleh partikel-α.
Ionisasi spesifikasi partikel-β di udara bervariasi dari 60 sampai 7.000
pasngan ion/cm. Ionisasi berspesifikasi tinggi berenergi rendah untuk partikel
β, lalu berkurang secara cepat untuk energi yang makin besar, hingga mencapai
nilai energi minium yang lebarnya 1MeV
(Mukhlis Akhadi, 2000)
Detektor
GM merupakan salah satu detektor isian gas, bila dikenai radiasi yang mempunyai
energi lebih besar daripada energi ikat elektron maka di dalam detektor isian
gas akan terjadi proses ionisasi, yaitu proses pembentukan ion positif dan ion
negatif dari suatu atom yang netral. Hal ini karena sejumlah elektron dari atom
pengisi detektor akan lepas menjadi ion negatif sedangkan sisa atom yang ditinggalkan
elektron akan bermuatan positif (ion positif). Dengan adanya medan listrik,
ionion tersebut akan diarahkan sehingga bergerak menuju dua elektroda yang
berbeda, elektron menuju anoda sedangkan ion positif menuju katoda.
Terkumpulnya ion-ion pada dua elektroda tersebut akan menghasilkan sinyal listrik
yang mempunyai tinggi sebanding dengan energi radiasi yang datang.
N
=
……………………………………………………………………………….(2.8)
Dimana
: N = jumlah ion(elektron), E = energi setiap radiasi yang dating, dan w energi
ikat elektron.
Karena bahan detektor yang digunakan berbentuk gas
maka detektor ini mempunyai efisiensi yang sangat rendah untuk radiasi gamma.
(Teguh Hafiz Ambar Wibawa, 2009)
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Peralatan dan bahan
3.1.1 Peralatan
1. Tabung
Geiger-Muller
Fungsi: Untuk mendeteksi radiasi
sinar beta yang kemudian dikirimkan ke scalar (ratemeter) untuk ditampilkan
dalam bentuk cacah.
2. Scalar (ratemeter)
Fungsi: Untuk menampilkan besarnya
cacah sinar beta yang terdeteksi.
3. Stopwatch
Fungsi: Untuk mengukur waktu
pencacahan setiap satu menit .
4. Kabel coaxial
Fungsi: Untuk menghubungkan tabung GM
dengan scalar (ratemeter).
5. Rak GM
Fungsi: Sebagai tempat diletakkannya
sumber radiasi β, tabung GM, absorber aluminium, absorber karton, serta
absorber flexi glass .
6. Penjepit
Fungsi: Sebagai alat bantu menjepit
sumber radioaktif β agar terhindar dari kontak fisik secara langsung dengan
tangan dan diletakkan pada rak tabung GM.
7. Serbet
Fungsi: sebagai alat untuk mengelap
setelah praktikum.
8. Absorber aluminium
Fungsi:Untuk menyerap radiasi sinar
β yang dipancarkan oleh sumber radioaktif Sr 90.
9. Absorber
karton
Fungsi:Untuk menyerap radiasi sinar
β yang dipancarkan oleh sumber radioaktif Sr 90.
10. Absorber flexi glass
Fungsi:Untuk menyerap radiasi sinar
β yang dipancarkan oleh sumber radioaktif Sr 90.
11. Masker
Fungsi :
Sebagai alat penutup hidung agar tidak terkena radiasi.
12. Sarung
tangan
Fungsi :
Sebagai alat penutup tangan agar tidak terkena radiasi.
3.1.2
Bahan
1. Sr-90
Fungsi: sebagai sumber radiasi β yang dipakai dalam
percobaan
3.2
Prosedur
Percobaan
1. Disiapkan
semua peralatan yang digunakan dalam percobaan
2. Dihubungkan
tabung Geiger Muler dengan scalar dengan menggunakan kabel koaxial
3. Dihubungkan
scalar ke sumber listrik PLN
4. Dihidupkan
scalar dan diukur cacah background
5. Diletakkan
sumber radioaktif pada rak Geiger Muler dan diukur laju cacah selama 1 menit
dengan scalar tanpa absorber
6. Dipasang
absorber Aluminium pada rak Geiger Muler , kemudian diukur kembali laju
pencacahan
7. Diulangi
percobaan untuk absorber Flexi Glass dan absorber kertas karton
8. Dicatat
hasilnya pada table
BAB
IV
HASIL PERCOBAAN DAN
ANALISIS
4.1 Data Percobaan
(terlampir)
4.2
Analisa Data
1. Dari
data yang diperoleh, Range beta (R) dari unsur radioaktif yaitu :
R (mg/cm2) = 530 x E – 106 ; E = 5,4 MeV
R (mg/cm2) = 530 x 5,4 – 106
R = 2756 (mg/cm2)
R = 2,756 (gr/cm2)
2. Membuat
grafik Cpm-Vs-ketebalan untuk masing absorber
(Terlampir)
3. Inti
Sr-90 memancarkan partikel beta dengan energi 0,54 MeV. Tentukan range Al yang
diperlukan untuk menahan semua radiasi beta, jika bahan yang digunakan
aluminium (ρ Al = 2,7 gr/cm2)
4. Menentukan
koefisien dari masing-masing absorber yang digunakan.
µ = R (gr/cm2) / ρ
a. Untuk
absorber Aluminium
ρ Al = 2,7 (gr/cm3)
µ = 2,756 (gr/cm2)
/ 2,7 (gr/cm3)
= 1,0207 cm-1
b. Untuk
absorber flexiglass
ρ flexiglass = 1,18 (gr/cm3)
µ = 2,756 (gr/cm2)
/ 1,18 (gr/cm3)
= 2,336 cm-1
c. Untuk
absorber kertas karton
ρ kertas karton = 0,0087 (gr/cm3)
µ = 2,756 (gr/cm2) / 0,0087 (gr/cm3)
= 316,78 cm-1
BAB
V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
1. Sifat-sifat
dari radiasi beta adalah sebagai berikut :
-
Bermuatan listrik
negatif
-
Dibelokkan oleh medan
magnet ke arah kutub positif
-
Massanya sangat kecil
sehingga di abaikan
-
Daya ionisasinya di
udara 1/100 kali partikel alfa
-
Jarak tembusnya lebih
jauh dari partikel alfa hanya berapa cm di udara
-
Kecepatan partikelnya
hanya 1/100 – 99/100 kecepatan cahaya
-
Partikelnya mudah
dibelokkan jika melewati medium karena massanya yang sangat kecil.
-
Merupakan partikel
subatomic yang terlempar dari inti atom yang tidak stabil
-
Jika radiasi partikel
beta diatas 200keV, maka radiasinya sangat berbahaya bagi manusia
-
Tidak dapat melewati
timbal
2. Koefisien absorber dari kertas karton, flexi
glass, dan aluminium adalah :
a. Untuk
absorber Aluminium
ρ Al = 2,7 (gr/cm3)
µ = 2,756 (gr/cm2)
/ 2,7 (gr/cm3)
= 1,0207 cm-1
b. Untuk
absorber flexiglass
ρ flexiglass = 1,18 (gr/cm3)
µ = 2,756 (gr/cm2)
/ 1,18 (gr/cm3)
= 2,336 cm-1
c. Untuk
absorber kertas karton
ρ kertas karton = 0,0087 (gr/cm3)
µ = 2,756 (gr/cm2)
/ 0,0087 (gr/cm3)
= 316,78 cm-1
3. Dalam peluruhan beta, sebuah neutron
berubah menjadi proton (atau sebuah proton menjadi sebuah neutron). JAdi, Z dan
N masing-masing berubah sebnayak satu satuan, tetapi A tidak berubah. PAda
peluruhan beta paling utama, sebuah neutron meluruh menjadi sebuah proton dan
sebuah elektron: n→p + e. Ketika proses peluruhan ini pertama kali dipelajari,
partikel yang dipancarkan disebut partikel beta; kemudian baru diperlihatkan
bahwa partikel itu adalah elektron. Elektron yang dipancarkan dalam
peluruhan beta bukanlah elektron orbital. Juga bukan elektron yang semula di
dalam inti atom, karena sebagai mana kita lihat asas ketidakpastian melarang
elektron hadir di dalam inti atom. Elektron itu “diciptakan” oleh inti atom
dari energi yang ada. Jika beda energi diam antara kedua inti atom
sekurang-kurangnya mec2, maka hal tersebut memang mungkin
terjadi. Jenisnya terdiri dari dua yaitu:
Peluruhan β+ terjadi apabila
massa inti atomik nuklida sebelum meluruh lebih besar dibandingkan dengan massa
inti atomik nuklida hasil peluruhan. mi>mt
peluruhan β- terjadi apabila
massa inti atomik nuklida sebelum meluruh sekurang-kurangnya 2me lebih besar
dari pada massa inti atomik nuklida hasil peluruhan
mi>mt+ 2me.
5.2 Saran
1. Sebaiknya
praktikan selanjutnya mengetahui sifat-sifat partikel beta
2. Sebaiknya
praktikan selanjutnya memegang kotak radiasi dengan hati-hati
3. Sebaiknya
praktikan memahami prinsip kerja detector Geiger Muller
DAFTAR PUSTAKA
Akhadi, Mukhlis. 2000. Dasar-Dasar Proteksi Radiasi. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta.
Halaman : 52 − 55
Sutrisno.
1983. Fisika Dasar : Fisika Modern. Edisi Ketiga. Bandung : Penerbit
ITB.
Halaman : 11 – 15
Tipler,
Paul. 2012. Modern Physics. Sixth
Edition. United States : W. H. Freeman and
Company.
Pages : 515 – 516
Wibawa,
Teguh Hafiz A. 2009. Evaluasi Penggunaan Pencacah
Beta dan Gamma Pada
Penetuan Kemurnian Radiokimia 188/186Re-CTM.
Bandung : Prosiding Seminar
Nasional Sains dan Teknologi
Nuklir.
Diakses pada: Selasa,16 Oktober
2012
data percobaanya dimana ya kak?
ReplyDelete