BAB 1
1.1 LATAR BELAKANG
Bahan thermoelektrik adalah bahan
unik yang dapat mengkonversi energi panas menjadi energi
listrik, atau sebaliknya yang ramah
lingkungan. Kinerja dari bahan thermoelektrik ditentukan oleh nilai figure
of merit (FOM) yang didefinisikan sebagai T=(S2s/k)/T, dengan S adalah
koefisien Seebeck, s adalah konduktivitas listrik, k adalah
konduktivitas thermal, dan T adalah temperatur yang dinyatakan dalam Kelvin.
Devais thermoelektrik konvensional umumnya menggunakan bahan aloy bulk binary
semikonduktor. Walaupun demikian, penggunaan devais thermoelektrik konvensional
ini dibatasi oleh nilai efisiensinya yang relatif masih rendah. Dalam
makalah ini direview hasil penelitian bahan thermoelektrik baru dalam usaha
untuk meningkatkan kinerjanya untuk aplikasi. Teknik yang digunakan berupa
manipulasi sifat fisis bahan dengan ‘induksi’ elemen tertentu (“rattler”),
manipulasi struktur kristal dengan struktur nano, dan investigasi bahan oksida
bulk baru berbasis logam oksida kobalt.
Di dalam
kehidupan manusia di muka bumi ini energi panas terutama dihasilkan dari cahaya
matahari; energi panas yang tidak berguna banyak pula dihasilkan dari limbah
industri (pabrik) maupun dari kegiatan antropogenik manusia seperti kendaraan
bermotor (automotive) dan pemakaian AC (air conditioning). Dengan
demikian, dengan menggunakan bahan thermoelektrik ini, energi panas yang jumlahnya
berlebih atau tidak berguna dapat dikonversi menjadi energi listrik yang
berguna bagi kehidupan manusia, terutama bagi daerah - daerah terpencil atau
terisolir dimana distribusi energi listrik masih memerlukan transmisitransmisi energi.
Dalam skala aplikasi yang lebih besar, material thermoelektrik ini diharapkan dapat
digunakan sebagai sumber energi alternatif untuk menggantikan energi dari bahan
bakar
1.2 TUJUAN
1. Untuk mengetahui prinsip
kerja termokopel.
2. Untuk mengetahui efek
seeback, efek thomson, efek peltier, dan gejala thermoelektrik.
3. Untuk mengetahui
aplikasi percobaan gejala thermoelektrik.
4. Untuk mengetahui hubungan antara suhu dengan GGL (gaya gerak
listrik)
BAB 2
LANDASAN TEORI
Pada banyak tanaman
menghasilkan, batubara atau tanah dibakar dalam boiler untuk menghasilkan turbin uap.
Turbin ini, pada gilirannya, memutar generator yang menghasilkan listrik.
Dengan demikian energi panas diubah menjadi energi listrik. Tapi itu adalah
sebuah proses tidak langsung .
Pada abad kedelapan
belas, Alessandro Volta, penemu sel volta, menemukan fenomena aneh. Ia
menemukan bahwa jika dua logam berbeda ditempatkan dalam kontak dengan satu
sama lain, salah satu logam akan menjadi sedikit negatif dan yang lain sedikit
positif. Dengan kata lain, perbedaan potensial muncul antara keduanya. Kami
menyebutnya potensi kontak ini. Dia lebih lanjut menemukan bahwa potensi kontak
dipengaruhi oleh logam yang digunakan dan suhu persimpangan antara mereka .
Hari ini, kami
percaya bahwa potensi kontak diproduksi karena elektron bebas hadir dalam
logam. Elektron bebas berpindah dari satu logam ke lain tapi dispending pada
logam yang digunakan, bisa menyeberang lebih mudah dalam satu arah daripada
yang lain. Logam menerima elektron yang paling bebas, maka akan menjadi
negatif. Yang lainnya, karena kekurangan yang elektron, menjadi positif .
Pada 1822 Thomas
J Seebeck ahli fisika Jerman, mengambil tip dari pengamatan Volta tentang
pengaruh suhu pada potensi kontak, mengembangkan termokopel. Ini terdiri dari dua
strip logam berbeda, bergabung pada salah satu ujungnya. Ketika tho bergabung
ujungnya dipanaskan, tegangan langsung kecil muncul antara ujung unjoined keren
dari strip. Besarnya tegangan ini tergantung langsung pada perbedaan suhu
antara ujung panas dan dingin termokopel.
Sejumlah
termokopel dapat bergabung untuk menghasilkan thermopile, yang merupakan
detektor yang sangat sensitif panas sinar. Sebanyak beberapa ratus termokopel
dapat bergabung dalam seri ( Hanya tiga set yang ditampilkan di sini ) dan
terbungkus dalam wadah yang terbuka di satu sisi. Satu set dari sambungan tetap
dingin dengan menempatkannya di belakang kontainer. Yang lain dari persimpangan terkena panas sinar
masuk melalui lubang. Sebuah tanduk dipasang di sisi terbuka, bertindak sebagai
semacam corong untuk menangkap lebih banyak sinar panas dan dengan demikian
meningkatkan tegangan yang dihasilkan di ujung terbuka thermopile tersebut.
Sebuah
galvanometer sensitif digunakan untuk mengukur tegangan ini. Dalam 1883 Thomas A Edison, sementara
bereksperimen dengan lampu pijar nya, melihat efek aneh. Lampu terdiri dari filamen dalam bola kaca dari mana semua udara telah
dihapus. Ketika arus listrik disahkan throught filamen ini, perlawanan itu
ditemui menyebabkan filamen menyala, menghasilkan cahaya. Dalam lampu khusus ini,
Edison telah disegel dalam pelat logam. Ketika ia menghubungkan galvanometer
sensitif antara piring dan satu sisi dari filamen, instrumen menunjukkan bahwa
arus kecil mengalir pikir itu dari piring ke filamen. Edison Eable untuk
menjelaskan adanya arus ini .
Hari ini, kami
percaya bahwa, sebagai filamen dipanaskan, aktivitas normal dari elektron bebas
yang dipercepat sampai beberapa dari mereka ditembak keluar ke angkasa.
Sejumlah elektron bebas ini mendarat pada pelat logam, sehingga negatif.
Filamen, memiliki elektron yang hilang menjadi positif. Ketika sirkuit eksternal
diselesaikan dengan menghubungkan galvanometer antara piring dan filamen, saat
ini mengalir pikir sirkuit seperti yang ditunjukkan. Jadi di sini kita memiliki
metode lain langsung untuk mengkonversi panas menjadi energi listrik. Pemberian
off elektron oleh filamen dipanaskan disebut emisi termionik. Sebagian besar
tabung elektron yang digunakan dalam radio, televisi, dan perangkat sejenis
beroperasi pada prinsip ini. Kami akan membahas masalah ini lebih lanjut nanti
dalam buku ini. Energi listrik diubah menjadi energi cahaya dalam lampu listrik. Dapatkah
energi cahaya diubah kembali menjadi energi listrik.
Petunjuk pertama datang pada tahun 1887 ketika
Heinrich Hertz, Ilmuwan Jerman yang dikenal sebagai " bulu radio "
menemukan bahwa, untuk gaya gerak listrik diberikan, percikan listrik akan
melompat melintasi celah besar jika kesenjangan ini diterangi oleh sinar
ultraviolet dari jika kesenjangan yang tersisa dalam gelap. Petunjuk kedua muncul setahun
kemudian ketika Wilhelm Balai Wachs, ilmuwan lain Jerman, menemukan bahwa sinar
ultraviolet jatuh pada logam pelat bermuatan negatif
menyebabkannya berkurang dengan sendirinya .
Petunjuk terakhir
datang sekitar sepuluh tahun kemudian ketika Joseph J Thomson ilmuwan Inggris
yang terkenal menemukan bahwa sinar ultraviolet jatuh pada permukaan logam
menyebabkan ia memancarkan elektron. Berikut adalah alasan untuk perilaku Hertz spark
gap. Kehadiran elektron yang dipancarkan (dari bola logam antara yang percikan
melompat) mengurangi hambatan efektif kesenjangan dan dengan demikian percikan
mampu melompat di atasnya lebih mudah. Juga, jika piring bermuatan negatif yang
dipancarkan elektron itu kehilangan muatan negatif. Jika di sisi lain, piring didakwa
positively, hilangnya elektron hanya akan meningkatkan biaya .
Emisi elektron di
bawah pengaruh energi cahaya disebut emisi fotolistrik. Semakin intese cahaya,
semakin banyak elektron yang dipancarkan oleh logam terbuka. Walaupun
kebanyakan logam akan memancarkan elektron dipancarkan ketika permukaannya
expsed sinar ultraviolet dua ilmuwan Jerman lainnya, Julius Elster dan Hans
Friendrich Geitel menemukan bahwa beberapa logam seperti natrium, kalium dan
beberapa sinar lainnya dan sinar infra merah juga.
Setengah silinder
logam (disebut katoda) dilapisi pada permukaan dalamnya dengan beberapa zat
memancarkan seperti kalium atau cesium. Sebuah batang logam tipis (disebut
anoda) ditempatkan sepanjang sumbu pusat katoda. Kedua katoda dan anoda
tertutup dalam amplop kaca dari mana udara telah dievakuasi dan yang diatur
dalam basis Bakelite. Koneksi yang dibuat ke anoda dan katoda dengan cara garpu
dipasang di dasar .
Ada dua alasan
untuk mengevakuasi udara dari amplop. Pertama, kami ingin elektron emmited
untuk memiliki jalur tanpa hambatan dari katoda ke anoda tanpa bertabrakan
dengan molekul udara. Kedua permukaan memancarkan dan merusak tindakan tabung berikut kemudian adalah sebuah alat yang mengubah energi cahaya langsung
menjadi energi listrik.
Aplikasi berbagai
unsur foto yang sederhana seperti mereka cerdik. Misalnya, seberkas cahaya di
salah satu sisi ruangan dapat difokuskan untuk menyerang chathode dari unsur
foto pada sisi yang berlawanan .Sebuah setup yang sama dapat digunakan sebagai
alarm pencuri, kecuali bahwa sinar ulatraviolet terlihat akan digunakan sebagai
pengganti sinar cahaya tampak. Ketika sinar terganggu oleh tubuh lewat pencuri
pikir itu, alarm akan diberikan. Sirkuit yang sama dapat
digunakan untuk menghitung dan tujuan pengurutan mana ada gangguan sinar
mengoperasikan counter atau beberapa perangkat lain. [3]
Pada dunia elektronika, termokopel adalah
sensor suhu yang banyak digunakan untuk mengubah perbedaan suhu dalam benda
menjadi perubahan tegangan listrik (voltage). Termokopel yang sederhana dapat
dipasang, dan dimiliki jenis konektor standar yang sama, serta dapat mengukur
temperature dalam jangkauan suhu yang cukup besar dengan batas kesalahan
pengukuran kurang dari 1 oC.
Pada tahun 1821 seorang fisikawan Estonia
bernama Thomas Johann Seebeck menemukan bahwa sebuah konduktor (semacam logam)
yang diberikan perbedaan panas secara gradient akan menghasilkan tegangan
listrik. Hal ini disebut sebagai efek termolistrik. Untuk mengukur perubahan panas
ini gabungan dua macam konduktor sekaligus sering dipakai pada ujung benda
panas yang diukur.
Konduktor tambahan ini kemudian akan
mengalami gradiasi suhu, dan mengalami perubahan tegangan secara berkebalikan
dengan perbedaan temperature benda. Menggunakan logam yang berbeda untuk
melengkapi sirkuit akan menghasilkan tegangan yang berbeda, meninggalkan
perbedaan kecil tegangan memugkinkan kita melakukan pengukuran, yang bertambah
sesuai temperatur. Perbedaan ini umumnya berkisar antara 1 hingga 70 mikrovolt
tiap drajat celcius untuk kisaran yang dihasilkan kombinasi logam modern.
Beberapa kombinasi menjadi popular sebagai standart industri, dilihat dari
biaya, ketersediaannya, kemudahan, titik lebur, kemampuan kimia, stabilitas dan
hasil. Sangat penting di ingat bahwa termokopel mengukur perbedaan temperatur
di antara 2 titik, bukan temperature absolute. Pada banyak aplikasi, salah satu
sambungan (sambungan yang dingin) dijaga sebagai temperatur referensi, sedang
yang lain di hubungkan pada obyek pengukuran.
Contoh, pada gambar di atas hubungan dingin
akan ditempatkan pada tembaga pada papan sirkuit. Sensor suhu yang lain akan
mengukur suhu pada titik ini, sehingga suhu pada ujung benda yang diperiksa
dapat dihitung. Termokopel dapat dihubungkan
secara seri satu sama lain untuk membuat thermopile, dimana tiap
sambungan yang panas diarahan ke suhu yang lebih tinggi dan semua sambungan
dingin ke suhu yang lebih rendah.
Dengan begitu, tegangan pada setiap
termokopel menjadi naik, yang memungkinkan untuk digunakan pada tegangan yang
lebih tinggi. Dengan adanya suhu tetapan pada sambungan dingin yang berguna
untuk pengukuran di laboratorium secara sederhana termokopel tidak mudah
dipakai untuk ujung - ujung kebanyakan indikasi sambungan langsug dan instruen control.
Mereka menambahkan sambungan dingin tiruan ke sirkuit mereka yaitu peralatan
lain yang sensitive terhadap suhu (seperti termistor atau dioda) untuk mengukur
suhu sambungan input pada peralatan, dengan tujuan khusus untuk mengurangi
gradiasi suhu diantara ujung – ujungnya.
Disisni, tegangan yang berasal dari
hubungan dingin yang diketahui dapat disimulasikan, dan koreksi yang baik dapat
diaplikasikan. Hal ini dikenal dengan kompensasi hubungan digin. Biasanya
termokopel dihubungkan dengan alat indikasi oleh kawat yang disebut kabel
ekstensi menggunakan kawat – kawat dengan jumlah yang sama dengan konduktor
yang dipakai pada termokopel itu sendiri.
Kabel – kabel ini lebih murah dari pada
kabel termokopel, walaupun tidak terlalu mudah, dan biasanya diproduksi pada
bentuk yang tepat untuk pengangkutan jarak jauh umumnya sebagai kawat tertutup
fleksibel atau kabel multi inti. Kabel – kabel ini biasanya memiliki
spesifikasi untuk rentang suhu yang lebih besar dari kabel termokopel. Kabel
ini direkomendasikan untuk keakuratan tiggi. Kabel kompensasi pada sisi lain,
kurang presisi, tetapi murah.
Mereka memakai perbedaan kecil, biasanya
campuran material konduktor yang murah yang memiliki koefisien termoelektrik
yang sama dengan termokopel (bekerja pada rentang suhu terbatas) dengan hasil
yang tidak seakurat kabel ekstensi. Kombinasi ini menghasilkan output yang
mirip dengan termokopel, tetapi opersi rentang suhu kabel kompensasi dibatasi
untuk menjaga agar kesalahan yang diperoleh kecil. Kabel ekstensi atau
kompensasi harus dipilih sesuai kebutuhan termokopel.
Pemilihan ini menghasilkan tegangan yang
proposional terhadap beda suhu antara sambungan panas dan dingin, dan kutub
harus dihubungkan dengan benar sehingga tegangan tambahan ditambahakan pada
tegangan termokopel, menggantikan perbedaan suhu antara sambungan panas dan
dingin. Termokopel paling cocok digunakan untuk mengukur rentangan suhu yang
luas, hingga 1800 K. Sebaliknya, kurang cocok untuk pengukuran dimana perbedaan
suhu yang kecil harus diukur dengan akurasi tingkat tinggi , contohnya rentang
suhu 0-100 oC dengan keakuratan 0,1 oC. Untuk aplikasi
ini termistor dan RTD lebih cocok. Contoh penggunaan termokopel yang umumnya
antara lain :
1.
Industri besi dan baja
2.
Pengaman pada alat –
alat pemanas
3.
Untuk thermopile sensor
radiasi
4.
Pembangkit listrik
tenaga panas radioisotop, salah satu aplikasi thermopile [4]
Dalam anlisis gawai
termoelektrik, lima efek harus diperhatikan. Di samping konduksi kalor dan
kerugian Joule sedehana, yang menyertai arus listrik terhadap tahanan medium
penghantar, efek Seebeck, Peltier, dan Thomson harus dibahas. Akan terlihat
bahwa ketiga fenomena yang terakhir, yang semuanya terjadi akibat ketidaksamaan
potensial listrik yang dihasilkan dalam cara yang berbeda, diantarhubungkan
melalui pernyataan yang relatif sederhana yang mula-mula dikembangkan oleh
Kelvin, yang dikenal sebagai hubungan Kelvin yang pertama dan kedua.
Efek Hall dan
Ettinghausen (galvanometik) dan efek Nernst dan Right-Leduc (termomagnetik)
akan dijelaskan kemudian bilamana pengaruh medan magnetik-luar disajikan. Kegunaan efek Hall dalam menentukan
jenis-jenis senikonduktor akan dijelaskan. Analisis termodinamik gawai
termoelektrik, di sini bahan penghantar adalah benda padat, menghendaki
meninjau perpindahan kalor dengan konduksi. Perpindahan kalor dengan radiasi
dan konveksi akan diabaikan. Perpindahan kalor sederhana yang laju perpindahan
kalor diandaikan sebanding dengan gradien temperatur sering disebut sebagai
aloran kalor Fourier karena perpindahan kalor ini mengikuti hukum Fourier
tentang konduksi kalor :
(2.1)
Dengan demikian
adalah koefisien konduktivitas termal, yang
biasanya dinyatakan dalam watt per cm-derajat K. Untuk batang penampang persegi
panjang, laju perpindahan kalor akan sama dengan :
(2.2)
Diandaikan bahwa
tidak berubah terhadap temperatur, atau boleh
juga, bahwa nilai yang dipakai adalah nilai dalam jangka temperatur
.
Aliran arus listrik
dalam sembarang tahanan diikuti oleh pembuangan energi listrik, dengan kata
lain, transformasi energi listrik menjadi energi termal. Pembuangan energi ini
akan menaikkan temperatur bahan penghantar kecuali energi yang jumlahnya sama
diambil oleh perpindahan kalor. Dengan hokum Ohm, V= I.R. Laju pemanasan Joule
adalah
(2.3)
Tahanan R ditentukan oleh ukuran bahan
penghantar dan tahanan jenis bahan (
, ohm
sentimeter2/sentimeter, tau hanya dengan ohm-sentimeter. Kebalikan
tahanan jenis adalah konduktivitas (
,
dengan demikian
(ohm-cm)-1 (2.4)
Untuk batang persegi panjang, tahanan listrik
adalah
ohm (2.5)
Arus listrik lebih mudah dinyatakan sebagai
kerapatan (densitas) arus (J), yang berupa
(2.6)
Maka:
(2.7) =
(2.8)
Efek termoelektrik Seebeck sudah dikenal oleh kebanyakan ahli teknik disebabkan oleh
penggunaannya pada pengukuran temperatur secara termokopel atau sepasang
penghantar yang berbeda, yang disusun secara skematis. Kedua bahan yang berbeda
tersebut, yang menyusun termokopel, ditandai dengan P dan N yang temperaturnya
TH yang merupakan temperatur yang akan diukur. Rangkaian
potensiometer dihubungkan melaui kawat tembaga ke penghantar P dan N
masing-masing, kedua sambungan (junction) adalah pada temperatur acuan TL.
Dengan potensiometer pada posisi nol (aliran arus listrik melalui galvanometer
adalah nol), tegangan rangkaian terbuka VPN, yang diakibatkan oleh
perbedaan temperatur (TH-TL).
Koefisien
Seebeck (
yang kadang-kadang disebut “daya
termoelektrik”, untuk satu bahan relativ terhadap bahan lainnya didefenisikan
sebagai
(2.9)
Jika, misalnya, platina diambil sebagai acuan,
seperti yang memang dilakukan untuk bahan-bahan termokopel, maka
adalah kemiringan garis pada sebarang
temperatur untuk bahan P yang pada tge (emf) dilukiskan tehadap temperatur.
Perhatikan bahwa
tegangan Seeback tidak dipengaruhi oleh temperatur sekitar maupun oleh bahan
yang dipakai untuk kawat-kawat penghubung peralatan (dalam hal ini tembaga).
Dua bahan berbeda (katakanlah, P1 dan N) dibutuhkan untuk gawai ini dan
koefisien Seebeck pada temperatur tertentu untuk gabungan tersebut diberikan
oleh
(2.10)
Kita lihat bahwa efek Seebeck akan telah
dihasilkan dengan dua bahan P1 dan P2, akan tetapi tge untuk perbedaan
temperatur, tidak akan sebesar yang dihasilkan oleh gabungan bahan P1 dan N.
Bila satu koefisien Seebeck adalah positif dan yang lainnya negatif terhadap
bahan pembanding, koefisien dengan (Couple) adalah perjumlahan nilai-nilai
numeriknya.
Bila
arus mengalir dari satu bahan penghantar ke bahan lainnya melalui satu
sambungan, energi dibawa oleh pembawa muatan ke sambungan dari bahan A pada
bagian kiri pada laju QA, dan energi di bawa dari sambungan ke bahan B pada bagian kanan
laju QB. Karena tingkat energi pembawa muatan pada umumnya akan
berbeda pada kedua bahan tersebut, QA akan lebih atau
lebih kecil dari besar QB. Untuk mempertahankan temperatur
sambungan yang konstan kalor harus dipindahkan ke atau dari sebaliknya.
Perhatikan bahwa arah aliran arus yang
ditunjukkan adalah arus-arus konvensional yang berlawanan dengan arah aktual
aliran elektron, aliran ini dapat dinyatakan sebagai arah aliran “lubang”
(hole), disini “lubang” diartikan sebagai lowongan yang ditinggalkan oleh
pengambilan satu elektron. Tingkat energi, dengan demikian, jumlah energi yang
diangkut adalah fungsi setiap bahan.
Sambungan
itu sendiri harus mempunyai tahanan listrik terhingga (finite) sehingga aliran
arus melalui sambungan tersebut akan menghasilkan pembuangan daya Joule yang
biasa, yang besarnya sama dengan I2R. Tentu saja proses ini bersifar
reversible, tetapi akan selalu merupakan konversi energi listrik menjadi energi
kalor.
Tergantung
pada besaran relatif
dan
, efek
Peltier dapat positif maupun negatif,
atau
kah yang lebih besar efek Peltier dapat
dibalik oleh pembalikan arah aliran arus listrik. Akan tetapi Qj
akan mempunyai nilai maksimum untuk nilai efek Peltier yang negatif karena suku
I2R selamanya bertanda positif. Disebabkan
oleh pengacauan termal pembawa muatan, adalah memungkinkan untuk diciptakan
gradien tegangan pada bahan yang homogeni bilamana terdapat gradien temperatur,
agak terpisah dari penurunan tegangan yang diakibatkan oleh tahanan bahan.
Diandaikan bahwa gradien tegangan yang dihasilkan oleh perbedaan temperatur
adalah positif dalam arah yang sama dengan arah gradien temperatur tersebut.
Untuk
satu elektron, satuan-satuannya adalah elektron-volt per elektron per derajat
K, yang analog dengan kalor spesifik. Pada rangkaian tertutup, arah aliran arus
listrik yang disebabkan oleh perbedaan temperatur akan tergantung pada jenis
bahan, pada bahan jenis-P arahnya berlawanan dengan arah bahan jenis-N. Pada
dasarnya, perbedaan itu tergantung pada pakah arus dibawa oleh eksitasi
(penggairahan) elektron dari tingkat energi donor ke dalam pita konduksi itu
dilakukan oleh lubang yang ditinggalkan lowong oleh elektron begitu elektron
dieksitasi ke tingkat penerima yang masih tetap dibawah tingkat energi
konduksi.
Aliran
arua (arah aliran lubang) akan berlangsung dan temperatur yang lebih tinggi ke
temperatur yang lebih rendah, seperti yang ditunjukkan untuk bahan jenis-P.
Perbedaan temperatur yang sama akan menciptakan perbedaan tegangan yang
berlawanan dan aliran arus dari kanan ke kiri (berlawanan dengan arah aliran elektron) pada bahan
jenis-N.
Seperti
yang diharapkan, efek Seebeck, Peltier, dan Thomson bukanlah fenomena yang
tersendiri-sendiri, tetapi mempunyai antar hubungan. Thomson meramalkan bentuk
hubungan dengan penalaran termodinamik makroskopik murni. Karena dia
mengabaikan pengaruh ireversibilitas, yang dihasilkan Kelvin belum kuat dan
tidak akan diterima saat ini. [1]
Efek
listrik thermoelektrik adalah karena gradien dalam potensial elektrokimia
disebabkan oleh gradien suhu dalam bahan melakukan. Koefisien
Seebeck, α didefinisikan sebagai (ΔV / AT) sebagai AT → 0 dimana ΔV adalah emf
adalah jumlah yang sangat berguna dan berhubungan dengan entropi diangkut per
partikel (α =-S * / e).
Dalam
ekstrinsik semikonduktor koefisien Seebeck untuk elektron diberikan oleh
= (2.11)
= (2.11)
Ruang Koefisien Rh diberikan oleh ekspresi:
Rh =
(2.12)
Dimana Zen
diberi muatan kerapatan pembawa (dengan tanda yang sesuai untuk biaya operator)
dan A adalah konstanta tergantung pada apakah bahan yang semikonduktor atau
logam. Jika kedua σ dan R diketahui, maka produk.
(2.13)
Model Band seperti yang disebutkan sebelumnya ada dua penjelasan
membatasi elektron terluar atom dalam bentuk padat teori karet, dan
lokal-elektron teori atau teori-ligan lapangan. Ketika ada tumpang tindih
yang cukup antara orbital elektron terluar dari atom, teori band Bloch dan
Wilson akan berlaku. Dimana keduanya ukuran dan
elektronegativitas dari anion dan kation yang sangat berbeda, seperti dalam
kasus oksida logam transisi, luar s dan p-orbital membentuk pita valensi penuh
dan pita konduksi kosong dipisahkan oleh celah besar. Satu-satunya
negara yang berada di sekitar tingkat Fermi akan menjadi orang-orang di d-band.
D-band akan sempit (dibandingkan dalam logam) jika ion logam yang jauh
terpisah.
Mari kita
mempertimbangkan monoxides logam transisi 3d. Oksida TiO ke Nio semua
kubik dengan struktur garam. Bidang kristal
oktahedral dari anion O-2 di xides ini membagi lima kali lipat-merosot band
atas. Meskipun pemisahan medan kristal besar, kesenjangan yang nyata
dalam kepadatan negara hanya akan terjadi jika bandwidth adalah urutan membelah
atau lebih kecil. Karena band 3d cukup sempit, kita akan mengharapkan
kesenjangan energi ada.
Di TiO dan NbO ada dua dan tiga masing-masing d-elektron dan sub lower band hanya terisi sebagian.
Di TiO dan NbO ada dua dan tiga masing-masing d-elektron dan sub lower band hanya terisi sebagian.
Dari teori
Bloch-Wilson logam kita tahu bahwa bahan-bahan yang baik band yang benar-benar
penuh band harus metalik. Dengan demikian kita berharap TiO dan NbO menjadi
logam, karena memang ditemukan eksperimental. Chronium monoksida, CrO tidak
diketahui 3d teks teroksidasi yang berada, MnO memiliki lima d-elektron dan
d-band masih belum terisi penuh. Bertentangan dengan
harapan, oksida ini tidak metalik. Meminjam
sifat anti feromagnetik dari beberapa oksida, adalah mungkin untuk menjelaskan
perilaku mereka isolasi pada T = 0. Urutan magnetik menyebabkan dua kali lipat
dari ukuran sel primitif dan akibatnya membelah pertukaran semua band. Ini
mungkin berlaku untuk NiO dan MnO tetapi tidak untuk CoO, dan untuk menjelaskan
perilaku isolasi ini oksida terakhir kita harus mengasumsikan bahwa
kristalografi distorsi spontan untuk simetri rendah pada suhu rendah
memperkenalkan celah energi. Namun, perilaku suhu terbatas tidak dijelaskan,
karena senyawa harus menunjukkan konduktivitas logam pada suhu yang lebih
tinggi dari Tn (NiO, MnO, dan CoO yang semikonduktor sama sekali suhu). [2]
Fenomena termoelektrik pertama kali ditemukan tahun 1821
oleh ilmuwan Jerman, Thomas Johann Seebeck. Ia menghubungkan tembaga dan besi
dalam sebuah rangkaian. Di antara kedua logam tersebut lalu diletakkan jarum
kompas. Ketika sisi logam tersebut dipanaskan, jarum kompas ternyata bergerak.
Belakangan diketahui, hal ini terjadi karena aliran listrik yang terjadi pada
logam menimbulkan medan magnet. Medan magnet inilah yang menggerakkan jarum
kompas. Fenomena tersebut kemudian dikenal dengan efek Seebeck.
Penemuan Seebeck ini memberikan inspirasi pada Jean
Charles Peltier untuk melihat kebalikan dari fenomena tersebut. Dia mengalirkan
listrik pada dua buah logam yang direkatkan dalam sebuah rangkaian. Ketika arus
listrik dialirkan, terjadi penyerapan panas pada sambungan kedua logam tersebut
dan pelepasan panas pada sambungan yang lainnya. Pelepasan dan penyerapan panas
ini saling berbalik begitu arah arus dibalik. Penemuan yang terjadi pada tahun
1934 ini kemudian dikenal dengan efek Peltier. Efek Seebeck dan Peltier inilah
yang kemudian menjadi dasar pengembangan teknologi termoelektrik. Banyak
aplikasi lain penggunaan energi termoelektrik yang sedang dikembangkan saat
ini, seperti pemanfaatan perbedaan panas di dasar laut dan darat, atau
pemanfaatan panas bumi. Kesulitan terbesar dalam pengembangan energi ini adalah
mencari material termoelektrik yang memiliki efisiensi konversi energi yang
tinggi. Parameter material termoelektrik dilihat dari besar figure of merit
suatu material. Idealnya, material termoelektrik memiliki konduktivitas listrik
tinggi dan konduktivitas panas yang rendah.
Namun kenyataannya sangat sulit mendapatkan material
seperti ini, karena umumnya jika konduktivitas listrik suatu material tinggi,
konduktivitas panasnya pun akan tinggi.
Material yang banyak digunakan saat ini adalah Bi 2 Te 3, PbTe, dan SiGe. Saat ini Bi2 Te3 memiliki figure of merit tertinggi. Namun, karena terurai dan teroksidasi pada suhu di atas 500 OC, pemakaiannya masih terbatas. Rendahnya figure of merit ini menyebabkan rendahnya efisiensi konversi yang dihasilkan, di mana saat ini efisiensinya masih berkisar di bawah 10 persen. Nilai ini masih berkurang sampai 5 persen setelah menjadi sebuah sistem pembangkit listrik. Masih cukup jauh dibandingkan dengan solar cell yang sudah mencapai 15 persen. Namun, penelitian ini masih terus berkembang, apalagi setelah Yamaha Co Ltd berhasil menaikkan figure of merit sebesar 40 persen dari yang ada selama ini. Setelah itu, perkembangan termoelektrik tidak diketahui dengan jelas sampai kemudian dilanjutkan oleh WW Coblenz pada tahun 1913 yang menggunakan tembaga dan constantan (campuran nikel dan tembaga).
Material yang banyak digunakan saat ini adalah Bi 2 Te 3, PbTe, dan SiGe. Saat ini Bi2 Te3 memiliki figure of merit tertinggi. Namun, karena terurai dan teroksidasi pada suhu di atas 500 OC, pemakaiannya masih terbatas. Rendahnya figure of merit ini menyebabkan rendahnya efisiensi konversi yang dihasilkan, di mana saat ini efisiensinya masih berkisar di bawah 10 persen. Nilai ini masih berkurang sampai 5 persen setelah menjadi sebuah sistem pembangkit listrik. Masih cukup jauh dibandingkan dengan solar cell yang sudah mencapai 15 persen. Namun, penelitian ini masih terus berkembang, apalagi setelah Yamaha Co Ltd berhasil menaikkan figure of merit sebesar 40 persen dari yang ada selama ini. Setelah itu, perkembangan termoelektrik tidak diketahui dengan jelas sampai kemudian dilanjutkan oleh WW Coblenz pada tahun 1913 yang menggunakan tembaga dan constantan (campuran nikel dan tembaga).
Dengan efisiensi konversi sebesar 0,008 persen, sistem
yang dibuatnya itu berhasil membangkitkan listrik sebesar 0,6 mW. AF Ioffe
melanjutkan lagi dengan bahan-bahan semikonduktor dari golongan II-V, IV-VI,
V-VI yang saat itu mulai berkembang. Hasilnya cukup mengejutkan, di mana
efisiensinya meningkat menjadi 4 persen. Ioffe melakukan satu lompatan besar di
mana ia berhasil menyempurnakan teori yang berhubungan dengan material
termoelektrik. Teori itu dibukukan tahun 1956 yang kemudian menjadi rujukan para
peneliti hingga saat ini.Penelitian termoelektrik muncul kembali tahun 1990-an
setelah sempat menghilang hampir lima dasawarsa karena efisiensi konversi yang
tidak bertambah. Setidaknya ada tiga alasan yang mendukung kemunculan tersebut.
Pertama, ada harapan besar ditemukannya material termoelektrik dengan efisiensi
yang tinggi, yaitu sejak ditemukannya material superkonduktor High-Tc pada awal
tahun 1986 dari bahan yang selama ini tidak diduga (ceramic material). Kedua,
sejak awal 1980-an, teknologi material berkembang pesat dengan kemampuan
menyusun material tersebut dalam level nano. Teknologi analisis dengan XPS,
UPS, STM juga memudahkan analisis struktur material. Ketiga, pada awal tahun
1990, tuntutan dunia tentang teknologi yang ramah lingkungan sangat besar. Ini
memberikan imbas kepada teknologi termoelektrik sebagai sumber energi
alternatif.
Teknologi termoelektrik bekerja dengan mengonversi
energi panas menjadi listrik secara langsung (generator termoelektrik), atau
sebaliknya, dari listrik menghasilkan dingin (pendingin termoelektrik). Untuk
menghasilkan listrik, material termoelektrik cukup diletakkan sedemikian rupa
dalam rangkaian yang menghubungkan sumber panas dan dingin. Dari rangkaian itu
akan dihasilkan sejumlah listrik sesuai dengan jenis bahan yang dipakai.
Kerja pendingin termoelektrik pun tidak jauh berbeda.
Jika material termoelektrik dialiri listrik, panas yang ada di sekitarnya akan
terserap. Dengan demikian, untuk mendinginkan udara, tidak diperlukan kompresor
pendingin seperti halnya di mesin-mesin pendingin konvensional. Untuk keperluan
pembangkitan lisrik tersebut umumnya bahan yang digunakan adalah bahan
semikonduktor.
Semikonduktor adalah bahan yang mampu menghantarkan arus
listrik namun tidak sempurna. Semikonduktor yang digunakan adalah semikomduktor
tipe n dan tipe p. Bahan semikonduktor yang digunakan adalah bahan
semikonduktor ekstrinsik. Persoalan untuk Termoelektrik adalah untuk
mendapatkan bahan yang mampu bekerja pada suhu tinggi.
Salah satunya adalah penerapan teknologi termoelektrik pada
pembangkitan listrik dari sumber panas. Sampai saat ini pembangkitan listrik
dari sumber panas harus melalui beberapa tahap proses.
Bahan bakar fosil akan menghasilkan putaran turbin
apabila dibakar dengan tekanan yang sangat tinggi. Sejak awal tahun 1990,
tuntutan dunia tentang teknologi yang ramah lingkungan sangat besar. Ini
memberikan imbas kepada teknologi termoelektrik sebagai sumber energi
alternatif. Banyak aplikasi lain penggunaan energi termoelektrik selain pada
RTG yang digunakan oleh Voyager 1. Salah satunya adalah penerapan teknologi
termoelektrik pada pembangkitan listrik dari sumber panas, saat ini
pembangkitan listrik dari sumber panas.
Teknologi termoelektrik bekerja dengan mengonversi
energi panas menjadi listrik secara langsung (generator termoelektrik), atau
sebaliknya, dari listrik menghasilkan dingin (pendingin termoelektrik). Untuk
menghasilkan listrik, material termoelektrik cukup diletakkan sedemikian rupa
dalam rangkaian yang menghubungkan sumber panas dan dingin. Dari rangkaian itu
akan dihasilkan sejumlah listrik sesuai dengan jenis bahan yang dipakai.
Kerja pendingin termoelektrik pun tidak jauh berbeda.
Jika material termoelektrik dialiri listrik, panas yang ada di sekitarnya akan
terserap. Dengan demikian, untuk mendinginkan udara, tidak diperlukan kompresor
pendingin seperti halnya di mesin-mesin pendingin konvensional. Untuk keperluan
pembangkitan lisrik tersebut umumnya bahan yang digunakan adalah bahan
semikonduktor. Semikonduktor adalah bahan yang mampu menghantarkan arus listrik
namun tidak sempurna. [5]
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. PERALATAN
1. PSA Simetris
Fungsi: sebagai sumber tegangan
DC.
2. Termometer
Fungsi: sebagai pengukur suhu air
es.
3. Statif
Fungsi: sebagai penyangga termokopel
dan termometer.
4. Termokopel
Fungsi: sebagai alat sensor suhu.
5. Kompor Listrik
Fungsi: Untuk menaikkan suhu air
es.
6. Multimeter Digital
Fungsi: sebagai alat ukur
tegangan.
7. Protoboard
Fungsi: Sebagai
tempat untuk merangkai komponen sementara.
8. Jumper
Fungsi: Sebagai penghubung antar
rangkaian.
9. Penjepit buaya
Fungsi: Sebagai alat penghubung antar komponen.
10.
Bejana
Fungsi: Sebagai wadah air es.
11. Cok Sambung
Fungsi: Sebagai penghubung
arus PLN dengan rangkaian.
3.2. KOMPONEN
1. Resistor 220kΩ
(2 buah), 270kΩ (2 buah), 2kΩ (1 buah)
Fungsi:
Sebagai tahanan
pada rangkaian.
2. Kapasitor
Fungsi: Untuk
menyimpan muatan dalam medan listrik pada rangkaian.
3. IC 356
Fungsi: Sebagai
penguat tegangan.
4.Potensiometer
Fungsi: Sebagai hambatan variabel.
3.3. BAHAN
1. Es Batu
Fungsi: sebagai sampel yang akan
diukur suhu.
3.4.
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Dipersiapkan peralatan dan komponen yang akan
digunakan dalam percobaan.
2. Dirangkain peralatan seperti pada skema rangkaian
seperti gambar di bawah ini:
3. Ditetapkan tegangan sebesar 12 Volt.
4. Dimasukkan sampel ke dalam bejana.
5. Di nol kan tegangan pada sumber tegangan.
6. Dimasukkan thermometer dan termokopel ke dalam
bejana.
7. Dihidupkan PSA Simetris.
8. Dihidupkan kompor listrik.
9. Dilihat pada multimeter digital besar tegangan yang
tertera.
10. Dicatat pengukuran tegangan pada suhu 50C
- 300C dengan interval 50C.
3.5. SKEMA RANGKAIAN
BAB
4
ANALISA
DATA
4.1. DATA PERCOBAAN
(Terlampir)
4.2. ANALISA DATA
1.
Menentukan koefisien Seebeck.
α =
(mV/oC)
- untuk T = 5
C, V = 33,5 mVolt
α1 =
= 6,77
- untuk T = 10
C, V = 26,5 mVolt
α2 =
- untuk T = 15
C, V = 23,5 mVolt
α3 =
- untuk T = 20
C, V = 25 mVolt
α4 =
- untuk T = 25
C, V = 24 mVolt
α5 =
- untuk T = 30
C, V = 22 mVolt
α6 =
- untuk T = 35
C, V = 23,5 mVolt
α7 =
- untuk T = 40
C, V = 24 mVolt
α8 =
- untuk T = 45
C, V = 26 mVolt
α9 =
- untuk T = 50
C, V = 31 mVolt
α10 =
2.
Menentukan kalor yang terjadi
disambungan tiap – tiap suhu.
Q = m . c . DT
m = 1 kg
C = 1 kal/kgoC
Q1 = 1 . 1 . 5 = 5 kal
Q1 = 1 . 1 . 5 = 5 kal
Q2 = 1 . 1 . 10 = 10 kal
Q3 = 1 . 1 . 15 = 15 kal
Q4 = 1 . 1 . 20 = 20 kal
Q5 = 1 . 1 . 25 = 25 kal
Q6 = 1 . 1 . 30 = 30 kal
Q7 = 1 . 1 . 35 = 35 kal
Q8 = 1 . 1 . 40 = 40 kal
Q9 = 1 . 1 . 45 = 45 kal
Q10 = 1 . 1 . 50 = 50 kal
3. Membuat grafik V–vs–T
Slope =
= 0,266 mV/oC
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
1. Dari percobaan yang telah dilakukan diketahui
bahwa Prinsip kerja termokopel yaitu : Dua buah kabel dari jenis logam yang
berbeda ujungnya. Hanya ujung
saja,disatukan (dilas). Titik
penyatuan ini disebut hot junction, kenaikan
suhu pada hot junction ini akan menimbulkan pergerakan elektron dari yang
tinggi ke yang rendah dan diukur multimeter sebagai beda potensial.
2.
Dari percobaan yang telah
dilakukan diketahui bahwa Efek Seebeck yaitu jika dua logam yang berbeda
disambungkan salah satu ujungnya, kemudian diberikan suhu yang berbeda pada
sambungannya maka akan terjadi perbedaan tegangan pada ujung yang lain; Efek
Thomson menyatakan bahwa terdapat pelepasan panas bolak-balik dalam penghantar
homogeny yang terkena perbedaan panas dan perbedaan listrik secara simultan;
Efek Peltier menyebutkan jika suatu arus searah dialirkan pada suatu rangkaian
yang terdiri dari materi berbeda maka salah satu simpangan logam yang tidak
sama tersebut akan dipanaskan dan simpangan logam yang lainnya didinginkan.
3.
Dari percobaan yang telah
dilakukan diketahui bahwa aplikasi dari gejala thermoelektrik dalam kehidupan
sehari-hari yaitu kulkas, hairdryer, AC, perbedaan panas didasar laut dan
darat, pemanfaatan panas bumi.
4.
Dari percobaan yang telah
dilakukan diketahui bahwa hubungan antara suhu dan gaya gerak listrik
(ggl) berbanding lurus, yaitu semakin
besar perbedaan suhunya maka semakin besar gaya gerak listriknya.
5.2 SARAN
1.
Agar praktikan selanjutnya
memahami tentang efek Seebeck, efek Peltier dan efek Thomson.
2.
Agar praktikan selanjutnya
lebih teliti dalam mengukur suhu.
3.
Agar praktikan selanjutnya
memahami perbedaan antara Thermokopel dan Thermometer.
4.
Agar praktikan selanjutnya mengetahui
peralatan dan fungsi percobaan.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Barsasella, D. Wood. 2010.
Fisika Untuk Mahasiswa Kesehatan. CV.Trans Info Media : Jakarta.
Hal.
137-141.
[2] Mackay, J. 2001. Phase Transition in Solid. Mc-Graw Hill Inc :
America.
Hal. 264-265.
[3] Marcus, A.1964. Basic Electricity. Prentice Hall : New York.
Hal. 250-255.
[4] Wood, Bernard. D. 1988. Penerapan Termodinamika. Edisi Kedua.
Erlangga : Jakarta.
Hal. 67-72.
Diakses tanggal
19 November 2013.
Medan, 7 Desember 2013
Asisten Praktikan
(Ronald J Naibaho) (Rinto
Pangaribuan)
No comments:
Post a Comment