Tuesday, 17 December 2013

ABSORSI GAMMA



BAB I
PENDAHULUAN


1.1Latar Belakang
Sinar γ adalah radiasi gelombang elektomagnetik dengan daya tembus tinggi dengan panjang gelombang 10-7 – 10-11 cm. Sinar γdipancarkan dari inti atom yang tidak stabil (radioaktif) atau pada inti dalam keadaan tereksitasi (excited state), kemudian sinar γterpancar ke keadaan dasar dengan jalan memancarkan radiasi elektromagnetik yang disebut sebagai Sinar γ. Dengan kata lain, jika suatu inti berada dalam keadaan tereksitasi namun karena ketakstabilan dari keadaan tereksitasi, inti tersebut akan berpinduh ke keadaan stabil, inti tersebut akan memancarkan sinar γ.
Sinar γ sama seperti radiasi sinar elektromagnetik lainnya biasa dipandang sebagai paket-paket energi yang disebut foton (γ). Massa dan muatan suatu inti yang memancarkan sinar γtidak berubah.Sinar γini memiliki energi yang sama dengan selisih antara tingkat-tingkat energi tersebut.Sinar γ mempunyai sifat yang sama dengan sinar-X, namun panjang gelombangnya lebih pendek dibandingkan sinar-X.
Baik sinar-X maupun sinar-γ keduanya merupakan radiasi elektromagnetik yang membawa energi dalam bentuk paket-paket yang disebut foton. Oleh karena itu, seringkali kedua jenis radiasi tersebut dinamaikan juga sebagai radiasi foton. Berbeda dengan partikel-α dan partikel-β yang mempunyai jangkauan relatif pasif, sehingga energi yang dibawa kedua partikel tersebut dapat terserap seluruhnya oleh materi dengan ukuran tertentu.
Sehingga yang menjadilatarbelakangadalahmengetahui sinar gamma adalah termasuk sinar yang tidak dapat dilihat oleh mata untuk itu perlu adanya detektordaninteraksisinar gamma denganmateri.

1.2Tujuan
1.      Untuk mengetahui hubungan antara intensitas sinar gamma dengan ketebalan  absorber
2.      Untuk menentukan koefisien absorbsi sinar gamma pada beberapa absorber.
3.      Untuk mengetahui aplikasi sinar gamma.
                                               



BAB II
                                    LANDASAN TEORI


Seperti  halnya inti atom yang tereksitasi dapat memancarkan foton. Inti atom dapat berada pada keadaaan tereksitasi sebagai akibat peluruhan alfa, beta atau melalui proses tumbukan dengan zarah lain. Setelah peluruhan alfa dan beta, inti biasanya dalam keadaan tereksitasi. Seperti halnya atom, inti akan mencapai keadaan dasar (stabil dengan memancarkan foton gelombang elektromagetik) yang dikenal dengan sinar gamma (γ).
Sebuah inti yang tereksitasi dapat meluruh dengan cara emisi radiasi elektromagnetik dengan cara konversi internl menuju tingkat energi inti yang lebih rendah. Proton yang tereksitasi dapat meemancarkan radiasi elektromagnetik sinar gamma melalui proses peluruhan. Hal ini identik dengan transisi elektron tereksitasi dalam atom dari tingkat energi yang lebih tinggi ke tingkat energi yang lebih rendah disertai dengan pancaran radiasi elektromagnetik atau pancaran elektron auger. Pada umumnya keadaan inti tidak berupa keadaan zarah tunggal, sehingga penyusunan kembali nukleon pada peluruhan gamma adalah sangat kompleks.
Radiasi sinar gamma umumnya dikenal sebagai radiasi elektromagnetik yang dihasilkan inti atom. Radiasi gamma memiliki panjang gelombang lebih pendek dari 104 F, dengan energi lebih besar 0,1 MeV sampai dengan 10 MeV, yang merupakan karakteristik selisih antara keadaan-keadaan inti. Proses interaksi antara sinar gamma dengan materi adalah kompleks.
Energi sinar gamma yang dipancarkan sama dengan selisih antara tingkat-tingkat energi dimana inti atom melakukan transisi. Perhitungan yang lebih teliti harus melibatkan adanya pentalan (recoil) inti atom pemancar.
Gambar 2.1 Peluruhan Gamma (a) Diagram Energi. (b) Diagram Momentum
Apabila foton gamma berinteraksi dengan sebuah elektron bebas atau yang terikat lemah. Energi yang dilepaskan pada saat terjadi transisi adalah energi inti yang digunakan sebagai tenaga sinar gamma dan tenaga recoil inti pemancar.            (Yusman Wiyatmo, 2006)
Detektor Geiger-Mueller terdiri dari tabung logam yang berfungsi sebagai katoda dan kawat yang dipasang ditengah tabung sebagai anoda.Kedua ujungnya ditutup dengan bahan isolatordengan diisi gas mulia sebagai gas utama yang dapat dicampur dengan gas quenching.
Gas quenching dapat menggunakan gas poliatomik ataupun gas diatomik (seperti gas
halogen) dengan volume sekitar 5% - 10% .Pemilihan gas mulia sebagai gas utama disebabkantingkat kereaktifan gas mulia sangat kecil seda ngkan pemilihan gas campuran didasarkan pdatingkat kereaktifan yang sangat tinggi. Gas mulia yang digunakan sebagai gas
utama detektor.
Prinsip kerja detektor Geiger-Mueller adalah interaksi radiasi dengan materi melalui proses ionisasi. Apabila radiasi menembus detektor maka radiasi tersebut akan berinteraksi dengan gas isian utama melalui proses ionisasi. Proses ionisasi akan menghasilkan pasangan ion primer yaitu ion positif dan elektron. Ion positif dan elektron dapat bergerak menuju elektroda yang berlawananapabila medan listrik dalam tabung detektor kuat.Ion positif akan bergerak menuju katoda sedangkan elektron tertarik ke anoda. Pergerakan elektron yang menuju anoda akan memiliki kecepatan lebih besar daripada ion positif. Hal tersebutdisebabkan elektron mempunyai massa yang relatif ringan dibandingkan massa ion positif. Selama pergerakan elektron menuju anoda, elektron tersebut akan menumbuk gas isian utama yang lain sehingga mengakibatkan terbentuknya pasangan ion sekunder. Proses ionisasi sekunder akan terjadi terus menerus hingga terjadi pengumpulan muatan yang cukup besar di anoda.
Pengumpulan muatan (avalanche) pada anoda akan menyebabkan tegangan akan menurun dan menghasilkan pulsa listrik. Ion positif gas utama yang bergerak menuju katoda juga akan bertumbukan dengan molekul gas campuran. Tumbukan tersebut mengakibatkan elektron gascampuran akan tertarik oleh ion positif gas utama dan menjadi netral akibat adanya beda potensial ionisasi antara keduanya. Ion positif gas campuran selanjutnya akan dinetralkan melalui tumbukan dengan elektron pada permukaan katoda.
Tumbukan antara molekul gas utama dengan gas campuran tersebut menghasilkan sisa energi berupa pancaran foton-foton ultraviolet. Pengendalian discharge dapat dilakukan dengan cara menyerap foton ultraviolet oleh gas campuran. Apabila gas campuran yang digunakanadalah gas halogen maka penyerapan foton ultraviolet akan berfungsi untuk menetralkan kembali gas halogen. Dengan demikian, gas halogen yang digunakan sebagai gas campuran pada detektor. Apabila ada dua bahan yang terpisah pada jarak tertentu dan diberi beda potensial Besarnya medan listrik akan sebanding dengan beda potensial diantara anoda dan katoda.Semakin besar beda potensial yang diberikan diantara kedua bahan tersebut maka medan listrik yang dihasilkan juga akan besar.                                         (Elfiaturridha, 2011)
Spektrometer sinar gamma dapat digunakan untuk menganalisis sumber radioaktif yang kemudian dapat digunakan untuk mengidentifikasi unsur atau isotop-isotop radioaktif yang ada di dalamnya. Biasanya untuk mengidentifikasi isotop radioaktif, spektrometer gamma dilengkapi dengan suatu perangkat lunak untuk kalibrasi dan mencocokkan puncak-puncak energi foton (photopeak) dengan suatu pustaka data nuklir. Untuk memahami puncak-puncak energi spektrum maka dibutuhkan pengetahuan tentang interaksi radiasi sinar gamma dengan materi. Tetapi dengan berkembangnya metode jaringan syaraf tiruan sebagai bagian dari ilmu kecerdasan buatan, maka kita dapat menciptakan peralatan cerdas yang dapat melakukan identifikasi isotop radioaktif secara otomatis yaitu dengan mencocokan pola-pola spektral secara menyeluruh dari setiap sumber radioaktif dan juga campurannya, tidak hanya dengan memeriksa puncak-puncak energi foton seperti yang dilakukan selama ini.
Untuk memeriksa radiasi gamma dibutuhkan alat yang disebut spektrometer yang terdiri dari detektor radiasi gamma, rangkaian elektronika penunjang, dan alat yang disebut multichannel pulse-height analyzer (MCA). Rangkaian elektronika, catu daya tegangan tinggi dan rangkaian MCA kini telah dibuat secara terintegrasi dan onboard pada slot komputer PC. Dengan perangkat lunak khusus, komputer PC dapat berfungsi sebagai MCA dengan kemampuan pengolahan dan analisis yang lebih baik. Karena berbasis komputer maka dapat direalisasikan sistem cerdas yaitu menerapkan berbagai metode matematika dan kecerdasan buatan untuk memperkaya kemampuan peralatan. Banyak isotop radioaktif dapat diidentifikasi dengan memeriksa karakteristik sinar gamma dan spektral hasil interaksi sinar-gamma dengan materi yang memberikan pola yang unik.
Sinar gamma adalah radiasi gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang yang sangat pendek (dalam orde Angstrom) yang dipancarkan oleh inti atom yang tidak stabil yang bersifat radioaktif. Setelah inti atom memancarkan partikel a, β¯(elektron), β+ (positron), atau setelah peristiwa tangkapan elektron, inti yang masih dalam keadaan tereksitasi tersebut akan turun ke keadaan dasarnya dengan memancarkan radiasi gamma. Sebagai contoh, peluruhan unsur 137Cs menjadi 137Ba melalui peluruhan β¯ yang diikuti pemancaran radiasi .
Detektor yang umum digunakan dalam spektroskopi gamma adalah detektor sintilasi NaI (Tl). Detektor ini terbuat dari bahan yang dapat memancarkan kilatan cahaya apabila berinteraksi dengan sinar gamma. Efisiensi detektor bertambah dengan meningkatnya volume kristal sedangkan resolusi energi tergantung pada kondisi pembuatan pada waktu pengembangan kristal. Sinar gamma yang masuk ke dalam detektor berinteraksi dengan atom-atom bahan sintilator menurut efek fotolistrik, hamburan Compton dan pasangan produksi, yang akan menghasilkan kilatan cahaya dalam sintilator. Keluaran cahaya yang dihasilkan oleh kristal sintilasi sebanding dengan energi sinar gamma.                  (M. Syamsa Ardisasmita)
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN


3.1.   Peralatan dan Bahan
3.1.1.      Peralatan
1.      Tabung GM
Berfungsi sebagai detektor  radiasi.
2.      Rak tabung GM
Berfungsi sebagai tempat untuk tabung GM.
3.      Scaler atau Ratameter
Berfungsi sebagai alat untuk menanpilkan hasil pencacahan.
4.      Stopwatch
Berfungsi untuk mengukur lamanya pencacahan.
5.      Penjepit
Berfungsi untuk menjepit peralatan.
6.      Absorber Al dan Pb
Berfungsi untuk menyerap radiasi sinar gamma.
7.      Serbet
Berfungsi untuk membersihkan peralatan.
8.      Kabel coaxial
Berfungsi sebagai penghubung tabung GM dengan Skalar.
9.      Sarung tangan
Berfungsi sebagai alat untuk melindungi tangan dari radiasi agar tidak kontak langsung dengan sumber radiasi.

3.1.2.      Bahan
1.      Co-60
Berfungsi sebagai sumber radioaktif radiasi sinar gamma.






3.2.Prosedur Percobaan
A.    Tanpa menggunakan absorber
1.      Dipersiapkan semua peralatan yang akan digunakan.
2.      Dihubungkan tabung GM dengan scaler dengan kabel coaxial.
3.      Dihubungkan scaler ke sumber arus listrik.
4.      Diletakkan sumber radioaktif radiasi sinar gamma (Co-60) di rak tabung.
5.      Dicatat laju pencacahannya dalam waktu 1 menit sebagai cacah latar    belakang tanpa menggunakan absorber.
6.      Dilakukan pencacahan sebanyak tiga kali dan dihitung nilai rata-rata cacahan.

B.     Menggunakan Absorber
1.      Dipersiapkan semua peralatan pada percobaan.
2.      Dihubungkan tabung GM dan scaler dengan menggunakan kabel coaxial.
3.      Scaler dihubungkan ke sumber arus listrik.
4.      Diletakkan sumber radioaktif radiasi sinar gamma Co-60 pada rak.
5.      Dipersiapkan absorber dengan ketebalan mg/cm2, 2,5 mg/cm2, 5 mg/cm2, 7,5        mg/cm2, 10 mg/cm2, 12,5 mg/cm2, 15 mg/cm2, 20 mg/cm2, 25 mg/cm2.
6.      Diletakkan absorber aluminium dengan ketebalan terkecil pada rak tabung.
7.      Dicatat laju pencacahan sebanyak 3 kali dah dihitung nilai rata-rata  cacahannya.
8.      Dilakukan pencacahan sebanyak 3 kali dan dihitung nilai rata-rata   cacahannya.
9.      Diulangi langkah 6-8 untuk menggunakan absorber Al dengan ketebalan yang digunakan mulai dari ketebalan terkecil.
10.  Diulangi langkah 5-9 untuk absorber Pb dengan ketebalan 0, 1, 2, 3, 4, 6, 10, 12 dalam satuan mg/cm2.











BAB IV
DATA DAN ANALISA PERCOBAAN


4.1. Data Percobaan
         (Terlampir)
4.2. Analisa Data
1.      Membuat Grafik cacah vs tebal dari setiap absorber
            (Terlampir)
2.      Menentukan koefisien serapan masing-masing data
a.       Untuk absorber Alumunium (Al)
~
              
             
b.      Untuk absorber Timbal (Pb)

3.      Menentukan koefisien serapan total untuk setiap penyerap.
                     
                     





















BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1.      Hubungan antara interaksi sinar gamma dengan ketebalan absorber adalah menurun secara eksponensial, didalam intensitas radiasi sebagai sebuah sinar homogennya dari sinar gamma yang melewati sebuah materi lempeng tipis ketika sebuah sinar gamma dari ntensitas I dibutuhkan pada sebuah lempeng dari ketebalan x, perubahan intensitas dari sinar setelah menembus lempeng adalah sebanding pada ketebalan dan kepada intensias tumbukan ketika sinar gamma melewati absorber, maka sebagian sinar gamma tersebut akan diserap oleh absorber dan intensitasnya akan berkurang sesuai dengan persamaan :
I = Io.e-nx
Semakin besar nilai ketebalan dari absorber, maka intensitas sinar gamma akan tereduksi dan pada ketebalan tertentu, sinar gamma tidak bisa menembus absorber.
2.      Dari hasil praktikum telah didapati koefisien absorbsi sinar gamma dari beberapa absorber adalah sebagai berikut:
Untuk absorber Al = 4589 Cpm
Untuk absorber Pb = 2783,037 Cpm
3.      Aplikasi sinar gamma antara lain;
a.       Cesium -137 bermanfaat digunakan dalam perawatan kanker, mengukur dan mengontrol aliran fluida pada beberapa proses industri, menyelidiki subterranean strata pada oil wells, dan memastikan level pengisian yang tepat untuk paket makanan, obat – obatan dan produk yang lain.
b.      Pada Cobalt-60 bermanfaat untuk: sterilisasi peralatan medis di rumah sakit, pasteurize beberapa makanan dan rempah, sebagai terapi kanker, mengukur ketebalan logam dalam stell mills.
c.       Pada Tc-99m adalah isotop radioaktif yang paling banyak digunakan secara luas untuk studi diagnosa sebagai radiofarmaka. (Technetium-99m memiliki waktu paru yang lebih singkat). Radiofarmaka ini digunakan untuk mendiagnosa otak, tulang, hati dan juga mampu menghasilkan pencitraan yang dapat digunakan untuk mendiagnosa aliran darah pasien


5.2 Saran
1.      Sebaiknya praktikan mengetahui prinsip kerja dari tabung GM.
2.      Sebaiknya praktikan mengetahui sifat-sifat dari sinar gamma.
3.      Sebaiknya praktikan datang tepat waktu agar proses praktikum dapat berjalan dengan lancar.
4.      Sebaiknya praktikan memakai perlengkapan praktikum dengan lengkap dan berhati-hati terhadap kemungkinan radiasi yang terpancar pada saat melakukan praktikum.




























DAFTAR PUSTAKA


Ardisasmita, M.Syamsa.Pengembangan Spektrometer Sinar-Gamma Dengan Sistem
            Identifikasi Isotop Radioaktif Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan. Batan:
            Yogyakarta
            Halaman : 2-3
Elfiaturridha,dkk.2011. Pembuatan dan Pengujian Detektor Geiger Mueller Tipe End
            Window Dengan Gas Isian Argon-Bromine. Batan : Yogyakarta
            Halaman : 695-697
Wiyatmo, Yusman. 2006. Fisika Nuklir. Pustaka Pelajar : Yogyakarta.
Halaman: 172-173























GAMBAR PERCOBAAN



A.    Menggunakan Absorber AL

 




B.     Menggunakan absorber timbal
GRAFIK PERCOBAAN


1.      Grafik perbandingan antara Cacah – Vs – Ketebalan untuk absorber Aluminium


2.      Grafik perbandingan antara Cacah – Vs – Ketebalan untuk absorber Timbal

1 comment:

Total Pageviews