PERCOBAAN
III
VISKOSIMETER
I.
TUJUAN
1.Untuk
mengetahui kekentalan suatu cairan sampel
2.Untuk
melihat pengaruh suhu terhadap kekentalan suatu cairan
3.Untuk
mengetahui cara kerja viskosimeter dalam menentukan viskositas cairan.
II.
LANDASAN
TEORI
Viskositas
dari semua minyak,yang bersifat mineral maupun sintetik, akan berubah sejalan
dengan temperature. Tahapan ketergantungan viskositas pada temperature dinamik
dan viskositas kinematik akan menjadi jelas oleh laju-temperatur viskositas dan
dapat dilihat pada kertas logaritma (kurva 3.4.11). Dalam apa yang disebut
diagram-diagram VT, sumbu-sumbu temperature (absis) dibagi secara
logaritma-tunggal dan sumbu-sumbu viskositas (ordinat ) dibagi secara
logaritma-ganda. Dengan demikian ketergantungan viskositas pada temperature
hamper merupakan sebuah garis lurus.
Setiap jenis minyak memiliki VT-nya
sendiri. Berbagi jenis minyak menampakan perbedaan dalam diagram VT tentang
letak ketinggian dan kemiringan dari kurva VT masing-masing. Semakin datar
jalannya kurva, semakin kecil ketergantungan viskositas pada temperatur dan
semakin tinggi indeks viskositas.
Hubungan
antara viskositas dan temperature dapat pula diuraikan dengan ketinggian kutup
viskositas (VPh) dan koefisien – arah m dari garis lurus viskositas. Semakin tinggi
letak VPh minyak, semakin tidak menguntungkan prilaku VT – nya. Disuatu pihak
tidak terdapat hubungan VPh dan m, dan VI di lain pihak. Dengan demikian tidak
mungkin kita dapat menghitung dengan cukup tepat nilai yang lain. Untuk
melukiskan perilaku dari suatu minyak, dewasa ini kita semakin banyak
menggunakan nilai m (koefisien arah) ini. Nilai ini merupakan
sebuah
ukuran untuk kemiringan dari garis viskositas yang dalam diagram menunjukan
hubungan antara log T dan log v. semakin kecil nilai m suatu minyak, semakin
datar garis lurus akan melaju dan akan semakin baik prilaku VT – nya. Untuk
perkiraan – perkiraan teknis, persamaan berikut untuk viskositas dinamik pada
sebuah temperatur tertentu adalah mencukupi ;
Ƞt
= Ƞ20 (20/t)k ……………………(2.1)
Dalam hal ini Ƞ20 adalah viskositas dinamil pada 200
C, k adalah eksponen derajat untuk temperatur – temperatur minyak dari 10
hingga 700 dan t temperature ukur dalam 0C.
-
Nilai k untuk minyak –
minyak hidraulik :
-
Minyak mesin k = 2,08
hingga 2,55,
-
Minyak turbin k = 1,88
hingga 1,95,
-
Minyak – poros k = 1,63
hingga 1,82.
Hubungan tekanan p yang meningkat
terhadap minyak, viskositas minyak pun akan naik pula, di mana pada tekanan di
atas 100 bar kita hendaknya jangan mengabaikan hal ini. Bahwa kenaikan tekanan
ini bisa sangat besar. Di sini perubahan viskositas minyak dinamik (0,42 cm2
/s pada 500 ) diberkan pada tekanan – tekanan dari p = 0
hingga 1000 bar ( pada 500 C dan 1000 ). Ketergantungan
pada tekanan p dapat kira-kira dihitung dari:
Ƞ
=
Ƞ0 .
eb.p [Pa . s]...................………(2.2)
Disini Ƞ0
adalah
viskositas permulaan pada tekanan atmosfer (misalnya 1,013 bar); b adalah
faktor – tekan viskositas (factor VP),yang bergantung pada jenis minyak,
temperatur t, tekanan p. Nilai dari koefisien b akan turun dengan meningkatnya
tekanan dan temperature. Ketergantungan viskositas pada tekanan dan menyebutkan
nilai – nilai b yang berhubungan dengan itu pada suatu temperatur yang constant
( t = 37,80 C). karena kerapatan ϱ minyak akan bertambah dengan
meningkatnya tekanan p, viskositas – dinamik Ƞ harus pula bertambah; hal ini
menjadi jelas dari persamaan Ƞ = v
. ϱ. Pada minyak – minyak yang
viskositasnya lebih tinggi ,peningkatan ini jauh lebih besar dibanding pada
minyak – minyak yang viskositasnya lebih rendah.
Pada tekanan – tekanan 100 bar tidak
perlu ditunjukan perhatian terhadap kenyataan ini. Tetapi pada tekanan –
tekanan yang lebih tinggi lagi kenaikan viskositas memiliki nilai, yang tentu
saja pada penghitungan – penghitungan cermat tidak boleh diabaikan lagi.
Peningkatan kerapatan tidak akan
berpengaruh terhadap viskositasnya v, minyak. Hal ini dapat dengan jelas dari
persamaan berikut :
…………(2.3)
(Thomas.Krist, 1991)
Viskositas ( kekentalan ) fluida
besarnya dapat ditentukan melalui pengukuran terhadap tingkat hambatan yang
ditimbulkan pada aliran fluida yang bersangkutan. Viskositas merupakan properti
dari semua fluida nyata dan viskositas inilah yang membedakan fluida nyata dan
fluida ideal (fluida tak bervikositas). Hambatan geser terukur sebagai gaya
geser total. Satuan tegangan geser adalah gaya geser per satuan luas. Postula
newton menyatakan bahwa tegangan geser dalam fluida sebanding dengan tingkat
perubahan kecepatan pada suatu potongan melintang aliran. Tingkat perubahan
kecepatan ini disebut gradien kecepatan yang juga merupakan tingkat perubahan
waktu pada deformasi sudut.
Kecepatan bervariasi pada arah z (arah
vertikal) dan kurva yang menghubungkan kepala vektor kecepatan disebut profil
kecepatan. Gradien kecepatan pada setiap harga z didefinisikan dengan
persamaan.
………………….....…(2.4)
Persamaan
1.3 mencerminkan kemiringan garis singgung di suatu titik yang terdapat pada
profil kecepatan. Untuk fluida dengan viskositas tinggi dan aliran fluida dalam
kecepatan rendah maka fluida mengalir dalam lapisan yamg paralel dan untuk
aliran ini tegangan geser ґ pada setiap harga z adalah,
ґ = µ
………………….…………..(2.5)
dengan
µ adalah factor proporsionalitas (kesebandingan) yang dikenal dengan nama
viskositas dinamik.Viskositas dinamik µ ditunjukkan sebagai perbandingan antara
tegangan geser dan gradient kecepatan. Oleh karena itu dimensinya adalah gaya
dikali dengan waktu per satuan luas atau massa per satuan panjangdan waktu.
Dalam sistem SI tentang satuan, tegangan
geser diberi satuan N/m2 dan gradien kecepatan dengan satuan
(m/dt)/m. Oleh karena itu satuan dari viskositas dinamik adalah sebagai berikut
:
………..………(2.6)
Viskositas kinematik (v)
didefinisikan sebagai perbandingan antara viskositas dinamik dan rapat massa :
…………………..………………………(2.7)
Satuan dari viskositas kinematic (v) adalah luas persatuan waktu (m2 /dt).
Viskositas kinematik dari satuan cairan merupakan fungsi temperatur. Bentuk
hubunhan sederhana dari viskositas kinematic (v) dalam hubungannya dengan
temperature (Te) adalah :
(Te dalam 0C)…………………(2.8)
Suatu fluida dengan besaran viskositas
dinamik bergantung sedikit dari tekanan serta tidak bergantung dari tingkat
geser disebut fluida Newtonian. Perilaku viskositas untuk fluida tersebut
digambarkan dengan persamaan (1.4) grafik yang menghubungkan antara tegangan
geser dan tingkat gesr (gradien kecepatan) adalah garis lurus yang melalui
titik asa. Fluida dengan perilaku viskositas tidak sesuai dengan persamaan
(1.4) disebut fluida non – Newtonian dibagi dalam tiga kelompok yaitu :
a. Fluida
dengan tegangan geser yang hanya bergantung dari tingkat geser saja sehinnga
hubungan hubungan antar keduanya tidak linear. Kondisi ini tidak bergantung
pada waktu.
b. Fluida
dengan tegangan geser yang bergantung tidak hanya tingkat geser, namun juga
terhadap waktu setelah fluida mengalami gesekan atau bergantung juga dari
keadaan fluida sebelumnya.
c. Fluida
viskositas kenyal yang memperlihatkan dua sifat yaitu sebagai benda pada kenyal
dan fluida berviskositas
(Lalu.Makrup, 2001)
Sifat – sifat kerapatan dan berat jenis
adalah ukuran dari “beratnya” sebuah fluida. Namun jelas sifat – sifat ini saja
tidak cukup untuk mengkarakteristikan khas bagaimana fluida berprilaku karena
dua fluida (misalnya air dan minyak yang memiliki kerapatan hampir sama
memiliki perilaku yang berbedauntuk menentukan sifat tambahan ini. Tinjaulah
suatu eksperimen hipotetik dimana sebuah bahan diletakakan di antara dua pelat
sejajar yang sangat leba. Jika sebuah benda padat, seperti baja, yang
ditempatkan diantara kedua pelat dan dibebani dengan gaya P seperti yang ditunjukan, pelat atas akan berpindah sejauh jarak
kecil,
menuju kedudukan baru AB’. Kita perhatikan
bahwa untuk melawan gaya yang bekerja,P,
sebuah tegangan geser,
, akan timbul pada pertemuan permukaan
(antarmuka) antara pelat – bahan, dan untuk terjadinya kesetimbangan
dimana A adlah luas efektif pelat atas. Telah
diketahui secara luas bahwa untuk benda – benda padat yang elastis seperti
baja, perpindahan sudut kecil,
(disebut regangan geser) sebanding dengan
tegangan geser,
, yang timbul pada bahan.
Apa yang akan terjadi jika bahan padat
tadi diganti dengan fluida seperti air? kita akan melihat perbedaan besar.
Ketika gaya P diberikan pada pelat atas, pelat tewrsebut akan bergerak secara
kontiniu dengan kecepatan U (setelah gerakan transien hilang) perilaku ini
konsisten dengan definisi sebuah fluida yaitu apabila diberikan tegangan geser
pada sebuah fluida, maka fluida tersebut akan berdeformasi secara kontiniu.
Pemeriksaan lebih dalam terhadap gerakan antara kedua pelat akan menunjukan
bahwa fluida yang bersentuhan dengan
pelat atas bergerak dengan kecepatan, U, dan fluida yang bersentuhan
dengan pelat yang bawahtetap memiliki kecepatan nol. Fluida diantara kedua
pelat bergerak dengan kecepatan
yang akan berubah secara linear.
. Seperti di ilustrasikan .jadi sebuah
gradient kecepatan,
,
terbentuk dalam fluida antara pelat – pelat tersebut. Dalam kasus khusus
ini, gradient kecepatan adalah konstan karena
, tetapi di dalam situasi aliran yang lebih
rumit, persoalannya tidak selalu demikian. Pengamata ekperimental bahawa fluida
melekar pada kondisi tanpa slip (no – slip condition). Seluruh fluida, baik
cairan maupun gas memenuhi kondisi ini.
Dalam
pertambahan waktu yang kecil,
, garis vertkal semu AB pada fluida akan
berotasi sebesar sudut,
, sehingga
……………………(2.9)
Karena
, maka
……………………………(2.10)
Kita perhatikan dalam hal ini,
adalah fungsi dari bukan hanya P tetapi juga
waktu. Jadi, tidaklah beralasan untuk mencoba menghubungkan regangan geser,
dengan
seperti yang dilakukan benda padat. Namun akan
lebih mempertimbangkan laju perubahan
dan mendefinisikan laju regangan geser 𝛾, sebagai,
………………………(2.11)
yang
dalam hal ini sama dengan,
……………………………(2.12)
Kelanjutan dari eksperimen ini akan
menunjukan bahwa jika tegangan geser, meningkat dengan meningkatkan P (ingat bahwa
),maka laju regangan geser akan meningkat
brtbanding langsung – artinya
……………………………………(2.13)
……………………………………(2.14)
Hasil ini menunjukan bahwa untuk fluida
fluida biasa seperti air, minyak, bensin, dan udara, tegangan dan laju geser (gradient
kecepatan) dapat dikaitkan dengan suatu hubungan dalam bentuk
…………………………………(2.15)
Dimana konstan kesebandingannya
disimbolkan dengan huruf yunani µ dan disebut dengan viskositas mutlak,
viskositas dinamik,atau viskositas dari fluida tersebut. Berhubungan dengan
persamaan 1.9, grafik antara
terhadap
harus linear dengan kemiringan sama dengan
viskositas tersebut seperti yang diilustrasikan pada gambar 1.4. nilai
viskositas yang sebenarnya tergantung dari fluida tertentu,dan untuk setiap
fluida tertentu pula viskositasnya sangat tergantung pada temperature seperti
yang di ilustrasikan pada gambar 1.4 dengan dua kurva untuk air. Fluida –
fluida yang tegangan gesernya berhububgan linier terhadap laju regangan geser.
(Bruce Munson, 2004)
Viskositas didefinisikan dengan mudah
meninjau sebuah eksperimen sederhana. gambar 14.1 memperlihatkan dua pelat rata
yang dipisahkan oleh sebuah lapisan flida yang tipis. Jika pelat sebelah bawah
dipegang tetap, maka sebuah gaya diperlukan untuk menggerakkan pelat sebelah
atas pada laju konstan. Gaya ini diperlukan untuk mengatasi gaya kental yang
ditimbulkan oleh cairan itu dan gaya ini lebih besar untuk fluida yang sangat
kental, seperti sirop gula, daripada untuk suatu fluida yang kurang kental,
seperti air.
Gaya F yang diamati ternyata sebanding
dengan luas pelat A dan dengan kecepatan pelat atas
dan berbanding terbalik dengan pemisahan pelat
:
……………………………(2.16)
Nilai banding
adalah gradient kecepatan, dab konstanta
kesebandingan
(huruf yunani eta) adalah viskositas. Semakin
besar viskositas maka semakin besar gaya yang diperlukan untuk menggerakan
pelat itu pada laju konstan. Dari persamaan ini, dimensi, yang dinyatakan oleh
kurung ( ), dari viskositas itu adalah
………………………………(2.17)
Tabel 14.1 mendaftarkan
beebrapa viskositas khas. Biasanya, jika temperatur berkurang, maka cairan
menjadi lebih kental, seperti yang mudah diamati di dalam oli mesin,madu,dan
fluida kental lainnya. Bertentangan dengan itu,gas biasanya menjadi kurang kental
jika temperaturnya rendah. Karena gaya kental biasanya adalah lebih kecil, maka
fluida sering digunakan sebagai pelumas untuk mengurangi gesekan.
(Joseph W. Kane, 1978)
Viskositas
merupakan pengukuran dari ketahanan fluida yang diubah baik dengan tekanan maupun tegangan. Pada masalah sehari-hari (dan hanya
untuk fluida), viskositas adalah ketebalan atau pergesekan internal. Oleh karena
itu, air yang tipis, memiliki viskositas
lebih rendah, sedangkan madu yang tebal, memiliki viskositas yang lebih tinggi.
Sederhananya, semakin rendah viskositas suatu fluida, semakin besar juga
pergerakan dari fluida tersebut.
Viskositas
menjelaskan ketahanan internal fluida untuk mengalir dan mungkin dapat
dipikirkan sebagai pengukuran dari pergeseran fluida. Sebagai contoh, viskositas
yang tinggi dari magma akan menciptakan statovolcano yang
tinggi dan curam, karena tidak dapat mengalir terlalu jauh sebelum mendingin,
sedangkan viskositas yang lebih rendah dari lava akan menciptakan volcano yang rendah dan lebar. Seluruh
fluida (kecuali superfluida) memiliki ketahanan dari tekanan dan oleh karena
itu disebut kental, tetapi fluida
yang tidak memiliki ketahanan tekanan dan tegangan disebut fluide ideal.
Studi
dari bahan yang mengalir disebut Rheologi, yang termasuk viskositas dan
konsep yang berkaitan. Setiap zat cair mempunyai karakteristik yang khas,
berbeda satu zat cair dengan zat cair yang lain. Oli mobil sebagai salah satu
contoh zat cair dapat kita lihat lebih kental daripada minyak kelapa. Apa
sebenarnya yang membedakan cairan itu kental atau tidak. Kekentalan atau
viskositas dapat dibayangkan sebagai peristiwa gesekan antara satu bagian dan
bagian yang lain dalam fluida. Dalam fluida yang kental kita perlu gaya untuk menggeser
satu bagian fluida terhadap yang lain. Di dalam aliran kental kita dapat
memandang persoalan tersebut seperti tegangan dan regangan pada benda padat.
Kenyataannya setiap fluida baik gas maupun zat cair mempunyai sifat kekentalan
karena partikel didalamnya saling menumbuk. Bagaimana kita menyatakan sifat
kekentalan tersebut secara kuantitatif atau dengan angka, sebelum membahas hal
itu kita perlu mengetahui bagaimana cara membedakan zat yang kental dan kurang
kental dengan cara kuantitatif. Salah satu alat yang digunakan untuk mengukur
kekentalan suatu zat cair adalah viskosimeter. Apabila zat cair tidak kental
maka koefesiennya sama dengan nol sedangkan pada zat cair kental bagian yang menempel
dinding mempunyai kecepatan yang sama dengan dinding. Bagian yang menempel pada
dinding luar dalam keadaan diam dan yang menempel pada dinding dalam akan
bergerak bersama dinding tersebut. Lapisan
zat cair antara kedua dinding bergerak dengan kecepatan yang berubah secara
linier sampai V. Aliran ini disebut aliran laminer. Aliran zat cair akan
bersifat laminer apabila zat cairnya kental dan alirannya tidak terlalu cepat.
Kita anggap gambar di atas sebagai aliran sebuah zat cair dalam pipa, sedangkan
garis alirannya dianggap sejajar dengan dinding pipa. Karena adanya kekentalan
zat cair yang ada dalam pipa, maka besarnya kecepatan gerak partikel yang
terjadi pada penampang melintang tidak sama besar. Keadaan tersebut terjadi
dikarenakan adanya gesekan antar molekul pada cairan kental tersebut, dan pada
titik pusat pipa kecepatan yang terjadi maksimum.
Viskositas
gaya tarik menarik antarmolekul yang besar dalam cairan menghasilkan viskositas
yang tinggi. Koefisien viskositas didefinisikan sebagai hambatan pada aliran
cairan. Gas juga memiliki viskositas, tetapi nilainya sangatkecil. Dalam kasus
tertentu viskositas gas memiliki peran penting, misalnya dalam peawat terbang. Viskositas
cairan yang partikelnya besar dan berbentuk tak teratur lebih tinggo daripada
yang partikelnya kecil dan bentuknya teratur. Semakin tinggi suhu cairan,
semakin kecil viskositasnya. Dua poin ini dapat dijelaskan dengan teori
kinetik. Tumbukan antara partikel yang berbentuk bola atau dekat dengan bentuk
bola adalah tumbukan elastik atau hampir elastik. Namun, tumbukan antara partikel yang bentuknya
tidak beraturan cenderung tidak elastik. Dalam tumbukan tidak elastik, sebagian
energi translasi diubah menjadi energi vibrasi, dan akibatnya partikel menjadi
lebih sukar bergerak dan cenderung berkoagulasi. Efek suhu mirip dengan efek
suhu pada gas. Koefisien viskositas juga kadang secara singkat disebut dengan
viskositas dan diungkapkan dalam N s m-2 dalam satuan SI. Bila sebuah bola
berjari-jari r bergerak dalam cairan dengan viskositas η dengan kecepatan
U,hambatan D terhadap bola tadi diungkapkan sebagai.
D = 6πhrU
………………………………………(2.18)
Persamaan Navier-Stokes memiliki bentuk persamaan
diferensial yang menerangkan pergerakan dari suatu fluida. Persaman seperti
ini menggambarkan hubungan laju perubahan suatu variabel terhadap variabel
lain. Sebagai contoh, persamaan Navier-Stokes untuk suatu fluida ideal dengan
viskositas bernilai nol akan menghasilkan hubungan yang proposional antara
percepatan (laju perubahan kecepatan) dan derivatif tekanan internal.
Hubungan
ini (hukum Stokes) ditemukan oleh fisikawan Inggris Gabriel Stokes (1819-1903).
Koefisien kekentalan suatu fluida (cairan) dapat diperoleh dengan menggunakan
percobaaan bola jatuh di dalam fluida tersebut. Viskositas gaya gesek yang
bekerja pada suatu benda yang bergerak relatif terhadap suatu fluida akan
sebanding dengan kecepatan relatif benda terhadap fluida
F = – b .
v……………………………(2.19)
Khusus untuk benda yang berbentuk bola dan
bergerak dalam fluida yang sifat-sifatnya tetap, gaya gesek tersebut memenuhi
hukum Stokes yang akan diberikan seperti berikut ini,
F
= -6 𝜋
ƞ r v ……………….……………(2.20)
Hukum Stokes di atas berlaku bila :
1. Fluida tidak berolak (tidak
terjadi turbulensi).
2. Luas penampang tabung tempat
fluida cukup besar dibanding ukuran bola.
Bila
sebuah benda padat berbentuk bola dengan jari-jari r dimasukkan ke dalam zat
cair tanpa kecepatan awal bola tersebut akan begerak ke bawah mula-mula dengan
percepatan sehingga kecepatannya bertambah.Dengan bertambahnya kecepatan maka
gaya gesek fluida akan membesar, sehingga suatu saat bola akan bergerak dengan
kecepatan tetap.
Viskositas adalah sebuah ukuran
penolakan sebuahfluidterhadap
perubahan bentuk di bawahtekanan shear . Biasanya diterima sebagai
"kekentalan", atau penolakanterhadap
penuangan. Viskositas menggambarkan penolakan dalam fluid kepada alirandan dapat dipikir sebagai sebuah cara untuk
mengukur gesekanfluid. Air memilikiviskositarendah,swedangkan minyaksayur memiliki viskositas tinggi.Setiap
benda yang bergerrelatif terhadap benda laiselalu mengalami gesekan(gaya
gesek). Sebuah benda yang bergerak di dalam fluida juga mengalami gesekan. Halini disebabkan oleh sifat kekentalan (viskositas)
fluida tersebut. Koefisien kekentalansuatu
fluida (cairan) dapat diperoleh dengan menggunakan percobaaan bola jatuh didalam fluida tersebut.
Aliran viskositas dalam berbagai masalah keteknikan pengaruh
dari viskositas pada aliran adalah kecil, dan dengan demikian diabaikan. Cairan
kemudian dinyatakan sebagai tidak kental atau sering kali ideal dan
diambil sebasar nol. Tetapi kalau istialh
aliran viskos dipakai, ini berarti bahwa viskositas tidak diabaikan.
Kecepatan
(velocity). Dalam aliran viskos hukum dasarnya adalah bahwa kecepatan fluida
pada tepi batas harus sama dengan
kecepatan ditepi batas itu, sebaliknya ada gradien kecepatan sangat kecil
disebelah tepi batas dan suatu tegangan geseran tak hingga.
Tegangan geser
. telah diketahui benar bahwa cairan yang tidak bergerak memiliki tegangan
geser, karena dalam tegangan keseluruhan mereka mempunyai tegangan geser
berubah bentuk untuk mengisi tempatnya bagaimana pun juga bentuknya. Akan
tetapi ketika sedang bergereak mereka mempunyai tegangan geser, karena kalau R
adalah hambatan viskos yang terjadi meliputi luas A tegangan geser adalah R/A =
dv/dy. Berdasarkan
pernyataan tiu kalau sebuah elemen berubah empat segi panjang ke jajaran
genjang ABCD dalam waktu dt, maka d
/dt = dv/dy, dan R/A
d
/dt. Dalam cairan, dengan demikian
tegangan geser adalah sebanding dengan
kecepatan beban geser. Dapat diingat bahwa untuk benda dapat kenyal, tegengan
geser
beban geser. Untuk menentukan sifat tambahan
ini tinjaulah suatu eksperimen hipotek dimana sebuah bahan diletakkan diantara
dua pelat sejajar yang sangat lebar. Pelat bawah dipasang tetap tetapi pelat
atas dapat bergerak bebas. Jika sebuah benda padat seperti baja yang
ditempatkan diantara kedua pelat dan dibebani dengan gaya P, pelat atas akan berpindah
sejauh jarak kecil
dengan mengasumsikan benda padat tersebut
secara mekanik ditelatkan pada pelat
pelat. Pada pengamatan eksperimental bahwa fluida melekat pada batas padat
sangat penting dalam mekanika fluida dan biasanya disebut sebagai kondisi tanpa
slip (noslip condition). Seluruh fluida baik cairan maupun gas, memenuhi
kondisi ini.
Viskometer adalah suatu cara untuk menyatakan berapa
daya tahan dari aliran yang diberikan oleh suatu cairan. Kebanyakan viscometer
mengukur kecepatan dari suatu cairan mengalir melalui pipa gelas (gelas
kapiler), bila cairan itu mengalir cepat maka viskositas cairan itu rendah
(misalnya cair) dan bila cairan itu mengalir lambat maka dikatakan
viskositasnya tinggi (misalnya madu). Viskositas dapat diukur dengan mengukur
laju aliran cairan yang melalui tabung berbentuk silinder. Ini merupakan salah
satu cara yang paling mudah dan dapat digunakan baik untuk cairan maupun gas
V. GAMBAR PERCOBAAN
VI
DATA PERCOBAAN
Sampel
|
Suhu(T)
|
t
1( detik)
|
t
2(detik)
|
t
3( detik)
|
t
4( detik)
|
Trata
|
Minyak
Bimoli
|
Tkamar=300
|
1,2
|
1,25
|
1,25
|
1,2
|
1,225
|
350
|
1,2
|
1,1
|
1,25
|
1,2
|
1,188
|
|
450
|
1,1
|
1
|
1
|
1
|
1,05
|
|
550
|
0,9
|
1
|
0,9
|
0,9
|
0,925
|
|
Minyak
Rem Jumbo
|
Tkamar=300
|
0,2
|
0,5
|
0,4
|
0,8
|
0,475
|
350
|
0,5
|
0,5
|
0,4
|
0,5
|
0,475
|
|
450
|
0,3
|
0,7
|
0,5
|
0,5
|
0,5
|
|
550
|
0,3
|
0,2
|
0,3
|
0,3
|
0,275
|
NB :
Semakin tinggi suhu suatu zat cair, maka semakin rendah tingkat viskositas zat
tersebut.
gr/cm
= 0,8gr/cm
10,5 cm
gr/cm
Medan, 18 Oktober 2012
Asisten Praktikan
( Jekson Sitanggang ) (Rinto Pangaribuan)
VII.
ANALISA DATA
1. Menentukan viskositas dari masing-
masing sampel
- Sampel Bimoli
K = 0,5 mPa s/gs
ρb = 7,9 gr/cm3
ρc = 0,85 gr/cm3
·
t1 rata-rata
= 1,225 s (suhu 300)
η1
= t1 (ρb - ρc) k
= 1,225
(7,9 – 0,85)
0,5
=
4,318 poise
· t2
rata-rata = 1,188 s (suhu
350)
η2
= t2 (ρc – ρb) k
= 1,188 (7,9 – 0,85) 0,5
= 4,187 poise
·
t3 rata-rata
= 1,05s (suhu 450)
η3
= t3 (ρc – ρb) k
= 1,05
(7,9 – 0,85)
0,5
=
3,701 poise
·
t4 rata-rata
= 0,925 s (suhu 550)
η4
= t4 (ρc – ρb) k
= 0,925 (7,9 – 0,85) 0,5
=
3,260 poise
-
Sampel Rem Jumbo
K = 0,5 mPa s/gs
ρb = 7,9
gr/cm3
ρc = 1,05 gr/cm3
·
t1 rata-rata
= 0,475 s (suhu 300)
η1
= t1 (ρc – ρb) k
= 0,475
(7,9 – 1,05)
0,5
=
1,626
poise
·
t2 rata-rata
= 0,475 s (suhu 350)
η2
= t2 (ρc – ρb) k
= 0,475
(7,9 – 1,05)
0,5
=
1,626
poise
·
t3 rata-rata
= 0,5s (suhu 450)
η3
= t3 (ρc – ρb) k
= 0,5 (7,9 – 1,05) 0,5
=
1,712 poise
·
t4 rata-rata
= 0,275s (suhu
550)
η4
= t4 (ρc – ρb) k
= 0,275
(7,9 – 1,05) 0,5
=
0,941 poise
2. Menentukan kecepatan relatif bola pada
masing-masing sampel
R = 0,765 cm
g = 980 cm/s2
-
Sampel Bimoli
·
υ1 =
(ρc
– ρb) g
=
(0,85
– 7,9) 980
=
(0,85
– 7,9) 980
=
(7,05) 980
=
208,00 cm/s
·
υ2 =
(ρc
– ρb) g
=
(0,85
– 7,9) 980
=
(0,85
– 7,9) 980
=
(7,05) 980
=
214,52 cm/s
·
υ3 =
(ρc
– ρb) g
=
(0,85
– 7,9) 980
=
(0,85
– 7,9) 980
=
(7,05) 980
=
242,68 cm/s
·
υ4 =
(ρc
– ρb) g
=
(0,85
– 7,9) 980
=
(0,85
– 7,9) 980
=
(7,05) 980
=
275,51 cm/s
-
Sampel Rem Jumbo
·
υ1 =
(ρc
– ρb) g
=
(1,05
– 7,9) 980
=
(1,05
– 7,9) 980
=
(6,85) 980
=
534,88 cm/s
·
υ2 =
(ρc
– ρb) g
=
(1,05
– 7,9) 980
=
(1,05
– 7,9) 980
=
(6,85) 980
=
534,88 cm/s
·
υ3 =
(ρc
– ρb) g
=
(1,05
– 7,9) 980
=
(1,05
– 7,9) 980
=
(6,85) 980
=
509,74 cm/s
·
υ4 =
(ρc
– ρb) g
=
(1,05
– 7,9) 980
=
(1,05
– 7,9) 980
=
(6,85) 980
=
927,40 cm/s
3. Menghitung gaya gesek untuk sampel
-
Sampel Bimoli
·
Fυ1 =
-6𝜋Rυ1η1
=
-6 x 3,14 x 0,765 x 208,00
x
= -12944,59
dyne
·
Fυ2 = -6𝜋Rυ2η2
= -6 x 3,14 x 0,765 x 214,52 x 4,187
= -12945,33 dyne
·
Fυ3 = -6𝜋Rυ3η3
= -6 x 3,14 x 0,765 x 242,68 x 3,701
= -12944,80 dyne
·
Fυ4 =
-6𝜋Rυ4η4s
=
-6 x 3,14 x 0,765 x 275,51 x 3,260
=
-12944,86
dyne
-
Sampel Rem Jumbo
·
Fυ1 =
-6𝜋Rυ1η1
=
-6 x 3,14 x 0,765 x534,88
x 1,626
=
-12534,85
dyne
·
Fυ2 =
-6𝜋Rυ2η2
=
-6 x 3,14 x 0,765 x534,88
x 1,626
= -12534,85 dyne
·
Fυ3 =
-6𝜋Rυ3η3
=
-6 x 3,14 x 0,765 x 509,74
x
1,712
=
-1257,51
dyne
·
Fυ4 =
-6𝜋Rυ4η4
=
-6 x 3,14 x 0,765 x 927,40 x 0,941
=
-12577,64
dyne
III.
PERALATAN DAN FUNGSI
A. Alat
1. Viskosimeter :
berfungsi untuk menentukan kekentalan cairan
2. Neraca :
berfungsi untuk mengukur berat bola besi dan takaran
3. Stopwatch :
berfungsi untuk mengukur waktu
4. Thermometer :
berfungsi untuk mengukur suhu cairan
5. Beaker Gelas : berfungsi untuk mengukur volume ciran
6. Bola besi : berfungsi untuk indikator
kekentalan caairan
7. Tangki pemanas : berfungsi untuk memanaskan cairan
B. Bahan
1. Bimoli
2. Oli Meditran
3. Oli Mesran Super
4. Rinso
5. Es Batu
IV. PROSEDUR OERCOBAAN
1. Siapkan
peralatan dan bahan yang akan digunakan
2. Dibersihkan
peralatan
3. Diukur
beaker gelas dan sampel yang akan digunakan pada neraca
4. Dirangkai
semua peralatan dengan benar dan baik
5. Diisi
sampel ( bimoli,meditran ) kedalam tabung viskositas
6. Diisi
air pada tangki pemanas sampai batas
yang ditentukan
7. Dihidupkan
tombol pengatur Temperatur
8. Diukur
suhu sampai suhu ( 30,35,45,dan 55)
9. Dimasukkan
bola pada pipa kapiler yang telah diisi sampel
10. Diukur
waktu yang dibutuhkan untuk bola mencapi kebawah
11. Dicatat
hasilnya
12. Diulangi
sampai 4 kali percobaan
Nama
: Rinto Pangaribuan
Nim
:110801050
RESPONSI
1. Sebutkan
yang mempengaruhi viskositas
2. Sebutkan
prosedur percobaan
3. Yang
dibuktikan dari percobaan ini adalah
Jawab
1. Yang
mempungaruhi viskositas adalah
- tekanan
- suhu : semakin besar suhu maka kekentalan maka
kekentalanya semakin kecil
- jenis cairan
- Besar
dan bentuk molekul
- Koloid
2. Prosedur
percobaan adalah
- Disediakan
alat dan bahan
- dibersihkan
peralatan
- dirangkai
peralatan dengan baik
- diisi
aira pada tangki pemanas atau tabung viskosimeter sampai batas tertentu
- diisi
air pada pipa kapilet pada tabung viskosimeter yang telah diisi air
- dimasukkan
bola pada tabung viskosimeter
- dihitung
waktu
- diulangi
percobaan dengan bahan yang lain
- dicatat
data
3. Yang
dibuktikan dari percobaan ini adalah kekentalan dari suatu cairan dan
menentukan hubungan anatara tkanan suhu dengan larutan
VIII.
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
KESIMPULAN
1. Untuk
menentukan kekentalan suatu cairan sampel dapat dicari dengan menggunakan rumus
:
η1 =
t1 (ρb - ρc) k
dimana
untuk nilai:
K = 0,5 mPa s/gs
ρb
= 7,9 gr/cm3
ρc
= 0,85 gr/cm3
t rata – rata
1. Viskositas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah
satunya adalah suhu. Semakin tinggi suhu suatu zat cair, maka semakin rendah
tingkat viskositas zat tersebut.
2. Perbandingan viskositas dari sampel yang digunakan, yaitu
antara minyak bimoli dan rem jumbo, lebih besar viskositas dari minyak bimoli
daripada rem jumbo. Ini disebabkan karena pada minyak bimoli terdapat koloid,
sedangkan pada rem jumbo terdapat elektrolit.
B. SARAN
1.
Sebaiknya praktikan
teliti saat melihat jatuhnya bola dalam tabung viskosimeter.
2.
Sebaiknya praktikan
teliti dalam mengamati waktu yang diguanakan sampai bola pejal benar –benar pas
digaris ketiga.
3.
Sebaiknya praktikan
berhati hati dalam memegang tabung viskositas yang panas saat akan mengganti
sampel..
4.
Sebaiknya praktikan
lebih teliti dalam mengukur suhu air yang dipanasi.
Sampel
Minyak Bimoli
Sampel
Minyak Rem Jumbo
Sampel
Minyak Bimoli
Sampel
Minyak Rem Jumbo
DAFTAR
PUSTAKA
Munson, B,R. 2004.”MEKANIKA FLUIDA”
.edisi ke empat,jilid 1. Erlangga : Jakarta
Halaman : 15 -19
Weston, F ,S. 1997. “MECHANICS WAVE
MOTION AND HEAT” . Addison wesley
publishing company. USA
Halaman : 396-400
Kane ,W, J. 1978. “FISIKA”. Edisi
ketiga. John wiley and son : New York
Halaman : 624-629
Haliday .D. 1984. FISIKA. Edisi ketiga,
jilid 2. Erlangga: Jakarta
Halaman : 14-20
Medan,
28 November 2012
Asisten, Praktikan,
(Jekson Sitanggang) (Rinto
Pangaribuan)
BAEN ALAMAT NAI MLO NAENG MANGCOPY ATE LEK,,,,,,,,,,,
No comments:
Post a Comment