Friday, 8 March 2013

SPEKTROMETER PRISMA



JURNAL PRAKTIKUM
LABORATORIUM FISIKA MODERN






NAMA                                    : RINTO PANGARIBUAN
NIM                                        : 110801050
KELOMPOK                          : VI B
JUDUL PERCOBAAN           : SPEKTROMETER PRISMA
TANGGAL PERCOBAAN     : 07 DESEMBER 2012
ASISTEN                                : IRMANSYAH PUTRA




DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012

BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar belakang
Bila sebuah gelombang cahaya menumbuk sebuah muka (interface) halus yang memisahkan dua material transparan (material tembus cahaya) (seperti udara dan kaca atau seperti air dan kaca), maka pada umumnya sebagian gelombang itu direfleksikan dan sebagian lagi direfraksikan (di transmisikan) ke dalam material kedua.
Misalnya bila anda  memandang ke dalam jendela restoran dari jalan, maka anda memandang refleksi pemandangan di jalan, tetapi seorang yang berada di dalam restoran itu dapat memandang ke luar melalui jendela dengan pemandangan sama karena cahaya mencapai orang itu dengan refleksi.Segmen – segmen gelombang bidang dapat dipresentasikan sebagai paket – paket sinar yang membentuk berkas cahaya.
Arah sinar masuk, sinar yang direflaksikan, dan sinar yang direfraksikan, pada antar muka yang halus diantara dua material optik sebagai sudut-sudut yang dibuat oleh sinar-sinar itu dengan normal terhadap permukaan tersebut di titik masuk. Jika antar muka itu kasar cahaya yang ditranmisikan dan cahaya yang direfleksikan akan dihamburkan keberbagai arah, dan titik ada sudut tansmisi tunggal atau sudut refleksi tunggal. Refleksi pada sudut tertentu dari sebuah sudit permukaan yang sangat halus dinamakan refleksi spekular ( kata latin untuk cermin), refleksi yang dihamburkan dari sebauh permukaan kasar dinamakan refleksi tersebar (difussi reflaktion).

B.Tujuan
1.      Untuk menentukan panjang gelombang dari beberapa cahaya monokromatik dari spectrum warna.
2.      Untuk menentukan lampu mana yang paling besar panjang gelombangnya.
3.      Untuk menentukan spectrometer warna pada saat didispersikan.
4.      Untuk mengetahui sudut deviasi yang terjadi pada prisma.
5.      Untuk menentukan panjang gelombang dari beberapa cahaya polikromatik dari spectrum warna.





BAB II
DASAR TEORI


Sinar matahari yang dijatuhkan pada prisma menjadi masing-masing panjang gelombang disebabkan oleh indeks bias cahaya yang berbeda-beda, sinar dengan gelombang panjang paling banyak dibelokkan daripada yang mempunyai gelombang pendek.Bila hujan baru berhenti dilangit tampak pelangi yang indah, gejala ini disebabkan oleh adanya penguraian dan pembiasan berkas sinar matahari dengan adanya butir-butir air yang kecil yang ada di udara. Gejala penguraian sinar menjadi berkas-berkas dengan panjang gelombang sendiri-sendiri disebut penguraian dan warna-warna yang dihasilkan disebut spektrum.
            Mata manusia tidak mempunyai sensitivitas yang uniform dalam daerah tampak. Sensitivitas terbesar berada pada panjang gelombang 555 nm. Kepekaan warna mempunyai tiga karakteristik :
·         Mempunyai kepekaan yang berbeda terhadap warna-warna merah
·         Kepekaan terhadap luminasi atau kuat cahaya, misalnya merah terang atau merah gelap ini disebut harga
·         Kepekaan terhadap kemurnian warna misalnya biru terang atau biru suram disebut kroma
Ketiganya disebut atribut warna.Dalam praktek ada banyak cara untuk menyatakan ketiga atribut warna itu. Diantaranya adalah sistim warna munshell. Pada lingkaran warna dibagi dalam 100 sektor hue ( tingkat warna ) dimana mata dapat merasakan perbedaannya secara bertingkat.
            Lima buah warna yang utama masing-masing adalah
·         Merah
·         Kuning
·         Hijau
·         Biru
·         Ungu
Dimana kelima warna tersebut biasa disingkat M,K,H,B,U.  Warna-warna yang terletak diantaranya diberi simbol yang berasal dari dua warna utama yang ada diselahnya misalnya;KM,HK,BH,CB,dan MU.Maka dengan itu bentuk 10 sektor dengan simbul diatas. Pada tengah-tengah tiap sektor diberi harga 5 dan busur yang mempunyai tiap warna dibagi dalam 10 bagian, angka 10 pada tiap sektor sama dengan harga 0 untuk sektor yang berdekatan.
            Harga-harga ( kuat cahaya ) warna akromatis yang tidak mempunyai tingkat warna (hue) atau tidak mempunyai kroma, tetapi mempunyai kuat cahaya (terang) diberi tanda N dan ini dibagi pula secara merata dalam 10 blok (bagian) ( putih = 10 dan hitam = 0) berdasarkan kepekaan mata manusia. Harga skala ini juga diberikan untuk kuat cahaya warna kromatis.Metoda yang sama juga berlaku pula pada kroma : kejenihan warna cat yang paling tinggi yang ada pada waktu munshellmenetapkan sistim ini.Ditentukan berharga 10 dalam skala kroma dan warna akromatik berharga 0. Pada waktu itu telah terdapat warna yang lebih jenuh berkat adanya perbaikan bahan cat sehingga skala kromanya ditentukan secara eksplorasi. Satu macam warna ditentukan oleh tiga sifat warna yaitu:
·         Hue
·         Harga
·         Kroma
Dengan sistem warna ini bentuk padat warna dimana didapat semua warna disusun. Tetapi  karna bentuk padat ini tidak memuaskan untuk menjelaskan maka dibuat dftar keping warna yang memiliki permukaan keping dengan masing-masing hue.bentuk ini disebut sistem mushen renotation dan banyak dipakai setelah diberi harga-harga.Bila hue berubah, maka letak puncak atau dasra kurva karakteristik itu berubah juga, yaitu panjang gelombangnya menjadi berbeda; bila harganya menjadi besar, puncak dan dasar tidak berubah tetapi seluruh kurva bergeser pada arah yang lebih tinggi;dan bila kroma menjadi tinggi, maka jarak antara dasar dan puncak kurva menjadi lebih besar .                                          (Ir,S,Reka,Rio,2002)
Sejauh ini kita baru meninjau spektrum elektromagnetik, termasuk cahaya tampak, dalam ruang bebas tanpa batas. Berikut ini akn kita bahas bila ia dipantulkan pada permukaan datar, seperti gelas atau air, dan juga perilakunya ketika melalui bahan-bahan transparan seperti itu.Bila seberkas sinar jatuh pada permukaan air, maka sebagian dari sinar itu akan dipantulkan oleh permukaan dan sebagian lagi akn dibelokkan ( dibiaskan,direfraksikan) masuk kedalam air.
Berdasarkan eksperimen diperoleh hukum-hukum mengenai refreksi dan refraksi sebagai berikut :
§  Sinar yang direfraksikan dan yang direfleksikan terletak pada suatu bidang yang dibentuk oleh sinar datang dan normal.
§  Untuk refleksi :
1= 1.......................................................2.1
§  Untuk refraksi :
 = n21 ....................................................2.2
Dengan n21 adalah konstanta yang disebut indeks refraksi dari medium dua terhadapmedium satu. Tabel 2.1  menunjukkan beberapa indeks refraksi beberapa bahan terhadap vakum untuk panjang gelombang ( cahaya natrium ) 589 nm. Indeks refraksi suatu medium lain biasanya bergantung kepada panjang gelombang. Tidak seperti halnya reflaksi berdasarkan kenyataan itu refraksi dapat digunakan untuk menguraikan cahaya ats komponen-komponen panjang gelombangnya.Hukum refleksi telah dikenal oleh buclides. Hukum refraksi dioperoleh secara eksperimen oleh willebrod snell ( 1591-1626) dan diturunkan melalui teori korpuskuler cahaya oleh rene descartes ( 1596-1650). Hukum reflaksi ini dikenal sebagai hukum snell, atau diperancis dikenal sebagai hukum descartes.
Kita dapat menurunkan hukum refleksi dan refraksi dari persamaan-persamaan maxwell, yang berarti bahwa hukum ini berlaku untuk semua daerah spektrum elektromagnetik.Berikut ini merupakan tabel 1.1 yang berisikan beberapa indeks refraksi untuk panjang gelombang 589 nm
Medium
Indeks refraksi
Air
1,33
Etil alkohol
1,36
Karbon bisulfida
1,63
Udara
1,0003
Metilin iodida
1,74
Leburan kuarsa
1,46
Gelas,kaca krona
1,52
Gelas,flinta
1,66
Natrium kholirida
1,53
Telah diketahui bila permukaan pelat baja yang digosok sampai mengkilap akan memantulkan dengan baik berkas yang datang padanya, tetapi selebar kertas sedikit-banyak akan menghamburkannya kesegala arah ( reflaksi baur-difuse reflektion).
Kebanyakan benda-benda tak bercahaya disekitar kita dapat dilihat karena refraksi baur ini. Perbedaan antara refleksi baur dan refleksi spekuler ( yaitu, seperti cermin) disebabkan oleh kekasaran permukaan; berkas yang direfleksikan hanya akan terbentuk jika kedalaman rata-rata dari ketidak teraturan permukaan pemantul ( reflektor) jauh lebih kecil daripada panjang gelombang yang datang. Syarat kekasaran permukaan ini memiliki pengertian yang berlainan untuk daerah spektrum elektromagnetik yang berbeda. Misalnya dasar wajan yang terbuat dari besi tuang adalah reflaktor yang baik untuk gelombang mikro dengan panjang gelombang 0,5 cm, tetapi reflaktor yang buruk untuk cahaya tampak ( artinya kita tidak dapat bercermin untuk bercukur atau berdandan dengannya )
Syarat kedua bagi adanya berkas refleksi adalah ukuran rentang reflektor harus jauh lebih besar daripada panjang gelombang berkas datang. Jika seberkas cahaya tampak jatuh pada logam mengkilap berukuran sebesar uang logam,akan terjadi berkas refleksi; tetapi jika yang datang adalh gelombang radio, katakanlah dengan  = 1 m, maka berkas tersebut akan dihamburkan kesegala arah, tidak ada berkas yang menonjol dalam satu arah tertentu.inilah yang disebut sebagai peristiwa difraksi.                                                               ( Haliday,1989) Bila cahaya bergerak dari satu medium transparan (tembus cahaya) ke satu medium transparan lainnya dengan indeks refraksi yang berbeda, maka cahaya itu dibelokkan atau direfraksikan. Seperti halnya pada kasus refleksi, maka dicari hubungan antara kedua hubungan di antara kedua arah tersebut dengan bantuan prinsip Huygens.
Hubungan ini disebut hukum Snellius, untuk menghormati Willeboard Snellius (1591 – 1626) yang menemukan hubungan itu secara eksperimen. Jika indeks refraksi dari medium – medium itu adalah η1 dan η2, dan sudut masuk ϕ1, dan sudut refraksi ϕ2, diukur relatif terhadap arah normal, maka hukum Snellius menyatakan
                      η1 sin ϕ1 = η2 sin ϕ2………………………..........……….….………(2.3).
Seperti di dalam kasus refleksi, kedua – dua sinar dan normal berada di dalam bidang yang sama.Hukum Snellius berarti bahwa jika η bertambah besar, maka sin ϕ akan berkurang dan sebagai konsekuensinya maka ϕ pun berkuran. Jadi, sebuah sinar akan membelok kea rah normal bila sinar itu memasuki medium yang secara optik lebih rapat (η2 > η1).
            Sebuah pelat datar tidak merubah arah sebuah sinar, walaupun pelat itu memindahkan atau menggeserkan sinar itu sejarak yang sebnading dengan tebalnya pelat tersebut. Karena indeks refraksi bahan berubah – ubah dengan panjang gelombang cahaya, maka besarnya pembelokkan di permukaan batas akan berubah – ubah dengan panjang gelombang. Fenomena ini dinamakan disperse.Sinar putih, seperti cahaya yang berasal dari sebuah lampu pijar, mengandung campuran panjang gelombang yang membentang pada jangkauan panjang gelombang tampak, sehingga panjang gelombangnya yang bermacam – macam atau warnanya akan dipisahkan di batas antara udara dan gelas, kecuali pada arah amsuk normal. Efek ini terjadi dua kali didalam sebuah prisma berbentuk gelas yang berbentuk segitiga, yang menghasilkan sinar cahaya yang berbentuk kipas angin dan sebuah pola w arna – warni atau spektrum, pada sebuah layar di belakang prisma itu.
            Bila suatu sinar – sinar itu mencapai permukaan, maka sebagian sinar itu di refleksikan dan sebagian direfraksikan. Jika sudut masuk diperbesar, maka intensitas sinar yang direfleksikan akan semakin besar. Sinar yang ditansmisikan lambat laun menjadi lebih lemah, dan intensitasnya berkurang menjadi nol sewaktu sudut refraksi itu mencapai 90o. sudut masuk yang bersangkutan dinamakan sudut kritis ϕc, amka tidak ada sinar yang direfraksikan yang diamati, dan semua cahay itu akan direfleksikan. Ini dinamakn refleksi internal total. Sudut kritis dapat divari dari hukum snellius dengan mengambil ϕ2 = 90o atau sin ϕ2 = 1, yang bersesuaian dengan sudut refraksi maksimum yang mungkin. Ini memberikan n1 sin ϕc = n2, atau
             ……………………………………………………. 2.4                   
Jika nilai ϕ1 yang lebih besar dari ϕc disubsitusikan ke dalam hukum snellius, maka sin ϕ2 ternyata akan  lebih ebsar daripada 1.
Karena tidak ada sudut yang mempunyai sinus yang lebih besar daripada 1, maka ini berarti bahwa tidak ada sinar yang direfraksikan. Ini adalah cocok dengan pengamatan bahwa di setiap sudut yang sama dengan atau yang lebih besar daripada ϕc, sinar itu direfleksikan secara total.  Di dalam refleksi spekular yang biasa, sinar yang dirfleksikan adalah selalu lebih lemah daripada sinar yang masuk, walaupun permukaan batas disemir sangat licin. Bertentangan dengan itu, tidak ada kehilangan intensitas yang terjadi di dalam refleksi internal total.
Karena alas an ini maka prisma yang merefleksi sinar secara total digunakan di dalam binokuler, periskop, dan kamera refleks. Tidak ada kehilangan intensitas yang diasosiasikan dengan refleksi internal di dalam prisma ini, walaupun sebagian cahaya direfleksikan di permukaan di mana cahaya itu memasuki atau meninggalkan prisma tersebutKenyataan bahwa tidak ada kehilangna intensitas yang terjadi di dalam refleksi internal total adalah dasar untuk optic serat., yakni sebuah cabang optika yang berkembang secara cepat. Prinsip dasar optika serat dilukiskan oleh sebuah tangkai transparan yang panjang, atau pipa cahaya.
Sebuah sinar cahaya yang memasuki pipa itu akan refleksikan secara total jika sudut masuk adalah cukup besar ketika sinar mencapai permukaan tersebut. Malah jika pipa itu melengkung pun lambat laun, namun cahaya akan menempuh keseluruhan panjang pipa itu dan sampai di permukaan lainnya tanpa diatenuasi setelah banyak terjadi refleksi. Sebagai konsekuensinya maka sebuah pipa cahaya tunggal akan dapat mentransmisikan energi cahaya secara agak efisien. Akan tetapi sinar – sinar yang berasal dari bagian – bagian yang berbeda dari sebuah benda sama sekali akan di aduk oleh refleksi ganda, sehinnga sebuah pipa tunggal tidak akan dapat mentransmisikan sebuah bayangan. Bayangan dapat ditransmisikan dengan menggunakan buntelan gelas halus atau buntelan serat plastik, karena setiap serat akan mentransmisikan sinar yang berasal dari sebuah daerah yang sangat kecil di dalam benda itu. Kualitas bayangan yang dihasilkan sebagian besar ditentukan oleh diameter serat, yangd apat sekecil 10-6 m.                                                                                                ( Joseph W. Kane, 1978)
Bila suatu cahaya berjalan dengan sudut miring melalui pembatasan antara dua zat dengan indeks bias yang berbeda, maka sinar akan membelok.Gejala ini disebut pembiasan. Cara untuk menghitung cahaya pada permukaan beberapa zat yang mempunyai indeks bias n1 dan n2diberikan oleh hukum snellius :
                                                n1 sin = n2 sin 2.......................................2.5
            Misalkan sinar dari zat berindeks bias lebih tinggi masuk ke zat dengan indeks bias lebih rendah.Sebagian sinar masuk dibias dan sebagian lagi dipantulkan pada permukaan batas. Karena sudut  di buat sedemikian besarnya hingga 2 = 90o. Harga 1 dinamai sudut kritis. Untuk harga  1 yang lebih besar dari harga ini, maka tidak akan terjadi pembiasan: seluruh cahaya pada sinar masuk, dipantulkan.
            Syarat pantulan total berlaku hanya jika 1 lebih besar dari sudut kritis, c yang memenuhi:
n1 sin  c = n1 sin  o   atau sin  c  =  ..........................2.6
Karena sinus tidak mungkin lebih besar dari satu, persamaan ini sekali lagi menekankanmbahwa refleksi total hanya terjadi jika n1 > n2.Prisma dapat digunakan untuk menguraika cahaya kedalam warna yang berbeda – beda.Berhubung indeks bias zat berbeda – beda tergantung dari panjang gelombangnya, warna – warna yang berbeda dari cahaya akan membias secara berbeda – beda pula. Hampir semua bahan, warna merah mengalami pembiasan paling sedikit dan warna biru pembiasan terbanyak.
            Gelombang – gelombang yang koheren mempunyai bentuk dan frekuensi yang sama, serta beda fase yang tetap ( yakni banyak sedikitnya puncak – puncak gelombang yang tertinggal dari atau mendahului puncak – puncak gelombang lain yang tidak berubah dengan berlakunya waktu).        Fase relatif dari dua gelombang yang koheren yang bergerak bersama – sama sepanjang garis tersebut. Bila puncak satu gelombang jatuh di puncak gelimbang yang lain, maka gelombang – gelombang tersebut sefase. Bila puncak gelombang jatuh pada gelombang – gelombang yang lain, maka gelombang tersebut berbeda fase 180o. Interferensi konstruktif (memperkuat, terang) terjadi pada titik – titik dimana gelombang itu sefase.
            Difraksi adalah peristiwa dimana dilenturkan atau melebar ditepi celah dan pinggiran penghalang cahaya. Cahaya tidak lagi mermbat melalui menurut garis lurus, dan hal ini mengakibatkan terjadinya interferensi hingga tepi – tepi bayangan tidak tajam melainkan kabur. Peristiwa difraksi juga membatasi kecilnya benda yang dapat dilihat, serta membatasi hasil pengukuran.      Difraksi celah tunggal bila berkas cahaya sejajar dengan panjang gelombang jatuh  pada celah selebar s pada arah tegak lurus, terbentuklah pola difraksi dibelakang celah itu.
            Batas resolusi dua benda disebabkan difraksi : jika kita mengamati dua objek berdekatan melalui suatu alat optik, maka pola difraksi yang ditimbulkan lubangatau diafragma alat membatasi kemampuan kita mengamati benda itu. Agar kedua benda dapat dilihat sebagai dua objek terpisah maka sudut  yang dibentuk diafragma pada objek itu harus lebih besar dari sudut c.Persamman kisi difraksi terdiri dari celah – celah yang berukuran sama dan paralel, dalam jumlah yang besar; dengan jarak antara celah adalah tetapan kisi d. Bila gelombang dengan panjang gelombang “lamda” jatuh secara tegak lurus pada kisi dengan tetapan kisi d, akan terbentuk daerah terang dibelakng celah dengan sudut n  (tehadap arah sinar masuk).
Difraksi sinar x berpanjang gelombang lamda karena pantulan suatu kristal, memenuhi persamaan bragg. Terjadi refleksi yang kuat pada sudut.Difraksi sinar x berpanjang gelombang lamda karena pantulan suatu kristal, memenuhi persamaan bragg. Terjadi refleksi yang kuat pada sudut n (  adalah sudut antar muka kristal dan sinar yang dipantul).Jejak optik ekivalen, bila cahaya memenuhi jarak d dalam dalam medium ber – indeks bias n, maka dalam vakum cahaya akan menempuh jarak nd dalam waktu yang sama. Inilah sebabnya jarak nd disebut jejak optik ekivalen.                                                       (Frederick J,Bueche.1993)
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN


3.1   Peralatan dan fungsi
1.Spektrometer
      Fungsi : untuk menganalisa cahaya berdasarkan spectrum warna yang dihasilkan.
2.Prisma
     Fungsi : untuk mendispersikan cahaya agar terlihat spectrum warna.
3.Lampu Na, Hg, dan Cd
       Fungsi : untuk menghasilkan cahaya yang terlihat cahaya yang terlihat cahaya putih yang                       terang.
4.Induktor Rumkorf
     Fungsi : untuk menghasilkan tegangan tinggi dari tegangan rendah.
5.Statif
     Fungsi : sebagai penyangga lampu Na, Hg, dan Cd.
6.Kolimator
     Fungsi : sebagai tempat untuk memfokuskan sinar yang masuk ke lensa.
7.Meja Prisma
     Fungsi : sebagai tempat untuk meletakkan prisma.
8.Meja Skala
     Fungsi : sebagai tempat membaca sudut yang dihasilkan oleh spectrum.
9.Teleskop
     Fungsi : sebagai tempat mensejajarkan sinar yang masuk pada lensa kolimator.
10.Tabung Lampu
     Fungsi : sebagai pembatas agar cahaya lampu tidak menyebar.
11.Kaca Pembesar
     Fungsi : sebagai alat untuk memperbesar skala dalam pembacaan skala.

3.2              Prosedur percobaan
1.  Dipersiapkan semua peralatan.
2.  Disusun peralatan.
3.  Disejajarkan kolimator dengan celah lampu tabung.
4.  Dipasang lampu Cd, Hg, Na secara bergantian pada tabung lampu.
5.  Dihidupkan indikator Rumhkorf yang sudah terhubung dengan PLN.
6.  Dicari sinar yang terbentuk secara vertikal yang disejajarkan dengan kolimator.
7.  Dibaca skala sebagai  standard.
8.  Diletakkan prisma pada meja prisma.
9.  Diteropong dan digeser ke kiri atau ke kanan untuk mencari spektrum warna yang
     didispersikan oleh prisma.
10.Dibaca skala pada spektrometer.
11.Dihitung sudut yang ditunjukkan pada skala spektrometer dan dicatat data percobaan  pada kertas data percobaan.
12.Dimatikan indikator Rumhkorf setelah semua spektrum warna telah didapati.
13.Dikembalikan semua peralatan ketempat semula.
































DAFTAR REFERENSI

Bueche,Frederirck J.1993.”TEORI DAN SOAL-SOAL FISIKA”.Edisi kedelapan.Jakarta
 :Erlangga
             Halaman 295-311
David,Haliday.1984.”FISIKA”.Edisi ketiga.Jakarta:Erlangga
             Halaman 609-613
Kane,Joseph W.1978.”FISIKA”.Edisi ketiga.New York:Jhon Wiley & Son
             Halaman 1024-1034
Rio, Reka.2002.”TEKNIK REFARASI TELEVISI BERWARNA”.Edisi ke tigabelas.Jakarta
              : Erlangga.
              Halaman  2-4


















                                                                                                Medan, 30 November 2012            Asisten,                                                                                           Praktikan,



(Irmansyah Putra)                                                                           (Rinto Pangaribuan)


TUGAS PERSIAPAN
Nama              : PESTARIA BETESDA SINAGA
NIM                : 110801044
Kelompok      : VII-A

1. Apa yang kamu ketahui tentang dispersi cahaya dalam medium dispersi ? Jelaskan !
    Jawab :
Dispersi adalah peristiwa penguraian cahaya polikromatik (putih) menjadi cahaya-cahaya monokromatik (me, ji, ku, hi, bi, ni, u) pada prisma lewat pembiasan atau pembelokan. Hal ini membuktikan bahwa cahaya putih terdiri dari harmonisasi berbagai cahaya warna dengan berbeda-beda panjang gelombang.
Warna
Panjang gelombang
Ungu
400-440nm
Biru
440-495nm
Hijau
495-580nm
Kuning
580-600nm
Orange
600-640nm
Merah
640-750nm
Peristiwa dispersi juga terjadi apabila seberkas cahaya putih dilewatkan pada suatu prisma sehingga membentuk spektrum cahaya. Spektrum ini dapat diamati melalui spektrometer. Jika cahaya putih itu diarahkan ke prisma, maka cahaya putih akan terurai  menjadi sinar merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu. Sinar-sinar ini memiliki panjang gelombang yang berbeda-beda. Setiap panjang gelombang juga memiliki nilai indeks bias yang berbeda-beda. Semakin kecil panjang gelombangnya, maka semakin besar indeks biasnya. Dispersi pada prisma terjadi karena adanya perbedaan indeks bias kaca setiap warna cahaya. Indeks cahaya suatu bahan menentukan panjang gelombang cahaya mana yang dapat diuraikan menjadi komponen komponennya. Untuk cahaya ultraviolet adalah prisma dari kristal, untuk cahaya putih adalah prisma dari kaca, untuk cahaya infrared adalah prisma dari garam batu.
 Cahaya berwarna merah mengalami deviasi terkecil sedangkan warna ungu mengalami deviasi terbesar.
Catatan : Untuk menghilangkan dispersi antara sinar ungu dan sinar merah digunakan susunan Prisma Akhromatik. 

HAMPIR2 MIRIP CO SAMA SPEKTROMETER KISI




No comments:

Post a Comment

Total Pageviews