JURNAL PRAKTIKUM
LABORATORIUM FISIKA MODERN
NAMA : RINTO
PANGARIBUAN
NIM :
110801050
KELOMPOK : VI B
JUDUL
PERCOBAAN : SPEKTROMETER PRISMA
TANGGAL
PERCOBAAN : 07 DESEMBER 2012
ASISTEN : IRMANSYAH
PUTRA
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Bila sebuah gelombang cahaya menumbuk
sebuah muka (interface) halus yang memisahkan dua material transparan (material
tembus cahaya) (seperti udara dan kaca atau seperti air dan kaca), maka pada
umumnya sebagian gelombang itu direfleksikan dan sebagian lagi direfraksikan
(di transmisikan) ke dalam material kedua.
Misalnya bila anda memandang ke dalam jendela restoran dari
jalan, maka anda memandang refleksi pemandangan di jalan, tetapi seorang yang
berada di dalam restoran itu dapat memandang ke luar melalui jendela dengan
pemandangan sama karena cahaya mencapai orang itu dengan refleksi.Segmen –
segmen gelombang bidang dapat dipresentasikan sebagai paket – paket sinar yang
membentuk berkas cahaya.
Arah sinar masuk, sinar
yang direflaksikan, dan sinar yang direfraksikan, pada antar muka yang halus
diantara dua material optik sebagai sudut-sudut yang dibuat oleh sinar-sinar
itu dengan normal terhadap permukaan tersebut di titik masuk. Jika antar muka
itu kasar cahaya yang ditranmisikan dan cahaya yang direfleksikan akan
dihamburkan keberbagai arah, dan titik ada sudut tansmisi tunggal atau sudut
refleksi tunggal. Refleksi pada sudut tertentu dari sebuah sudit permukaan yang
sangat halus dinamakan refleksi spekular ( kata latin untuk cermin), refleksi
yang dihamburkan dari sebauh permukaan kasar dinamakan refleksi tersebar
(difussi reflaktion).
B.Tujuan
1. Untuk menentukan panjang gelombang dari beberapa
cahaya monokromatik dari spectrum warna.
2. Untuk menentukan lampu mana yang paling besar panjang
gelombangnya.
3. Untuk menentukan spectrometer warna pada saat
didispersikan.
4. Untuk mengetahui sudut deviasi yang terjadi pada
prisma.
5. Untuk menentukan panjang gelombang dari beberapa
cahaya polikromatik dari spectrum warna.
BAB
II
DASAR
TEORI
Sinar matahari yang dijatuhkan pada
prisma menjadi masing-masing panjang gelombang disebabkan oleh indeks bias
cahaya yang berbeda-beda, sinar dengan gelombang panjang paling banyak
dibelokkan daripada yang mempunyai gelombang pendek.Bila hujan baru berhenti
dilangit tampak pelangi yang indah, gejala ini disebabkan oleh adanya
penguraian dan pembiasan berkas sinar matahari dengan adanya butir-butir air
yang kecil yang ada di udara. Gejala penguraian sinar menjadi berkas-berkas
dengan panjang gelombang sendiri-sendiri disebut penguraian dan warna-warna
yang dihasilkan disebut spektrum.
Mata
manusia tidak mempunyai sensitivitas yang uniform dalam daerah tampak.
Sensitivitas terbesar berada pada panjang gelombang 555 nm. Kepekaan warna
mempunyai tiga karakteristik :
·
Mempunyai kepekaan yang berbeda terhadap
warna-warna merah
·
Kepekaan terhadap luminasi atau kuat
cahaya, misalnya merah terang atau merah gelap ini disebut harga
·
Kepekaan terhadap kemurnian warna
misalnya biru terang atau biru suram disebut kroma
Ketiganya disebut
atribut warna.Dalam praktek ada banyak cara untuk menyatakan ketiga atribut
warna itu. Diantaranya adalah sistim warna munshell. Pada lingkaran warna dibagi
dalam 100 sektor hue ( tingkat warna ) dimana mata dapat merasakan perbedaannya
secara bertingkat.
Lima buah warna yang utama masing-masing adalah
·
Merah
·
Kuning
·
Hijau
·
Biru
·
Ungu
Dimana kelima warna tersebut biasa
disingkat M,K,H,B,U. Warna-warna yang
terletak diantaranya diberi simbol yang berasal dari dua warna utama yang ada
diselahnya misalnya;KM,HK,BH,CB,dan MU.Maka dengan itu bentuk 10 sektor dengan
simbul diatas. Pada tengah-tengah tiap sektor diberi harga 5 dan busur yang
mempunyai tiap warna dibagi dalam 10 bagian, angka 10 pada tiap sektor sama
dengan harga 0 untuk sektor yang berdekatan.
Harga-harga
( kuat cahaya ) warna akromatis yang tidak mempunyai tingkat warna (hue) atau
tidak mempunyai kroma, tetapi mempunyai kuat cahaya (terang) diberi tanda N dan
ini dibagi pula secara merata dalam 10 blok (bagian) ( putih = 10 dan hitam =
0) berdasarkan kepekaan mata manusia. Harga skala ini juga diberikan untuk kuat
cahaya warna kromatis.Metoda yang sama juga berlaku pula pada kroma : kejenihan
warna cat yang paling tinggi yang ada pada waktu munshellmenetapkan sistim
ini.Ditentukan berharga 10 dalam skala kroma dan warna akromatik berharga 0.
Pada waktu itu telah terdapat warna yang lebih jenuh berkat adanya perbaikan
bahan cat sehingga skala kromanya ditentukan secara eksplorasi. Satu macam
warna ditentukan oleh tiga sifat warna yaitu:
·
Hue
·
Harga
·
Kroma
Dengan sistem warna ini
bentuk padat warna dimana didapat semua warna disusun. Tetapi karna bentuk padat ini tidak memuaskan untuk
menjelaskan maka dibuat dftar keping warna yang memiliki permukaan keping
dengan masing-masing hue.bentuk ini disebut sistem mushen renotation dan banyak
dipakai setelah diberi harga-harga.Bila hue berubah, maka letak puncak atau
dasra kurva karakteristik itu berubah juga, yaitu panjang gelombangnya menjadi
berbeda; bila harganya menjadi besar, puncak dan dasar tidak berubah tetapi
seluruh kurva bergeser pada arah yang lebih tinggi;dan bila kroma menjadi
tinggi, maka jarak antara dasar dan puncak kurva menjadi lebih besar .
(Ir,S,Reka,Rio,2002)
Sejauh
ini kita baru meninjau spektrum elektromagnetik, termasuk cahaya tampak, dalam
ruang bebas tanpa batas. Berikut ini akn kita bahas bila ia dipantulkan pada
permukaan datar, seperti gelas atau air, dan juga perilakunya ketika melalui
bahan-bahan transparan seperti itu.Bila seberkas sinar jatuh pada permukaan
air, maka sebagian dari sinar itu akan dipantulkan oleh permukaan dan sebagian
lagi akn dibelokkan ( dibiaskan,direfraksikan) masuk kedalam air.
Berdasarkan
eksperimen diperoleh hukum-hukum mengenai refreksi dan refraksi sebagai berikut
:
§ Sinar
yang direfraksikan dan yang direfleksikan terletak pada suatu bidang yang
dibentuk oleh sinar datang dan normal.
§ Untuk
refleksi :
1
‘ =
1.......................................................2.1
§ Untuk
refraksi :
= n21 ....................................................2.2
Dengan n21 adalah
konstanta yang disebut indeks refraksi dari medium dua terhadapmedium satu.
Tabel 2.1 menunjukkan beberapa indeks
refraksi beberapa bahan terhadap vakum untuk panjang gelombang ( cahaya natrium
) 589 nm. Indeks refraksi suatu medium lain biasanya bergantung kepada panjang
gelombang. Tidak seperti halnya reflaksi berdasarkan kenyataan itu refraksi
dapat digunakan untuk menguraikan cahaya ats komponen-komponen panjang
gelombangnya.Hukum refleksi telah dikenal oleh buclides. Hukum refraksi
dioperoleh secara eksperimen oleh willebrod snell ( 1591-1626) dan diturunkan
melalui teori korpuskuler cahaya oleh rene descartes ( 1596-1650). Hukum
reflaksi ini dikenal sebagai hukum snell, atau diperancis dikenal sebagai hukum
descartes.
Kita dapat menurunkan
hukum refleksi dan refraksi dari persamaan-persamaan maxwell, yang berarti bahwa
hukum ini berlaku untuk semua daerah spektrum elektromagnetik.Berikut ini
merupakan tabel 1.1 yang berisikan beberapa indeks refraksi untuk panjang
gelombang 589 nm
Medium
|
Indeks refraksi
|
Air
|
1,33
|
Etil alkohol
|
1,36
|
Karbon bisulfida
|
1,63
|
Udara
|
1,0003
|
Metilin iodida
|
1,74
|
Leburan kuarsa
|
1,46
|
Gelas,kaca krona
|
1,52
|
Gelas,flinta
|
1,66
|
Natrium kholirida
|
1,53
|
Telah diketahui bila
permukaan pelat baja yang digosok sampai mengkilap akan memantulkan dengan baik
berkas yang datang padanya, tetapi selebar kertas sedikit-banyak akan
menghamburkannya kesegala arah ( reflaksi baur-difuse reflektion).
Kebanyakan benda-benda
tak bercahaya disekitar kita dapat dilihat karena refraksi baur ini. Perbedaan
antara refleksi baur dan refleksi spekuler ( yaitu, seperti cermin) disebabkan
oleh kekasaran permukaan; berkas yang direfleksikan hanya akan terbentuk jika
kedalaman rata-rata dari ketidak teraturan permukaan pemantul ( reflektor) jauh
lebih kecil daripada panjang gelombang yang datang. Syarat kekasaran permukaan
ini memiliki pengertian yang berlainan untuk daerah spektrum elektromagnetik
yang berbeda. Misalnya dasar wajan yang terbuat dari besi tuang adalah
reflaktor yang baik untuk gelombang mikro dengan panjang gelombang 0,5 cm,
tetapi reflaktor yang buruk untuk cahaya tampak ( artinya kita tidak dapat
bercermin untuk bercukur atau berdandan dengannya )
Syarat kedua bagi
adanya berkas refleksi adalah ukuran rentang reflektor harus jauh lebih besar
daripada panjang gelombang berkas datang. Jika seberkas cahaya tampak jatuh
pada logam mengkilap berukuran sebesar uang logam,akan terjadi berkas refleksi;
tetapi jika yang datang adalh gelombang radio, katakanlah dengan = 1 m, maka berkas tersebut akan dihamburkan
kesegala arah, tidak ada berkas yang menonjol dalam satu arah tertentu.inilah
yang disebut sebagai peristiwa difraksi. (
Haliday,1989) Bila cahaya bergerak dari satu medium transparan (tembus cahaya)
ke satu medium transparan lainnya dengan indeks refraksi yang berbeda, maka
cahaya itu dibelokkan atau direfraksikan. Seperti halnya pada kasus refleksi,
maka dicari hubungan antara kedua hubungan di antara kedua arah tersebut dengan
bantuan prinsip Huygens.
Hubungan ini
disebut hukum Snellius, untuk menghormati Willeboard Snellius (1591 – 1626)
yang menemukan hubungan itu secara eksperimen. Jika indeks refraksi dari medium
– medium itu adalah η1 dan η2, dan sudut masuk ϕ1, dan
sudut refraksi ϕ2, diukur relatif terhadap arah normal, maka hukum
Snellius menyatakan
η1 sin ϕ1
= η2 sin ϕ2………………………..........……….….………(2.3).
Seperti di dalam kasus refleksi,
kedua – dua sinar dan normal berada di dalam bidang yang sama.Hukum Snellius
berarti bahwa jika η bertambah besar, maka sin ϕ akan berkurang dan
sebagai konsekuensinya maka ϕ pun berkuran. Jadi, sebuah sinar akan membelok
kea rah normal bila sinar itu memasuki medium yang secara optik lebih rapat (η2
> η1).
Sebuah
pelat datar tidak merubah arah sebuah sinar, walaupun pelat itu memindahkan
atau menggeserkan sinar itu sejarak yang sebnading dengan tebalnya pelat
tersebut. Karena indeks refraksi bahan berubah – ubah dengan panjang gelombang
cahaya, maka besarnya pembelokkan di permukaan batas akan berubah – ubah dengan
panjang gelombang. Fenomena ini dinamakan disperse.Sinar putih, seperti cahaya
yang berasal dari sebuah lampu pijar, mengandung campuran panjang gelombang
yang membentang pada jangkauan panjang gelombang tampak, sehingga panjang
gelombangnya yang bermacam – macam atau warnanya akan dipisahkan di batas
antara udara dan gelas, kecuali pada arah amsuk normal. Efek ini terjadi dua
kali didalam sebuah prisma berbentuk gelas yang berbentuk segitiga, yang
menghasilkan sinar cahaya yang berbentuk kipas angin dan sebuah pola w arna –
warni atau spektrum, pada sebuah layar di belakang prisma itu.
Bila
suatu sinar – sinar itu mencapai permukaan, maka sebagian sinar itu di
refleksikan dan sebagian direfraksikan. Jika sudut masuk diperbesar, maka
intensitas sinar yang direfleksikan akan semakin besar. Sinar yang
ditansmisikan lambat laun menjadi lebih lemah, dan intensitasnya berkurang
menjadi nol sewaktu sudut refraksi itu mencapai 90o. sudut masuk
yang bersangkutan dinamakan sudut kritis ϕc, amka tidak ada sinar
yang direfraksikan yang diamati, dan semua cahay itu akan direfleksikan. Ini
dinamakn refleksi internal total. Sudut kritis dapat divari dari hukum snellius
dengan mengambil ϕ2 = 90o atau sin ϕ2 = 1,
yang bersesuaian dengan sudut refraksi maksimum yang mungkin. Ini memberikan n1
sin ϕc = n2, atau
……………………………………………………. 2.4
Jika nilai ϕ1 yang lebih besar dari ϕc
disubsitusikan ke dalam hukum snellius, maka sin ϕ2 ternyata akan lebih ebsar daripada 1.
Karena tidak ada sudut yang
mempunyai sinus yang lebih besar daripada 1, maka ini berarti bahwa tidak ada
sinar yang direfraksikan. Ini adalah cocok dengan pengamatan bahwa di setiap
sudut yang sama dengan atau yang lebih besar daripada ϕc, sinar itu
direfleksikan secara total. Di dalam
refleksi spekular yang biasa, sinar yang dirfleksikan adalah selalu lebih lemah
daripada sinar yang masuk, walaupun permukaan batas disemir sangat licin.
Bertentangan dengan itu, tidak ada kehilangan intensitas yang terjadi di dalam
refleksi internal total.
Karena alas an ini maka prisma yang
merefleksi sinar secara total digunakan di dalam binokuler, periskop, dan kamera
refleks. Tidak ada kehilangan intensitas yang diasosiasikan dengan refleksi
internal di dalam prisma ini, walaupun sebagian cahaya direfleksikan di
permukaan di mana cahaya itu memasuki atau meninggalkan prisma
tersebutKenyataan bahwa tidak ada kehilangna intensitas yang terjadi di dalam
refleksi internal total adalah dasar untuk optic serat., yakni sebuah cabang
optika yang berkembang secara cepat. Prinsip dasar optika serat dilukiskan oleh
sebuah tangkai transparan yang panjang, atau pipa cahaya.
Sebuah sinar cahaya yang memasuki
pipa itu akan refleksikan secara total jika sudut masuk adalah cukup besar
ketika sinar mencapai permukaan tersebut. Malah jika pipa itu melengkung pun
lambat laun, namun cahaya akan menempuh keseluruhan panjang pipa itu dan sampai
di permukaan lainnya tanpa diatenuasi setelah banyak terjadi refleksi. Sebagai
konsekuensinya maka sebuah pipa cahaya tunggal akan dapat mentransmisikan
energi cahaya secara agak efisien. Akan tetapi sinar – sinar yang berasal dari
bagian – bagian yang berbeda dari sebuah benda sama sekali akan di aduk oleh
refleksi ganda, sehinnga sebuah pipa tunggal tidak akan dapat mentransmisikan
sebuah bayangan. Bayangan dapat ditransmisikan dengan menggunakan buntelan
gelas halus atau buntelan serat plastik, karena setiap serat akan
mentransmisikan sinar yang berasal dari sebuah daerah yang sangat kecil di
dalam benda itu. Kualitas bayangan yang dihasilkan sebagian besar ditentukan
oleh diameter serat, yangd apat sekecil 10-6 m. ( Joseph W. Kane, 1978)
Bila suatu
cahaya berjalan dengan sudut miring melalui pembatasan antara dua zat dengan
indeks bias yang berbeda, maka sinar akan membelok.Gejala ini disebut
pembiasan. Cara untuk menghitung cahaya pada permukaan beberapa zat yang
mempunyai indeks bias n1 dan n2diberikan oleh hukum
snellius :
n1
sin = n2
sin 2.......................................2.5
Misalkan sinar dari zat berindeks
bias lebih tinggi masuk ke zat dengan indeks bias lebih rendah.Sebagian sinar
masuk dibias dan sebagian lagi dipantulkan pada permukaan batas. Karena sudut di buat sedemikian besarnya hingga 2
=
90o. Harga 1
dinamai sudut kritis. Untuk harga 1
yang lebih besar dari harga ini, maka tidak akan terjadi pembiasan: seluruh
cahaya pada sinar masuk, dipantulkan.
Syarat pantulan total berlaku hanya
jika 1
lebih
besar dari sudut kritis, c
yang memenuhi:
n1 sin
c
=
n1 sin o atau sin c
= ..........................2.6
Karena sinus
tidak mungkin lebih besar dari satu, persamaan ini sekali lagi menekankanmbahwa
refleksi total hanya terjadi jika n1 > n2.Prisma dapat
digunakan untuk menguraika cahaya kedalam warna yang berbeda – beda.Berhubung
indeks bias zat berbeda – beda tergantung dari panjang gelombangnya, warna –
warna yang berbeda dari cahaya akan membias secara berbeda – beda pula. Hampir
semua bahan, warna merah mengalami pembiasan paling sedikit dan warna biru
pembiasan terbanyak.
Gelombang – gelombang yang koheren
mempunyai bentuk dan frekuensi yang sama, serta beda fase yang tetap ( yakni
banyak sedikitnya puncak – puncak gelombang yang tertinggal dari atau
mendahului puncak – puncak gelombang lain yang tidak berubah dengan berlakunya
waktu). Fase relatif dari dua
gelombang yang koheren yang bergerak bersama – sama sepanjang garis tersebut.
Bila puncak satu gelombang jatuh di puncak gelimbang yang lain, maka gelombang
– gelombang tersebut sefase. Bila puncak gelombang jatuh pada gelombang –
gelombang yang lain, maka gelombang tersebut berbeda fase 180o.
Interferensi konstruktif (memperkuat, terang) terjadi pada titik – titik dimana
gelombang itu sefase.
Difraksi adalah peristiwa dimana
dilenturkan atau melebar ditepi celah dan pinggiran penghalang cahaya. Cahaya
tidak lagi mermbat melalui menurut garis lurus, dan hal ini mengakibatkan
terjadinya interferensi hingga tepi – tepi bayangan tidak tajam melainkan
kabur. Peristiwa difraksi juga membatasi kecilnya benda yang dapat dilihat,
serta membatasi hasil pengukuran. Difraksi
celah tunggal bila berkas cahaya sejajar dengan panjang gelombang jatuh pada celah selebar s pada arah tegak lurus,
terbentuklah pola difraksi dibelakang celah itu.
Batas resolusi dua benda disebabkan
difraksi : jika kita mengamati dua objek berdekatan melalui suatu alat optik,
maka pola difraksi yang ditimbulkan lubangatau diafragma alat membatasi
kemampuan kita mengamati benda itu. Agar kedua benda dapat dilihat sebagai dua
objek terpisah maka sudut yang dibentuk diafragma pada objek itu harus
lebih besar dari sudut c.Persamman
kisi difraksi terdiri dari celah – celah yang berukuran sama dan paralel, dalam
jumlah yang besar; dengan jarak antara celah adalah tetapan kisi d. Bila
gelombang dengan panjang gelombang “lamda” jatuh secara tegak lurus pada kisi
dengan tetapan kisi d, akan terbentuk daerah terang dibelakng celah dengan
sudut n (tehadap arah sinar masuk).
Difraksi
sinar x berpanjang gelombang lamda karena pantulan suatu kristal, memenuhi
persamaan bragg. Terjadi refleksi yang kuat pada sudut.Difraksi sinar x
berpanjang gelombang lamda karena pantulan suatu kristal, memenuhi persamaan
bragg. Terjadi refleksi yang kuat pada sudut n
( adalah sudut antar muka kristal dan sinar yang
dipantul).Jejak optik ekivalen, bila cahaya memenuhi jarak d dalam dalam medium
ber – indeks bias n, maka dalam vakum cahaya akan menempuh jarak nd dalam waktu
yang sama. Inilah sebabnya jarak nd disebut jejak optik ekivalen.
(Frederick J,Bueche.1993)
BAB
III
METODOLOGI
PERCOBAAN
3.1
Peralatan dan fungsi
1.Spektrometer
Fungsi : untuk menganalisa cahaya
berdasarkan spectrum warna yang dihasilkan.
2.Prisma
Fungsi
: untuk mendispersikan cahaya agar terlihat spectrum warna.
3.Lampu
Na, Hg, dan Cd
Fungsi : untuk menghasilkan cahaya
yang terlihat cahaya yang terlihat cahaya putih yang terang.
4.Induktor
Rumkorf
Fungsi
: untuk menghasilkan tegangan tinggi dari tegangan rendah.
5.Statif
Fungsi
: sebagai penyangga lampu Na, Hg, dan Cd.
6.Kolimator
Fungsi
: sebagai tempat untuk memfokuskan sinar yang masuk ke lensa.
7.Meja
Prisma
Fungsi
: sebagai tempat untuk meletakkan prisma.
8.Meja
Skala
Fungsi
: sebagai tempat membaca sudut yang dihasilkan oleh spectrum.
9.Teleskop
Fungsi
: sebagai tempat mensejajarkan sinar yang masuk pada lensa kolimator.
10.Tabung
Lampu
Fungsi
: sebagai pembatas agar cahaya lampu tidak menyebar.
11.Kaca
Pembesar
Fungsi
: sebagai alat untuk memperbesar skala dalam pembacaan skala.
3.2
Prosedur
percobaan
1. Dipersiapkan
semua peralatan.
2. Disusun
peralatan.
3. Disejajarkan
kolimator dengan celah lampu tabung.
4. Dipasang
lampu Cd, Hg, Na secara bergantian pada tabung lampu.
5. Dihidupkan
indikator Rumhkorf yang sudah terhubung dengan PLN.
6. Dicari
sinar yang terbentuk secara vertikal yang disejajarkan dengan kolimator.
7. Dibaca
skala sebagai standard.
8. Diletakkan prisma pada meja prisma.
9. Diteropong dan digeser ke kiri atau ke kanan
untuk mencari spektrum warna yang
didispersikan oleh prisma.
10.Dibaca
skala pada spektrometer.
11.Dihitung
sudut yang ditunjukkan pada skala spektrometer dan dicatat data percobaan pada kertas data percobaan.
12.Dimatikan
indikator Rumhkorf setelah semua spektrum warna telah didapati.
13.Dikembalikan
semua peralatan ketempat semula.
DAFTAR REFERENSI
Bueche,Frederirck
J.1993.”TEORI DAN SOAL-SOAL FISIKA”.Edisi kedelapan.Jakarta
:Erlangga
Halaman 295-311
David,Haliday.1984.”FISIKA”.Edisi
ketiga.Jakarta:Erlangga
Halaman 609-613
Kane,Joseph
W.1978.”FISIKA”.Edisi ketiga.New York:Jhon Wiley & Son
Halaman 1024-1034
Rio, Reka.2002.”TEKNIK REFARASI TELEVISI BERWARNA”.Edisi
ke tigabelas.Jakarta
: Erlangga.
Halaman 2-4
Medan,
30 November 2012
Asisten, Praktikan,
(Irmansyah Putra) (Rinto Pangaribuan)
TUGAS PERSIAPAN
Nama : PESTARIA BETESDA SINAGA
NIM : 110801044
Kelompok : VII-A
1. Apa yang kamu ketahui tentang
dispersi cahaya dalam medium dispersi ? Jelaskan !
Jawab :
Dispersi adalah peristiwa penguraian cahaya polikromatik (putih) menjadi cahaya-cahaya monokromatik (me, ji, ku, hi, bi, ni, u) pada
prisma lewat pembiasan atau pembelokan. Hal ini membuktikan bahwa cahaya putih
terdiri dari harmonisasi berbagai cahaya warna dengan berbeda-beda panjang gelombang.
Warna
|
Panjang gelombang
|
Ungu
|
400-440nm
|
Biru
|
440-495nm
|
Hijau
|
495-580nm
|
Kuning
|
580-600nm
|
Orange
|
600-640nm
|
Merah
|
640-750nm
|
Peristiwa dispersi juga
terjadi apabila seberkas cahaya putih dilewatkan pada suatu prisma sehingga
membentuk spektrum cahaya. Spektrum ini dapat diamati melalui spektrometer.
Jika cahaya putih itu diarahkan ke prisma, maka cahaya putih akan terurai menjadi sinar merah, jingga, kuning, hijau,
biru, nila dan ungu. Sinar-sinar ini memiliki panjang gelombang yang berbeda-beda.
Setiap panjang gelombang juga memiliki nilai indeks bias yang berbeda-beda.
Semakin kecil panjang gelombangnya, maka semakin besar indeks biasnya. Dispersi
pada prisma terjadi karena adanya perbedaan indeks bias kaca setiap warna
cahaya. Indeks cahaya suatu bahan
menentukan panjang gelombang cahaya mana yang dapat diuraikan menjadi komponen
komponennya. Untuk cahaya ultraviolet adalah prisma dari kristal, untuk
cahaya putih adalah prisma dari kaca, untuk cahaya infrared adalah prisma dari garam batu.
Cahaya berwarna merah mengalami deviasi
terkecil sedangkan warna ungu mengalami deviasi terbesar.
Catatan :
Untuk menghilangkan dispersi antara sinar ungu dan sinar merah digunakan
susunan Prisma Akhromatik.
HAMPIR2 MIRIP CO SAMA SPEKTROMETER KISI
No comments:
Post a Comment