PERCOBAAN
KE II
REFRAKTOMETER
ABBE
I. TUJUAN
1. Untuk menentukan indeks sampel
2. Untuk mengetahui range
konsentrasi sampel
3. Untuk mengetahui cara kerja
refraktometer
II.
LANDASAN TEORI
Refraktormeter
adalah alat yang diguanakan untuk mengukur kadar/ konsetrasi bahan terlarut
misalnya: Gula, Garam, Protein dan sebagainya.
Alat ini pertama ditemukan oleh Ernest Abbe ( 1840 – 1905 ) yang
bekerja untuk perusahaan Zeiss di Jena, Jerman pada akhir 1800-an. Instrumet
pertama terdiri dari thermometer dan air yang bersirkulasi yang berfungsi untuk
mengontrol suhu instrumen dan cairan. Kegunaan Refratometer abbe adalah : dapat
digunakan untuk mengukur bermacam – macam indeks bias suatu larutan dan dapat
digunkan mengukur untuk kadar tetapi kita harus membuat kurva standar. Prinsip
pengukurannya adalah dengan sinar yang ditransmisikan sinar kasa/ sumber sinar
prisma sampel teleskop.
(http: //putrakalimas.blogspot.com/2011/01/refraktormeter-abb.html)
Hukum – hukum Snellius merupakan dasar
optikal geometris dan berbunyi sebagai berikut :
1. sinar
datang, normal, sinar pantul, dan sinar bias semuanya terletak disatu bidang datar
2. sudut
pantul sama dengan sudut datang
3. perbandingan
antara sinus sudut datang dan sinus
sudut bias adalah tetap, artinya tak tergantung pada besar sudut datang.
Seperti
telah dikemukan diatas perbandingan sinus tersebut dinamakan indeks bias medium
dipihak sinar datang. Hukum Snellius yang asli mengatakan bahwa perbandingan
cosec sudut itu yang tetap. dan adalah Descartes yang mengatakan bahwa
perbandingan sinus sudut yang tetap. Sudah tentu kedua pernyataan itu pada
hakekatnya identis dan yang sekarang lazim dipakai ialah pernyataan Descartes
dalam perumusan hukum Snellius.
Yang
tak lain ialah perbandingan kecepatan cahaya di pihak sinar bias dengan yang di
pihak sinar datang. Perbandingan itu sudah tentu berupa tetapan yang tak tergantung
pada besar sudut datang.
Dengan hipotesis Huygens ditinjau berkas
sinar – sianr cahaya dengan medan gelombang. Pada sat gelombang dari B mencapai
B’, gelombang dari A sudah memancar sampai permukaan bola berjari – jari r untuk medium diatas bidang batas dan
berjari – jari r‘ untuk medium dibawah
bidang batas tersebut. Maka medan gelombang pantul ialah bidang yang melalui B’
dan menyinggung bola berjari – jari r di A’ di medium atas, sedang medan
gelombang bias ialah bidang yang juga melalui B’ tetapi medium bola berjari –
jari r’ di A’ di medium bawah. Sudah
tentu BB’ = r dan r’: r = v’ : v serta perhatikan bahwa
AA’B’
B’BA sebab AA’ = r = BB’
Sehingga
=
-
-
BB’ A =
-
A’AB’ =
atau
=
sebagaimana hukum Snellius mengatakan lebih
lanjut pada
AAB’ dan AA’B’ :
sin
=
sin
=
sin (
-
A’AB’)
sin
A’AB’ ) = sin
A’B’A’ =
=
dipihak
lain :
=
sin (
-
=
sin
A’B’A =
=
Dengan demikian maka :
=
=
…………………(2.2)
yang ternyata memang sesuai dengan kenyataan hasil
pengamatan. Andai kata indeks bias medium satu terhadap vakum adalah
dan indeks bias medium dua terhadap vakum
, dan kecepatan cahaya didalam vakum
ialah c, maka indeks bias medium dua terhadap medium satu
=
=
=
………………..(2.3)
Jadi
hukum Snellius untuk pembiasan dapat dituliskan menjadi
sin
sin
………………(2.4)
Kalau diperhatikan geometri pembentukan
bayangan oleh pemantulan dan oleh pembiasan, maka kiranya pemantulan dapat
dipandang sebagai pembiasan dengan sudut terbias yang negative yakni misalnya -
jika sudut datangnya ialah
. Hal ini dapat diterangkan.
Pembiasan dan pemantulan di suatu titik
pada permukaan bidang lengkung kiranya boleh dipandang sebagai pembiasan dan
pemantulan di titik itu pada permukaan bidang lengkung itu di titik tersebut.
Demi kemudahan, dibuat konvensi berikut.
1.Untuk
permukaan yang pusat kelengkungannya berada di sebelah kiri bidang batas, jari-
jari
kelengkungannya dinyatakan negative dan yang sebaliknya adalah positif.
2.
Sudut dan jarak yang berada di sebelah kiri bidang batas dinyatakan egative dan
yang sebaliknya
dinyatakan positif
Dengan konvensi di atas sekarang hendak
dijabarkan rumus optic geometrisnya, yaitu rumus yang menentukan pembentukan
bayangan oleh pembiasan dan pemantulan. Oleh karena pemantulan dapat dikatakan
sebagi pembiasan dari medium yang indeks biasnya n ke medium yang indeks
biasnya –n seperti yang telah dikemukakan di pasal 1.3, maka cukup kiranya
dijabarkan rumus untuk pembiasannya saja.
Pada
=
dan
=
…
atau
=
dan
=
…………..…………(2.6)
Jika
persamaan yang kiri dibagi persamaan yang kanan dan dengan mengingat hukun
snellius
n sin
=n’ sin
……………..(2.8)
maka
dibuat hubungan
=
.
=
.
……………(2.9)
Untuk
yang cukup kecil, yang berarti begitu pula
’
=
………………(2.10)
Sehingga
akhirnya dihasilkan rumus :
-
=
……………………….(2.11)
Bagi berkas sinar yang sejajar, misalnya dari
sumber sinar di tempat jauh tak terhingga, berkas sinar itu terkumpulkan di
suatu titik yang disebut titik fokus dan jarak titik fokus itu dari bidang
batas kedua medium dinamakan jarak fokus. Jadi dengan menuliskan 1=∞ ke dalam
rumus (1.1) diperoleh jarak fokus f di pihak medium yang berindeks bias n’,
menurunkan persamaan
-
=
..............………………….(2.12)
Adapun
jarak fokus di pihak medium berindeks bias n, yaitu f, diperoleh dengan
memasukkan 1’=∞ ke persamaan (1.1), yang memberikan
=
………… ………………(2.13)
Untuk berbagai-bagai arah berkas sinar
sejajar, sudah tentu didapatkan berbagai-bagai titik fokus dan tempat kedudukan
titik-titik fokus itu dinamakan titik fokus. Untuk menentukan letak bayangan
maupun untuk menyatakan letak benda sumber sinar, tentunya diperlukan suatu
sumbu koordinat, yang dalam optika.
(Dr.peter soedojo, B.Sc.1992)
Perambatan cahaya melalui permukaan (atau
bidang batas) yang memisahkan dua media disebut pembiasan, dan cahaya disebut
dibiaskan. Kecuali sudut datang berkas cahaya tegak lurus terhadap permukaan,
pembiasan oleh permukaan mengubah arah perambatan cahaya. Untuk alas an ini,
berkas dikatakan “dibelokkan” oleh pembiasan. Pembelokan hanya terjadi pada
permukaan kaca, cahaya merambat dalam garis lurus.
Percobaan membuktikan bahwa pemantulan dan
pembiasan dipengaruhi oleh dua hukum, yaitu:
1. Hukum pemantulan: sinar pantul terletak
pada bidang datar dan memiliki sudut pantul
sama dengan sudut datang, hal ini
berarti
=
(pemantulan)……………….………………(2.14)
(kita sekarang dapat menurunkan tanda
akseri pada sudut pantul)
2. Hukum
pembiasan : sinar bias terletak pada bidang datar dan sudut bias pada bidang
dihubungkan dengan sudut datang oleh
sin
=
sin
(pembiasan)...……………………….(2.15)
Di sini masing-masing
symbol
dan
adalah konstanta tak berukuran yang disebut
indeks bias yang dihubungkan dengan medium yang melibatkan pembiasan. Kita,
menurunkan persamaan ini yang disebut hukum snellius dalam bab ini. Seperti
yang akan dibahas di sini, indeks bias dari suatu medium sama dengan c/v,
dengan v adalah kelajuan cahaya dalam medium tersebut dan c adalah kelajuan
cahaya dalam ruang hampa.
Kita dapat menyusun
ulang persamaan 34.44 sebagai
Sin
=
sin
…………………………………..(2.16)
Untuk membandingkan
sudut bias
dengan sudut datang
. Kita kemudian dapat melihat bahwa nilai
relatif dari
tergantung pada nilai relatif
dan
.
Pembiasan
tidak dapat membelokkan berkas terlalu besar sehingga sinar bias berada pada
sisi yang sama dari normal sebagai sinar datang.
Indeks bias n dialami oleh cahaya dalam
medium sembarang, kecuali ruang hampa tergantung pada panjang gelombang dari
cahaya. Ketergantungan n pada panjang gelombang mengimplikasikan bahwa ketika
berkas cahaya terdiri sinar dengan panjang gelombang berbeda, sinar akan
dibiaskan pada sudut berbeda oleh permukaan. Jadi, cahaya akan menyebar ke luar
karena pembiasan. Penyebaran ke luar dari cahaya disebut dispersi kromatik,
dengan “kromatik” mengacu pada warna yang berkaitan dengan panjang gelombang
individual dan disperse “mengacu” pada penyebaran cahaya menurut panjang
gelombangnya atau warnanya.
Secara umum, indeks bias dari medium
yang diberikan lebih besar untuk panjang gelombang pendek (berdasarkan pada,
misalkan cahaya biru) daripada untuk panjang gelombang panjang (misalkan,
cahaya merah), sebagai contoh, indeks bias untuk kuarsa lumer tergantung pada
panjang gelombang cahaya. Ketergantungan seperti itu berarti bahwa ketika sebuah berkas dengan kedua gelombang cahaya biru dan
merah dibiaskan melalui sebuah permukaan, seperti dari udara menuju kuarsa atau
sebaliknya, komponen biru (sinar bersesuaian pada gelombang cahaya biru)
membelok lebih jauh daripada komponen merah.
Berkas cahaya putih terdiri dari
komponen dari semua (atau mendekati semua) warna dalam spectrum tampak dengan
intensitas yang hampir seragam. Ketika
melihat berkas seperti itu, kita merasa cahaya putih dan bukan warna tunggal.
Berkas cahaya putih di udara datang pada permukaan kaca. Dari cahaya yang
dibiaskan, hanya komponen merah dan biru yang diperlihatkan. Karena komponen
biru dibelokkan lebih jauh dari komponen merah, sudut bias
untuk komponen biru lebih kecil dari sudut
bias
, untuk komponen merah. (ingat, sudut
diukur relatif terhadap normal). Dalam hal ini, sinar dari cahaya putih dalam kaca
datang pada bidang batas kaca – udara. Sekali lagi, komponen biru dibelokkan
lebih jauh dari komponen merah, tetapi sekarang
.
Untuk
meningkatkan pemisahan warna, kita dapat menggunakan prisma kaca padat dengan
penampang melintang segitiga, seperti dalam gambar. Dispersi pada permukaan
pertama kemudian ditingkatkan pada permukaan kedua.
Contoh yang paling menakjubkan dari
dispersi kromatik adalah pelangi. Ketika cahaya putih matahari dipertemukan dengan
tetesan hujan, beberapa cahaya dibiaskan ke dalam tetesan, dipantulkan dari
permukaan dalam tetesan. Sama halnya dengan prisma, pembiasan pertama
memisahkan cahaya matahari menjadi komponen-komponen warnanya, dan pembiasan
kedua meningkatkan pemisahan.
Pelangi
yang kita lihat terbentuk dari cahaya yang dibiaskan oleh banyaknya
tetesan-tetesan. Warna merah terbentuk dari sudut tetesan yang lebih besar di
langit, warna biru terbentuk dari sudut tetesan yang lebih kecil, dan warna
pertengahan dari sudut pertengahan. Semua tetesan mengirimkan warna yang
terpisah-pisah dengan sudut sekitar
dari titik yang mengarah berlawanan dengan
matahari dalam penglihatan kita. Jika curah hujan tinggi dan cahaya bersinar
terang, kita akan melihat busur melingkar dari warna dengan warna merah pada
bagian atas dan biru pada bagian bawah. Pelangi itu adalah khusus karena
pengamat lain memotong dari tetesan lainnya.
( David,Halliday,1984)
Pada
umumnya, sebagian gelombang itu direfleksikan dan sebagian lagi direfraksikan
(ditransmisikan) ke dalam material kedua. Contoh, bila kita memandang ke dalam jendela restoran dari jalan, maka
kita melihat refleksi pemandangan di jalan, tetapi seorang yang berada di dalam
restoran itu dapat memandang ke luar melalui jendela dengan pemandangan sama
karena cahaya mencapai orang itu dengan refraksi.
Indeks refraksi ( indeks of refraction)
dari sebuah material optik ( juga dinamakan indeks refraktif ), yang dinyatakan
dengan n, memainkan peranan penting dalam optika geometric. Indeks refraksi ini
adalah rasio dari laju cahaya c dalam ruang hampa terhadap laju cahaya v dalam
material itu:
n=
(indeks refraksi)
……………………………………………….(2.17)
cahaya
selalu berjalan lebih lambat di dalam material daripada di dalam ruang hampa,
sehingga nilai n dalam medium apapun selain ruang hampa selalu lebih besar
daripada satu. Untuk ruang hampa, n=1. Karena n adalah rasio dari dua laju,
maka n adalah bilangan murni tanpa satuan. (Hubungan nilai n dengan sifat
listrik dan sifat magnetic suatu material akan dijelaskan. Kajian eksperimental
mengenai arah sinar masu, sinar yang direfleksikan, dan sinar yang
direfraksikan pada antarmuka yang halus di antara dua material optik
bermunculan kesimpulan-kesimpulan berikut:
1. Sinar
yang masuk, sinar yang direfleksikan, dan sinar yang direfraksikan dan normal
terhadap permukaan semuanya terletak pada bidang yang
sama. Bidang dari ketiga sinar itu tegak lurus terhadap bidang permukaan batas
di antara kedua material tersebut. Kita selalu menggambarkan diagram sinar
sehingga sinar masuk, sinar yang direfleksikan, dan sinaryang direfraksikan
berada dalam bidang diagram.
2. Sudut
refleksi
, sama dengan sudut masuk
untuk semua panjang gelombang dan untuk setiap
pasangan material. Yakni , dalam rumus:
=
(hukum reflex……….…..………(2.18)
3. Hubungan
ini, bersama-sama dengan pengamatan bahwa
sinar masuk dan sinar yang direfleksikan dan normal, semuanya terletak pada
bidang yang sama, yang dinamakan hukum refleksi (law of reflection).
4. Untuk
cahaya monokromotik dan untuk sepasang material yang diberikan, a dan b, pada
sisi-sisi yang berlawanan dari antarmuka itu, rasio dari sinus sudut
dan
, di mana kedua sudut itu diukur dari
normal terhadap permukaan, sama dengan kebalikan dari rasio kedua indeks
refraksi:
=
, ..…..……………………..(2.19)
atau
sin
=
sin
(hukum refraks….……..…..(2.20)
Hasil eksperimen ini, bersama-sama
dengan pengamatan bahwa sinar masuk dari sinar yang direfraksikan dan normal
semuanya terletak dalam bidang yang sama, dinamakan hukum refraksi (law of
refraction) atau hukum snellius (snell’s law), untuk menghormati ilmuwan
belanda Willebrord Snell (1591-1626). Ada beberapa keraguan apakah betul-betul
Snellius yang menemukannya. Penemuan bahwa n =c/v baru muncul kemudian.
Persamaan (34.3) dan (34.4)
memperlihatkan bahwa bila sebuah sinar lewat dari satu material (a) ke dalam
material lain (b) yang mempunyai indeks refraksi yang lebih besar (
) dan karena itu maka laju gelombang
dalam material itu lebih lambat, maka sudut
dengan normal lebih kecil dalam material kedua
daripada sudut
dalam material pertama; maka sinar itu
dibelokkan mendekati normal. Bila material kedua itu mempunyai indeks refraksi
yang lebik kecil daripada material pertama (
) dank arena itu maka laju gelombang
dalam material itu lebih cepat, maka sinar itu dibelokkan menjauhi normal. Ini
menerangkan mengapa sebuah mistar yang dicelupkan sebagian atau pipa sedotan
air minum terlihat dibengkokkan; sinar cahaya yang datang dari bawah permukaan
berubah arah pada antarmuka udara-air; sehingga sinar itu muncul seakan-akan
datang dari sebuah posisi di atas titik asal yang sesungguhnya.
Sebuah kasus khusus yang penting adalah
refraksi yang terjadi pada antarmuka di antara ruang hampa, di mana indeks
refraksi menurut definisi adalah satu, dan merupakan sebuah material. Bila
sebuah sinar lewat dari ruang hampa ke dalam suatu material (b), sehingga
=
1 dan
, maka sinar itu selalu dibelokkan
mendekati normal. Bila sinar lewat dari suatu material ke dalam ruang hampa,
sehingga
=
1, sinar itu selalu dibelokkan menjauhi normal.
Tak perduli apapun material pada
masing-masing sisi dari antarmuka itu, sinar yang ditransmisikan itu tidak
dibelokkan sama sekali dalam kasus khusus, arah masuk normal, di mana sinar
masuk adalah tegak lurus terhadap antarmuka sehingga
= 0 dan sin
Dari persamaan (34.4) ini berarti bahwa
juga sama dengan nol, sehingga sinar yang
ditransmisikan juga tegak lurus terhadap antarmuka.
Hukum refleksi dan hukum refraksi
berlaku tanpa memandang dari sisi mana dari antarmuka itu sinar masuk tersebut
datang. Jika sinar cahaya mendekati antarmuka dalam gambar tersebut. Dari kanan
dan bukan dari kiri, maka sekali lagi ada sinar yang direfleksikan dan sinar
yang direfraksikan; kedua sinar ini, sinar masuk dan normal terhadap permukaan
sekali lagi terletak pada bidang yang sama. Lagi pula, lintasan sebuah sinar
yang direfraksikan dapat dibalik (reversible); lintasan ini mengikuti lintasan
yang sama bila pergi dari b ke a seperti
bila pergi dari a ke b. (kita dapat membuktikan ini dengan menggunakan
persamaan (34.4) ). Karena sinar yang direfleksikan dan sinar masuk membuat
sudut yang sama dengan normal, maka lintasan sebuah sinar yang direfleksikan
juga dapat dibalik. Itulah sebabnya mengapa bila kita melihat mata seseorang
dalam cermin, orang itu dapat juga melihat kita.
Intensitas sinar yang direfleksikan dan
intensitas sinar yang direfraksikan bergantung pada sudut masuk, kedua indeks
refraksi, dan polarisasi (yakni, arah vector medan listrik) dari sinar masuk.
Fraksi yang direfleksikan merupakan yang paling kecil pada arah masuk normal (
), sekitar 4% untuk antarmuka udara-kaca,
fraksi ini semakin bertambah seiring dengan sudut masuk yang semakin besar
hingga mencapai 100% pada arah masuk yang menyinggung (menyentuh) permukaan
batas, ketika
.
Walaupan
kita telah menjelaskan hukum reflaksi dan hukum refraksi sebagai hasil
eksperimen. Namun hukum-hukun itu juga dapat diturunkan dari sebuah model
gelombang dengan menggunakan persamaan Maxwell. Analisis ini juga memungkinkan
kita untuk meramalkan amplitudo, intensitas, fasa, dan keadaan polarisasi dari
gelombang yang direfleksikan dan gelombang yang direfraksikan. Akan tetapi,
analisis ini berada di luar pembahasan.
(Hugh
D.Young, 2001)
Dalam
ruang bebas
=
dan
=
dan kecepatan fase sama dengan c, kecepatan
cahaya. Dalam medium
=
tetapi
kurang dari
. Karena itu, kecepatan fase ionosfer
lebih besar dibandingkan dengan kecepatan cahaya. Namun, kecepatan grup tidak
melebihi c.
Indeks bias ( refraksi
) medium terionisasi disbanding dengan ruang bebas diberikan oleh:
n =
=
………………………………( 2.21)
Misalkan, bahwa gelombang radio masuk ke dalam ionosfer dari
medium tanpa terionisasi di bawahnya. Karena kecepatan fase dalamionosfer lebih
besar, indeks bias lebih kecil. Jadi, ionosfer berlaku sebagai medium yang
kurang rapat. Akibatnya, pada pembatasan media, sinar yang datang akan membelok
dari garis lurus dan akan bergerak dalam ionosfer menurun arah menjauhi geris
normal yang ditarik pada titik pertemuan.
Pada saat gelombang masuk lebih dalam ke dalam lapisan di mana
rapat electron berangsur-angsur naik, n berangsur-angsur turun. Untuk sudut
datang vertikal,
= 0, dan sehingga n = o pada titik pantul.
Pada peristiwa sudut datang vertikal, frekuensi maksimum yang akan dipantulkan
kembali ke bumi dari lapisan ionosfer dinamakan frekuensi kritis lapisan, dan
diberi tanda
. Hubungan antara frekuensi
kritis (
) dan rapat electron puncak (
)adalah sebagai berikut:
= 9
…………………………………….(2.22)
Persamaan ini, yang dikenal hukum
secan, memberi hubungan antara frekuensi f dari sinyal terpantul untuk sudut
datang dengan frekuensi kritis untuk harga rapat electron yang diketahui. Harga
sudut datang maksimum untuk lapisan yang diketahui diperoleh, kalau sinar
meninggalkan bumi menyinggung permukaan bumi . kita anggap bahwa gelombang
radio yang mempunyai frekuensi lebih besar daripada frekuensi kritis dari suatu
lapisan jatuh pada lapisan tersebut.
(D. Chattopadhyay, 1989 )
III.
PERALATAN DAN FUNGSI
3.1
Peralatan
1. Refraktometer
a. Terong :
untuk mengamati skala pada refraktometer
b. Prisma : untuk menghamburkan
cahaya
c. Eliminator :
sebagai alat untuk mendinginka
d. Bola lampu 8 V 0,15 A : sebagai
sumber cahaya agar di dapat dua warna
yang berbeda
2. Pipet tetes :untuk
meneteskan bahan yang akan diamati ke
refrakto meter
3. Tissue :
untuk membersihkan permukaan prisma
refraktometer
4.Tissue basah :
untuk membersihkan permukaan prisma
3.2
Bahan
1. Tebu
(pucuk)
2. Tebu
(tengah)
3. Tebu
(pangkal)
4. Sirup
marqisa
5. Yakult
6. Sirup
kurnia
7. Scot’s
emulsion
8. Susu
coklat
9. Susu
putih
IV.
PROSEDUR KERJA
1. Disiapkan
peralatan dan bahan yang akan digunakan
2. Dihubungkan
refrakto dengan eliminator sebagai sumber tegangan AC
3. Dipasang
lampu 8V ke refraktometer dengan baik
4. Diatur
skala pada refraktometer sampai nol searah jarum jam
5. Dibersihkan
kedua prisma dengan menggunakan tissue (jangan pernah menggunakan alcohol pada
tissue pembersih karena akan merusak prisma pada refrakto)
6. Diteteskan
aquades tepat pada permukaan prisma dan tidak mengenai tepi prisma. (dalam hal
ini tidak ada gelombang udara pada bahan yang di teteskan)
7. Untuk
menentukan indeks bias, dipastikan warna pada refrakto menjadi dua warna.
8. Diamati
skala pada refraktometer (dalam hal ini terdapat dua skala pada refraktometer,
pada skala bagian atas digunakan untuk menentukan indeks bias larutan,dan untuk
skkala bagian bawah digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan).
9. Dicatat
hasil yang diperoleh
10. Diulangi
langkah 4-9 untuk sampel yang lain.
V. GAMBAR
PERALATAN
VII.ANALISA DATA
Menghitung Konsentrasi Tiap Sampel
1.
Hitung
=
a. Air
Tebu Bagian Pucuk
=
=
=
17
b.
Air Tebu Bagian Tengah
=
=
=
17,5
c.
Air Tebu Bagian Ujung
=
=
=
18,16
d.
Sirup Marqisa
=
=
=
16,33
e.
Yakult
=
=
=
20,66
f.
Sirup Kurnia
=
=
=
64,33
g.
Scott’s Emulsion
=
=
=
38,5
h.
Susu Coklat
=
=
=
15,83
i.
Susu Putih
=
=
=
7,83
2. Hitung
=
a. Air Tebu Bagian Pucuk
=
= 0
=
= 0
=
= 0
b. Air
Tebu Bagian Tengah
=
|= 0
=
= 0
=
= 0
c. Air
Tebu Bagian Ujung
=
= 0,16
=
= 0,16
=
=
0,34
d.
Sirup Marqisa
=
= 0,17
=
= 0,17
=
= 0,53
e.
Yakult
=
= 0,17
=
= 0,17
=
= 0,33
f.
Sirup Kurnia
=
= 0,33
=
= 0,33
=
= 0,67
g.
Scott’s Emulsion
=
= 1
=
= 0,5
=
= 1,5
h.
Susu Coklat
=
=0,67
=
= 0,17
=
= 0,83
i.
Susu Putih
=
= 0,67
=
= 0,17
=
= 0,83
3.
Hitung
=
a.
Air Tebu Bagian Pucuk
=
= 0
b.
Air Tebu Bagian Tengah
=
= 0
c.
Air Tebu Bagian Ujung
=
= 0,22
d.
Sirup Marqisa
=
= 0,223
e.
Yakult
=
= 0,78
f.
Sirup Kurnia
=
= 0,443
g.
Scott’s Emulsion
=
= 1
h.
Susu Coklat
=
= 0,556
i.
Susu Putih
=
= 0,556
4.
Hitung Range Konsentrasi Tiap Sample
a. Air Tebu Bagian Pucuk
+
= 17+(0) = 17
+
= 17+(0) = 17
+
= 17+(0) = 17
-
= 17-(0) = 17
-
= 17-(0) = 17
-
= 17-(0) = 17
b. Air Tebu Bagian Tengah
+
= 17,5+0 = 0
+
= 17,5+0 = 0
+
= 17,5+0= 0
-
= 17,5- 0= 0
-
= 17,5- 0 = 0
-
= 17,5-0 = 0
c. Air Tebu Bagian Ujung
+
= 18+ (0,006)= 18,006
+
= 18+(0,006)= 18,006
+
= 18,5+(0,006)= 18,506
-
= 18-(0,006)= 17,994
-
= 18- (0,006)= 17,994
-
= 18- (0,006)= 18,494
d. Sirup Marqisa
+
= 16,5+(0 ,003)= 16, 503
+
= 16,5+(0 ,003)= 16,503
+
= 16+(0 ,003)= 16, 003
-
= 16,5-(0,003)= 16,497
-
= 16,5-(0,003)= 16,497
-
= 16-(0,003)= 15,997
e. Yakult
+
= 19,5+(0,003)=19,506
+
= 21+(0,003)= 21,006
+
= 21,5+(0,003)=21,506
-
= 19,5-(0,003)= 19,494
-
= 21-(0,003)=20,994
-
= 21,5-(0,003)= 21,494
f. Sirup Kurnia
+
= 64+(0,003)= 64,003
+
= 64+(0,003)=
64,003
+
= 65+(0,003)=
65,003
-
= 64-(0,003)= 63,997
-
= 64-(0,003)= 63,997
-
= 65-(0,003)= 64,997
g. Scott’s Emulsion
+
= 39,5+0=39,5
+
= 39+0=39
+
= 37+0=37
-
= 39,5-(0)=39,5
-
= 39-(0)=39
-
= 37-(0)=37
h. Susu Coklat
+
= 16,5+(0,003)=16,503
+
= 16+(0,003)= 16,003
+
= 15+(0,003)= 15,003
-
= 16,5-(0,003)= 16,497
-
= 16-(0,003)= 15,997
-
= 15-(0,003)= 14,997
i. Susu Putih
+
= 8,5+(0,003)= 8,503
+
= 8+(0.003)= 8,003
+
= 7+(0,003)= 7,003
-
= 8,5-(0,003)= 8,497
-
= 8-(0,003)= 7,997
-
= 7-(0,003)= 6,997
Menghitung Indeks Bias Tiap Sampel
1. Hitung Nilai
=
a. Air Tebu Bagian Pucuk
=
=
=
1,358
b.
Air Tebu Bagian Tengah
=
=
=
1,57
c.
Air Tebu Bagian Ujung
=
=
=
1,306
d.
Sirup Marqisa
=
=
=
1,36
e.
Yakult
=
=
=
1,364
f.
Sirup Kurnia
=
=
=
1,451
g.
Scott’s Emulsion
=
=
=
1,389
h.
Susu Coklat
=
=
=
1,364
i.
Susu Putih
=
=
=
1,344
2.
Hitung
=
a.Air Tebu Bagian Pucuk
=
= 0
=
= 0,001
=
= 0,001
b.
Air Tebu Bagian Tengah
=
= 0,21
=
= 0,18
=
= 0,39
c.
Air Tebu Bagian Ujung
=
= 0,055
=
= 0,055
=
= 0,324
d.
Sirup Marqisa
=
= 0,002
=
= 0,025
=
= 0,023
e.
Yakult
=
= 0,001
=
= 0,001
=
= 0,002
f.
Sirup Kurnia
=
= 0
=
= 0
=
= 0,002
g.
Scott’s Emulsion
=
= 0,01
=
= 0,01
=
= 0,007
h.
Susu Coklat
=
= 0,016
=
= 0,006
=
= 0,009
i.
Susu Putih
=
= 0,002
=
=
0
=
=
0,001
3.
Hitung
=
a.
Air Tebu Bagian Pucuk
=
= 0,0006
b.
Air Tebu Bagian Tengah
=
= 0,26
c.
Air Tebu Bagian Ujung
=
= 0,144
d.
Sirup Marqisa
=
= 0,016
e.
Yakult
=
= 0,0006
f.
Sirup Kurnia
=
= 0,0006
g.
Scott’s Emulsion
=
= 0,027
h.
Susu Coklat
=
= 0,010
i.
Susu Putih
=
= 0,001
4.
Hitung Range Indeks Bias Tiap Sample
a. Air Tebu Bagian Pucuk
+
=
1,358+(0,0006) = 1,3586
+
= 1,359+(0,0006) = 1,3596
+
= 1,359+ (0,0006) = 1,3596
-
= 1,358-(0,0006) = 1,3574
-
= 1,359- ( 0,0006) = 1,3584
-
= 1,359 - (0,0006) =1,3584
b. Air Tebu Bagian Tengah
+
= 1,36
+ 0,26 = 1,62
+
= 1,39 + 0,26
= 1,65
+
= 1,96 + 0,26
= 2,22
-
= 1,36 - 0,26 = 1,1
-
= 1,39 - 0,26 =0,93
-
= 1,96 – 0,26
=1,7
c. Air Tebu Bagian Ujung
+
=
1,361+(0,144) = 1,505
+
= 1,361+( 0,144) = 1,505
+
= 1,36+(0,144) = 1,504
-
= 1,361 - (0,144) = 1,217
-
= 1,361 - (0,144) = 1,217
-
= 1,36 - (0,144) = 1,216
d. Sirup Marqisa
+
= 1,358+
0,016 = 1,374
+
= 1,385+ 0,016 = 1,4011
+
= 1,377+0,016
= 1,353
-
= 1,358- 0,016
= 1,342
-
= 1,385- 0,016
= 1,369
-
= 1,377- 0,016
= 1,321
e. Yakult
+
=
1,363+ (0,0013) =1,3643
+
= 1,365 + (0,0013) = 1,3663
+
= 1,366+ (0,0013) = 1,3673
-
= 1,363 - (0,0013) = 1,3617
-
= 1,365 - (0,0013) = 1,3637
-
= 1,366 - (0,0013) = 1,3647
f. Sirup Kurnia
+
= 1,451
+ (0,0006) = 1,4516
+
= 1,451+ ( 0,0006) = 1,4516
+
= 1,453 + (0,0006) = 1,4536
-
= 1,451 - (0,0006) = 1,4504
-
= 1,451 - (0,0006) = 1,4504
-
= 1,453 - (0,0006) = 1,4536
g. Scoot’s Emulsion
+
= 1,399
+ (0,027) =1,478
+
= 1,399+(0,027) =1,478
+
= 1,396+(0,027) =1,48
-
= 1,399 - (0,027) = 1,424
-
= 1,399 - (0,027) = 1,424
-
= 1,396 - (0,027) = 1,426
h.Susu Coklat
+
= 1,38
+ (0,01) = 1,39
+
= 1,358 + (0,01) = 1,368
+
= 1,355 + (0,01) = 1,365
-
= 1,38 - (0,01) = 1,37
-
= 1,358 - (0,01) = 1,348
-
= 1,355 - (0,01) = 1,345
i. Susu Putih
+
= 1,346
+ (0,001) = 1,347
+
= 1,344+ (0,001) = 1,345
+
= 1,343+ (0,001) = 1,344
-
= 1,346- (0,001) = 1,345
-
= 1,344 - (0,001) = 1,343
-
= 1,343 - (0,001) = 1,342
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
8.1
Kesimpulan
1. Untuk menentukan indeks bias suatu larutan
dapat ditentukan dengan rumus:
- Hitung
Nilai
=
- Hitung
=
- Hitung
=
- Hitung Range Indeks Bias Tiap Sample
2. Untuk menentukan konsentrasi (mol) suatu
larutan dapat ditentukan dengan rumus:
- Hitung
=
- Hitung
=
- Hitung
=
- Hitung Range Konsentrasi Tiap Sample
. Refraktometer
ABBE adalah alat pengukur indeks bias suatu zat cair yang mempunyai indeks bias
1,3 dan 1,7. Prinsip kerja alat ini didasarkan pada sudut kritis. Refraktometer
terdiri dari sebuah teleskop dengan 2 prisma pembias P dan P’, dan prisma amici
K1 dan K2, dan cermin datar sebagai pemantul objek. Objek yang diukur indeks
biasnya diletakkan diantara prisma P dan P’. Tiap sistem prisma K1 dan K2
terdiri dari masing-masing tiga prisma yang ditempelkan. Sistem ini dinamakan
kompensator. 3 prisma ini terdiri dari 2 buah lensa korona dan 1 buah lensa
flinta. Kompensator berfungsi untuk menjadikan sinar polikromatik menjadi
(spektrum) sinar monokromatik, dari suatu sumber cahaya K1 dan K2,P dan
Pcermin.
Indeks bias zat cair yang diamati harus
lebih kecil dari indeks bias n. Besar n tergantung daripada panjang gelombang
cahaya monokromatik yang digunakan. Cahaya yang digunakan adalah cahaya kuning.
Cahaya kuning yang melewati kompensator akan diteruskan tanpa mengalami
deviasi. Dispersi dapat menjadi nol, bila alas kedua prisma amici sejajar dan
saling terbalik. Tiap kali pengukuran n kompensator distel sedemikian rupa
sehingga batas terang dan gelap dalam teleskop yang akan kita lihat tidak tampak adanya warna lagi.
8.2.
Saran
1. Sebaiknya
praktikan selanjutnya membersihkan prisma dengan bersih agar sampel berikutnya
dapat diamati dengan baik.
2. Sebaiknya
praktikan berikutnya teliti melihat skala yang ada pada refraktometer agar
hasil yang di dapat lebih baik.
3. Sebaiknya
praktikan berikutnya lebih teliti saat meneteskan sampel ke prisma agar tidak
mengenai tepi prisma.
4. Sebaiknya
praktikan menghindari gelembung udara pada tetesan sampel.
DAFTAR PUSTAKA
Chattopadhyay, D.1989.”DASAR
ELEKTRONIKA”.Erlangga. Jakarta
Halaman : 365-369
Halliday, David.1984.”DASAR DASAR
FISIKA”.jilid II. Binapura aksara. Jakarta
Halaman : 553-558
Soedojo, Peter.1992.”AZAS-AZAS ILMU
FISIKA”.jilid III. Gadjah Mada press. Jogyakarta
Halaman : 7-11
Young, Hugh.2001.”FISIKA UNIVERSITAS”.edisi
kesepuluh,jilid II. Erlangga. Jakarta
Halaman : 497-501
http:
//putrakalimas.blogspot.com/2011/01/refraktormeter-abb.html
Medan, 17 Oktober 2012
Asisten,
Praktikan,
(Faisal Sibuea)
(Rinto Pangaribuan)
NAMA :
RINTO PANGARIBUAN
NIM :
110801050
ASISTEN :
FAISAL SIBUEA
TUGAS PERSIAPAN :
REFRAKTOMETER ABBE
1.Jelaskan cara mempolarisasikan cahaya dan
sifat-sifat cahaya!
Jawab:
Cahaya terpolarisasi
didapatkan dengan cara sbb :
1. Polarisasi Karena Pemantulan
Berkas sinar
alami (sinar yang belum terpolarisasi) dijatuhkan dari medium udara, ke
medium kaca (cermin datar). Dengan sudut datang i = 57o, maka sinar yang
dipantulkan sudah terpolarisasi, seperti pada gambar berikut:
2. Polarisasi Karena Pemantulan dan Pembiasan
Berkas Sinar
alami melalui suatu medium kaca,akan dipantulakna dan dibiaskan. Sinar
perpolarisasi bila sudut pantuk dan sudut bias membentuk sudut 90, seperti pada
gambar
Dari
peristiwa pemantulan dan pembiasan akan diperoleh Rumus Brewster,
Sbb :
ip + r = 9o, r = 90 -ip
n2/n1 = sin ip/sin r = sin ip/sin (90-ip) = sin ip/cos
ip = tg ip
n2/n1 = tg ip
3. Polarisasi karena
penyerapan selektif.
Polarisasi dengan
penyerapan selektif diperoleh dengan memasang dua buah polaroid, yaitu
Polarisator dan Analisator. Polarisator berfungsi
untuk menghasilkan cahaya terpolarisasi,
sedangkan Analisator untuk mengetahui apakah cahaya
sudah terpolarisasi atau belum, seperti
pada gambar berikut
Sifat-sifat cahaya:
-
Cahaya merambat lurus:
misalnya cahaya matahari yang masuk melalui celah atau jendela adalah merambat
lurus.
-
Cahaya menembus benda
bening: kaca yang bening dapat ditembus oleh cahaya matahari. Apabila kaca
jendela rumahmu ditutup denagn karton, maka cahaya tidak akan dapat masuk. Hal
ini membuktikan bahwa cahaya hanya dapat menembus benda yang bening.
-
Cahaya dapat
dipantulkan.
2.Jelaskan
secara singkat sistem kerja alat refraktometer ABBE!
Jawab:
Refraktometer ABBE adalah alat
pengukur indeks bias suatu zat cair yang mempunyai indeks bias 1,3 dan 1,7.
Prinsip kerja alat ini didasarkan pada sudut kritis. Refraktometer terdiri dari
sebuah teleskop dengan 2 prisma pembias P dan P’, dan prisma amici K1 dan K2,
dan cermin datar sebagai pemantul objek. Objek yang diukur indeks biasnya
diletakkan diantara prisma P dan P’. Tiap sistem prisma K1 dan K2 terdiri dari
masing-masing tiga prisma yang ditempelkan. Sistem ini dinamakan kompensator. 3
prisma ini terdiri dari 2 buah lensa korona dan 1 buah lensa flinta.
Kompensator berfungsi untuk menjadikan sinar polikromatik menjadi (spektrum) sinar
monokromatik, dari suatu sumber cahaya K1 dan K2,P dan Pcermin.
Indeks bias zat cair yang diamati
harus lebih kecil dari indeks bias n. Besar n tergantung daripada panjang
gelombang cahaya monokromatik yang digunakan. Cahaya yang digunakan adalah cahaya
kuning. Cahaya kuning yang melewati kompensator akan diteruskan tanpa mengalami
deviasi. Dispersi dapat menjadi nol, bila alas kedua prisma amici sejajar dan
saling terbalik. Tiap kali pengukuran n kompensator distel sedemikian rupa
sehingga batas terang dan gelap dalam teleskop tidak terlihat adanya warna
lagi.
3.Cari beberapa indeks bias dan
konsentrasi larutan masing-masing 5!
Jawab:
Indeks bias:
-
Minyak
indeks biasnya yaitu 1,45
-
Air
indeks biasnya yaitu 1,33
-
Alkohol
indeks biasnya 1.36
-
Gliserin
indeks biasnya 1,47
-
Intan
indeks biasnya 2,42
Konsentrasi
larutan:
-
4.Jelaskan pengertian dari:
a)
Dispersi
b)
Polarisasi
c)
Refraksi
d)
Spektrum
Jawab :
a)
Dispersi
adalah peristiwa penguraian cahaya polikromatik ( putih ) menjadi cahaya –
cahaya monokromatik ( me , ji , ku, hi, bi, ni, u ) pada prisma lewat
pembelokan atau pembiasan.
b)
Polarisasi
adalah peristiwa perubahan arah getar gelombang cahaya yang acak menjadi satu
arah getar.
c)
Refraksi
adalah pembengkokan sinar cahaya ketika melewati permukaan
antara satu bahan transparan dengan bahan lainnya.
d)
Spektrum
cahaya adalah Energi dengan bentuk gelombang elektromagnetik dengan panjang
gelombang sekitar 380 – 750.
KLO MW NGOPAS TARO ALAMATNYA YAH GAN,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
PUSAT SARANA BIOTEKNOLOGI AGRO
ReplyDeletemenyediakan refractometer untuk keperluan penelitian, laboratorium, mandiri, perusahaan .. hub 081805185805 / 0341-343111 atau kunjungi kami di https://www TOKOPEDIA.com/indobiotech temukan juga berbagai kebutuhan anda lainnya seputar bioteknologi agro