Tuesday 11 June 2013

Thyristor




BAB I



PENDAHULUAN





1.1.Latar Belakang

Thyristor termasuk jenis semikonduktor. Kata Thyristor diambil dari bahasa yunani yang berarti pintu. Fungsi utama Thyristor adalah sebagai saklar. Thyristor yang sering dipakai ada tiga, yaitu SCR, DIAC, dan TRIAC. SCR kepanjangan dari Silicon Controlled Rectifier. SCR berfungsi sebagai saklar arus searah. Struktur SCR terbentuk dari dua buah junction PNP dan NPN. SCR mempunyai 3 kaki yaitu Anoda (A), Katoda(K) dan Gate (G). Dalam kondisi normal Antara Anoda dan Katoda tidak menghantar seperti dioda biasa. Anoda dan Katoda akan terhubung setelah pada Gate diberi trigger minimal sebesar 0.6Volt lebih positif dari Katoda. SCR akan tetap menghantar walaupun trigger pada Gate telah dilepas. SCR akan kembali ke kondisi tidak menghantar setelah Masukan tegangan pada Anoda dilepas. DIAC kepanjangan dari Diode Alternating Current. DIAC tersusun dari dua buah dioda PN dan NP yang disusun berlawanan arah. DIAC memerlukan tegangan breakdown yang relatif tinggi untuk dapat menembusnya. Karena karakteristik inilah DIAC umumnya dipakai untuk memberi trigger pada TRIAC.

TRIAC kepanjangan dari TRIode Alternating Current. TRIAC dapat digambarkan seperti SCR yang disusun bolak-balik. TRIAC dapat melewatkan arus bolak-balik. Dalam pemakaiannya TRIAC digunakan sebagai saklar AC tegangan tinggi (diatas 100Volt). TRIAC bisa juga disebut SCR bi-directional. Untuk memberi trigger pada TRIAC dibutuhkan DIAC sebagai pengatur level tegangan yang masuk.

TRIAC, atau Trioda untuk arus bolak-balik adalah sebuahkomoromen elektronik yang kira-kira ekivalen dengan dua SCR yangdisambungkanantiparalel dan kaki gerbangnya disambungkan bersama. Nama resmi untuk TRIAC adalah Bidirectional Triode Thyristor. Ini menunjukkan sakelar dwi arah yang dapatmengalirkanarus listrik ke kedua arah ketika dipicu (dihidupkan). Ini dapat disulut baik dengan tegangan positif ataupun negatif pada elektroda gerbang. Sekali disulut, komponen iniakan terus menghantar hingga arus yang mengalir lebih rendah dari arus genggamnya, misalpada akhir paruh siklus dari arus bolak-balik.



1.2 Tujuan

1. Untuk mempelajari karakteristik dan prinsip SCR.
2. Untuk mempelajari penggunaan SCR sebagai penyearah
3. Untuk mempelajari penggunaan SCR sebagai Switching.

4. Untuk mengetahui aplikasi dari SCR

5. Untuk mengetahui cara kerja dari Aplikasi dari SCR





BAB II



LANDASAN TEORI





Thyristor, juga dikenal sebagai silikon dikontrol penyearah (SCR) adalah empat lapisan perangkat semikonduktor banyak digunakan untuk mengendalikan ac kekuatan untuk beban. Sebagai contoh, dapat digunakan untuk mengendalikan kecepatan bor listrik. Perhatikan bahwa ia memiliki elektroda memicu T. Dengan asumsi bahwa tegangan puncak ac pasokan tidak melebihi tegangan rusaknya dari scr, tidak ada arus yang mengalir antara K katoda dan anoda A, bahkan ketika anoda dibuat positif terhadap katoda. T juga dikenal sebagai 'pintu gerbang'. Namun, jika pulsa pemicu diterapkan pada pemicu sebuah elektroda T selama setengah siklus positif, thyristor melakukan berat dan ketahanan jatuh ke nilai yang rendah. Sangat sedikit dengan tegangan yang diberikan kini dikembangkan di seluruh thyristor, sebagian besar tegangan yang dikembangkan di seluruh beban. Dengan demikian daya dikirimkan ke beban selama waktu konduksi. Konduksi berhenti bila tegangan yang diberikan jatuh ke nol dan masuk ke negatif setengah-siklus.
            Sejak konduksi terjadi ketika pulsa pemicu diterapkan, titik konduksi dapat divariasikan dengan mengubah waktu penerapan pulsa. Pada cara ini waktu selama beban membawa saat ini dapat dikurangi atau ditambah. Ini bervariasi arus rata-rata dalam beban dan jadi kekuatan dalam beban dapat bervariasi. Ketika itu dikendalikan oleh pulsa dari uji generator a. Variasi R mengontrol titik konduksi dan karenanya kekuatan dalam beban. Pemblokiran konduksi saat anoda A adalah positif atau negatif. Bila anoda adalah persimpangan positif J2 bias balik, tapi ketika itu adalah negatif, persimpangan J3 bias balik. Konduksi tidak dapat terjadi melalui persimpangan bias terbalik. Jika pemicu T dibuat positif ketika anoda A adalah positif, semua persimpangan menjadi bias maju dan konduksi yang kemudian memungkinkan. Namun, ketika anoda adalah negatif, persimpangan J3 masih membalikkan bias meskipun gerbang dibuat positif. Sebuah analogi dua transistor thyristor. Setelah thyristor T2 masuk ke konduksi, kondisi sudah diatur di mana satu transistor feed ke dasar yang lain, dan sebaliknya. Dengan demikian saat ini menumpuk dengan nilai yang tergantung pada resistansi sirkuit eksternal. Triac merupakan pengembangan dari silikon dikontrol penyearah (SCR) atau thyristor. Hal ini mampu konduksi dalam dua arah, karena dapat melewati saat selama nagative serta setengah siklus positif. Simbol, dan sirkuit kontrol dasar.                                                                                      (M. Nelkon, 1971)

Anda dapat mengingat bahwa thyristor adalah komponen semikonduktor dengan sedikitnya tiga sambungan PN. Kata thyristor digunakan sebagai istilah umum untuk semua jenis komponen yang menyesuaikan dengan defenisi ini. Operasi thyristor sama dengan operasi dari saklar. Seperti saklar, mekanis thyristor mempunyai dua keadaan: ON (menghantarkan) dan OFF (tidak menghantarkan). Tidak ada daerah linear antara dua keadaan seperti yang ada pada transistor. Penyearah silikon terkontrol dan triac adalah alat thyristor adalah alat thyristor yang paling sering digunakan. Alat tersebut adalah kuda kerja dari elektronika industri. Thyristor digunakan pada elektronika daya untuk mengontrol kecepatan dan frekuensi, penyearahan dan pengubahan daya. Aplikasi umum termasuk pengendali motor, pengendali, manipulasi robot dan kontrol panas serta cahaya.

            Silicon-controlled rectifier adalah alat semikonduktor empat lapis (PNPN) yang menggunakan tiga kaki-anoda, katoda, dan gerbang untuk operasinya. Tidak seperti pada transistor, operasi SCR tidak dapat memperkuat sinyal. SCR tepat digunakan sebagai saklar solid-state dan dikategorikan menurut jumlah arus yang dapat beroperasi. SCR arus rendah dapat bekerja dengan arus anoda kurang dari 1 A. SCR mempunyai perlengkapan untuk penyerapan berbagai jenis panas untuk mendisipasi panas internal.

            Simbol skematis untuk SCR mirip dengan simbol penyearah dioda. Pada kenyataannya, SCR mirip dengan dioda karena SCR menghantarkan hanya pada satu arah. Dengan perkataan lain SCR harus diberi bias maju dari anoda ke katoda untuk konduksi arus. Tidak seperti pada dioda, ujung gerbang yang digunakan berfungsi untuk menghidupkan lat.

            Operasi SCR sama dengan opersi dioda standar kecuali bahwa SCR  memerlukan tegangan positif pada gerbang untuk menghidupkan saklar. Anoda terhubung sehingga positif terhadap katoda (bias maju). Peutupan sebentar tombol tekan PB1 memberikan pengaruh positif tegangan terbatas pada gerbang SCR, yang menswitch ON rangkaian anoda-katoda, atau pada konduksi, kemudian menghidupkan lampu. Ketika SCR ON, SCR tetap ON, bahkan sesudah tegangan gerbang dilepas. Satu-satunya cara untuk memetikan SCR adalah mengurangi arus anoda-katoda sampai nol dengan melepaskan tegangan sumber dari rangkaian anoda-katoda. Hal ini dicapai dengan penekanan tombol tekan PB2 sebentar. Perlu dicatat bahwa rangkaian anoda-katoda akan terhubung ON hanya satu arah. Hal ini terjadi hanya apabila anoda positif terhadap katoda dan tegangan positif diberikan kepada gerbang.

            Rangkaian crowbar dirancang untuk sewngaja terhubung singkat dan memutuskan sekering input jika tegangan suplai melampaui tegangan maksimum yang ada. Rangkaian tersebut digunakan apad alat khusus yang dapat dirusak jika tegangan input menjadi terlalu tinggi.

            Rangkaian SCR umumnya membuka pada tegangan input yang benar dan tidak berpengaruh pada operasi. Jika tegangan input naik di atas 9 V, dioda zenerakan dihantarkan. Hal ini menghasilkan penurunan tegangan pada R yang cukup untuk membuat gerbang SCR menjadi konduksi. Sekering akan putus, membuka lin suplai dan dengan cara demikian rangkaian yang berikutnya akan terlindungi.

            Masalah SCR turnoff tidak terjadi pada rangkain SCR secara otomatis akan menutup (OFF) selama siklus ketika tegangan ac pada SCR mencapai nol. Karena dicapai tegangan nol, arus anoda turun di bawah harga rus bertahan. SCR tetap OFF selama siklus ac negatif sebab SCR diberi bias terbalik.

            SCR dapat digunakan untuk perhubungan arus pada beban yang dihubungkan pada sumber ac. Karena SCR adalah penyearah, maka dapat hanya menghantarkan setengah gelombang input ac. Oleh karena itu, output maksimum yang diberikan adalah 50%; bentuknya adalah bentuk gelombang dc yang berdenyut setengah gelombang.

            Rangkaian anoda-katoda hanya dapat di switch ON selama setengah siklus dan jika anoda positif (diberi bias maju). Dengan tombol tekan PB1 terbuka, arus gerbang tidak mengalir sehingga rangkaian anoda-katoda bertahan OFF. Dengan menekan tombol tekan PB1 terus menerus tertutup, menyebabkan rangkaian gerbang-katoda dan anoda-katoda diberi bias maju pada waktu yang sama. Prosedur arus searah berdenyut setengah gelombang melewati depan lampu. Ketika tombol tekan PB1 dilepaskan, arus anoda-katoda secara otomatis menutup OFF ketika tegangan ac turun ke nol pada gelombang sinus.

            Ketika SCR dihubungkan pada sumber tegangan ac, SCR dapat juga digunakan untuk merubah atau mengatur jumlah daya yang diberikan pada beban. Pada dasarnya SCR melakukan fungsi yang sama seperti rheostat, tetapi SCR jauh lebih efisien.

            Rangkaian trigger menhidupkan SCR pada titik yang sudah ditentukan sebelumnya selama tiap siklus penuh ac. Pada penyelesaian setengah daya dari knot kontrol, terjadi pulsa trigger gerbang pada titik tengah dari setengah siklus positif. Rangkaian anoda-katoda menghantarkan untuk sisa siklus yang mensuplai hanya setengah tegangan maksimum dan setengah arus beban. SCR mempunyai kemampuan untuk dihidupkan setiap waktu selama siklus setengah positif dari gelombang ac yang diberikan. Jumlah waktu SCR menghantar selama tiap siklus setengah positif menentukan daya yang diberikan pada beban.

            Rangkaian trigger digunakan untuk mensuplai pulsa trigger dari arus ke gerbang. Arus pulsa tersebut ditentukan waktunya oleh penyetelan knop pengatur-manual. Untuk penyetelan penuh knot pengontrol, pulsa trigger diberikan dekat start dari siklus setengah positif. Rangkaian anoda ke katoda kemudian menghantar selama tegangan dan arus maksimum yang mensuplai siklus setengah gelombang ke beban. Keuntungan utama dari sistem ini adalah terlihat tidak ada daya yang dibuang yang diubah menjadi panas. Panas dibangkitkan ketika arus dikontrol oileh tahanan, tidak ketika diswitch. SCR juga dapat penuh ON atau penuh OFF. SCR tidak pernah menghambat arus hanya sebagian jalan.

            SCR memerlukan penggeseran fase supaya mempunyai output yang variabel. Ini berati penggeseran fase dari tegangan diberikan pada gerbang berhubungan dengan tegangan yang diberikan pada noda. UJT dikembangkan untuk mngerjakan pekerjaan rangkaian SCR dalam penggeseran fase. Transformator dan penyearah-jembatan digunakan untuk menyediakan arus searah tegangan rendah yang diperlukan untuk mengoperasikan UJT. UJT bertahan OFF sampai kapasitor C1 mengisi pada level tegangan yang sudah ditentukan sebelumnya. Apabila level tersebut tercapai, ujt berubah menjadi ON dan mengosongkan kapasitor melaui tahanan R2. Pengososngan tersebut menghasilkan pulsa arus melalui R2, yang mentrigger gerbang-gerbang SCR. Waktu pengisian kapasitor dan kecepatan pulsa UJT dikontrol oleh tahanan variabel R1. Pulsa yang dihasilkan oleh UJT akan terjadi lebih awal atau lebih akhir dari pemisahan ac tergantung pada penyetelan R1. Kalau R1 turun,C1 mengisi lebih cepat, UJT menyala (hidup) lebih awal dan daya beban meningkat. Rangkaian SCR dapat digunakan secara terbalik untuk “start lunak” dari motor induksi tiga-fase. Dua SCR dihubungkan secara terbalik paralel untuk memperoleh kontrol gelombang penuh. Dalam tema hubungan ini, SCR pertama mengontrol tegangan apabila tegangan positif dengan bentuk gelombang sinus, dan SCR yang lain mengontrol tegangan apabila tegangan negatif. Kontrol arus dan percepatan dicapai dengan pemberian trigger dan penyelaan SCR pada waktu yang berbeda selama setengah siklus. Jika pulsa gerbang diberikan awal pada setengah siklus, outputnya tinggi. Jika pulsa gerbang diberikan terlambat pada setengah siklus, hanya sebagian kecil dari bentuk gelombang dilewatkan dan outputnya rendah.                       (Franck D. Petruzella, 2001)

Thyristor sebelumnyadikenal sebagai ‘penyearah terkendali silikon’ karena thyristor adalah penyearah yang mengendalikan daya ke suatu beban. Thyristor terdiri dari empat potong meterial semikonduktor yang ditangkupkan bersama dan disambungkan ke tiga terminal.

            Kata thyristor diambil dari kata Yunani thyra yang berarti pintu, karena thyristor bersifat seperti sebuah pintu. Thyristor dapat dibuka dan ditutup, membolehkan atau mencegah arus mengalir melalui suatu peralatan. Pintunya dibuka kita katakan thyristornya dipicu pada kondisi menghantarkan dengan menerapkan tegangan pulsa ke sambungan gerbang. Begitu thyristor berada dalam kondisi menghantarkan, gerbangnya akan kehilangan semua kendali atas peralatannya. Satu-satunya menghantarkan adalah dengan mengurangi tegangan sepanjang anoda ke katoda ke nol atau memberikan tegangan balik sepanjang anoda ke katoda.

Rangkaian ini juga dapat digunakan untuk mengetes komponen yang diduga rusak. Ketika hanya SWB yang tertutup, lampu tidak akan menyala, tetapi ketika SWA juga tertutup, lampu akan menyala dengan terang. Lampu akan tetap menyala bahakan ketika SWA terbuka. Ini menunjukkan bahwa thyristornya beroperasi dengan benar. Begitu suatu tegangan diberikan kepada gerbang, thyristornya menjadi menghantarkan maju, seperti suatu dioda, dan gerbangnya kahilangan kendali.

Suatu thyristor dapat juga di tes dengan menggunakan ohmmeter, dengan menganggap bahwa ujung merah ohmmeter adalah positif.

Thyristor tidak mengandung bagian yang bergerak dan beroperasi tanpa sentuhan. Thyristor dapat beroperasi pada kecepatan yang sangat tinggi, dan arusnya yang digunakan untuk mengoperasikan gerbangnya sangatlah kecil. Penerapan yang paling umum untuk thyristor adalah untuk mengendalikan suplai daya ke suatu beban, sebagai contoh, peredup terang lampu dan pengendali kecepatan motor.

Daya yang tersedia untuk suatu beban a.c. dapat dikendalikan dengan memberikan arus yang harus disuplai ke beban pada setiap bagian dari satu siklus. Ini dapat dicapai dengan mensuplai suatu pulsa gerbang secara otomatis pada titik yang dipilih di setiap siklus. Daya dikurangi dengan mencapai gerbangnya belakangan di siklusnya.

Thyristor hanyalah peralatan setengah gelombang (seperti diode) membolehkan pengendalian hanya separuh dari daya yang tersedia dalam rangkaian a.c. Ini sangat tidak ekonomis, dan perkembangan selanjutnya dari peralatan ini adalah triac yang akan ditinjau berikut ini. Triac dibuat karena adanya permasalahn praktis yang dialami dalam menyambung dua thyristor secara paralel, untuk mendapatkan kendali gelombang penuh, dan dalam menyediakan dua pulsa gerbang terpisah untuk memicu dua peralatan. Triac adalah suatu peralatan tunggal yang mengandung thyristor dua arah yang saling membelakangi yang dipicu pada paruh kedua dari setiap siklus suatu suplai a.c. dengan sinyal gerbang yang sama. Daya yang tersedia untuk beban dengan demikian dapat variasi antara nol dan beban penuh.

Daya ke beban dikurangi dengan memicu gerbangnya belakangan pada siklusnya. Triac adalah peralatan tiga terminal, seperti halnya thyristor, tetapi istilah anoda dan katoda tidak berarti apa-apa untuk triac. Sebaliknya, triac disebut terminal utama satu (MT1) dan terminal utama dua(MT2). Peralatannya dipicu dengan memberikan suatu pulsa kecil ke gerbang (G). Suatu arus gerbang sebesar 50mA cukup untuk memicu triac mensaklar sampai 100 A. Triac digunakan pada banyak penerapan komersial dimana kendali daya a.c.  diperlukan, sebagai contoh, pengendali kecepatan motor dan peredupan lampu.     

Diac adalah suatu peralatan dua terminal yang mengandung dioda zener dua arah. Digunakan terutama sebagai peralatan pemicu untuk thyristor dan triac. Peralatannya menyala ketika suatu nilai tegangan yang telah ditentukan tercapai, misalnya 30 V, sehingga dapat digunakan untuk memicu gerbang dari suatu triac atau thyristor setiap kali bentuk gelombang masukannya mencapai nilai yang telah ditentukan. Karena peralatannya mengandung dioda zener yang saling membelakangi maka diac memicu pada kedua siklus positif dan negatif.

Kita peroleh bahwa tegangan suplai ternagi diantara reistor serinya sebnading dengan ukuran     resistor. Bila dua resistor identik disambungkan secara seri ke suplai 12 V, baik akal sehat maupun perhitungan sederhana akan mengkonfimasikan bahwa tegangan 6 V akan terukur sepanjang keluaran. Dalam rangkaian, resistor 1 kΩ dan 2 kΩ membagi tegangan masukan menjadi tiga bagian yang sama. Satu bagian 4 V akan muncul pada reistor 1 kΩ  dan dua bagian 8 V, akan muncul sepanjang resistor 2 kΩ. Pembagi tegangan sebanding dengan rasio dari dua resistor sehingga kita sebut rangkaian sederhana ini sebagai pembagi tegangan atau pembagi potensial. Nilai dari resistor R1 dan R2 menentukan nilai tegangan keluaran sebagai berikut: Vout = Vin x . Untuk rangkaian Vout = 12 V x  = 8 V. Untuk rangkaian Vout = 12 x  = 4 V.

Pembagi tegangan digunakan dalam rangkaian elektronika untuk menghasilkan tegangan referensi yang cocok untuk mengoperasikan transistor dan rangkaian terintegrasi. Pengontrol volume dalam sebuah radio atau pengontrol kecerahan dari sebuah osiloskop sinar katode memerlukan pembagi tegangan yang bervariasi secara kontinu dan ini dapat dicapai dengan menyambungkan suatu resistor variabel atau potensiometer. Dengan lengan penyapu membentuk hubungan pada dasar dari resistor, keluarannya akan nol. Ketika hubungan dibuat di tengah, tegangan haruslah 6 V, dan pada puncak dari resistor tegangan akan menjadi 12 V. Tegangan secara kontinu bervariasi akan menjadi 12 V. Tegangan secara kontinu bervariasi antara 0 V dan 12 V hanya dengan menggerakkan lengan penyapu dari suatu resistor variabel yang sesuai. Ketika suatu beban tersambung ke suatu pembagi tegangan, maka akan membagi rangkaian, menyebabkan tegangan keluaran jatuh di bawah ini yang dihitung. Untuk mencegah hal ini, hambatan dari beban harus sitidaknya sepuluh kali lebih besar daripada nilai resistor pada tempat dipasangkannya beban. Permasalahan pembebanan rangkaian ini juga muncul ketika melakukan pembacaan tegangan. Ketika suplai d.c. dibutuhkan, dapat disediakan baterai atau suplai a.c. yang disearahkan. Baterai memiliki keuntungan portabilitas, tetapi suplai baterai lebih mahal daripada menggunakan suplai a.c. utama yang disearahkan dengan sesuai a.c. menjadi satu arah atau suplai d.c. Ini adalh satu dari sekian banyak penerapan suatu diode yang akan menghantarkan dalam satu arah saja, yaitu ketika anodanya positif  terhadap katoda.                                                                                    (Trevor Linsley, 2004)     








BAB III



METODOLOGI PERCOBAAN





3.1 Peralatan dan Komponen

3.1.1 Peralatan dan Fungsi

1.    PSA Simetri

              Fungsi : sebagai sumber tegangan yang akan dialirkan ke rangkaian

2.    Penjepit Buaya

              Fungsi : menghubungkan rangkaian ke PSA Adjust

3.    Multimeter

     Fungsi : sebagai alat yang digunakan untuk melihat LED masih bagus atau tidak

4.    Protoboard

     Fungsi : sebagai tempat merangkai komponen

5.    Saklar

     Fungsi : untuk memutuskan dan menyambungkan arus yang mengalir

6.    Kabel Penghubung

     Fungsi : untuk menghubungkan peralatan dengan peralatan dan komponen dengan komponen

7.    Cok Sambung

     Fungsi : untuk menghubungkan PSA dengan sumber arus PLN



3.1 .2 Komponen dan Fungsi

1.     SCR

Fungsi : untuk penyaklaran pada arus yang besar.

2.    LED

Fungsi : sebagai lampu indicator.

3.    Resistor 220Ω, 500Ω

Fungsi : sebagai menghambat arus yang mengalir pada rangkaian.

















3.2 Prosedur Percobaan

SCR Sebagai Switching

1.    Disiapkan peralatan yang akan digunakan

2.    Dirangkai rangkaian seperti pada gambar berikut


3.    Dipasang multimeter (atur posisi volt) pada beban R atau LED sebagai beban

4.    Dihubungkan kutub negatif saklar 1 ke gate dan kutub positif  saklar 1 ke resistor 330 Ω

5.    Dihubungkan kutub negatif saklar 2 ke katoda dan kutub positif saklar 2 ke Dihidupkan PSA

6.    Dihubungkan kutub positif PSA ke hambatan 330 Ω dan ground ke PSA ke katoda

7.    Dihidupkan PSA 12 volt

8.    Diatur saklar 1 dengan keadaan ON dan saklar 2 dengan keadaan ON.

9.    Diamati keadaan LED.

10.     Diatur saklar 1 dengan keadaan ON dan saklar 2 dengan keadaan OFF.

11.     Diamati keadaan LED.

12.     Diatur saklar 1 dengan keadaan OFF dan saklar 2 dengan keadaan ON.

13.     Diamati keadaan LED.

14.     Diatur saklar 1 dengan keadaan OFF dan saklar 2 dengan keadaan OFF

15.     Diamati keadaan LED

16.     Dicatat hasil untuk setiap pengamatan pada tabel data percobaan

















BAB IV

ANALISA DATA





4.1 Gambar Percobaan








4.2 . Data Percobaan



Saklar
LED
Keterangan
S1
S2
ON
ON
Mati
Mati
ON
OF
Hidup
Terang
OF
ON
Mati
Mati
OF
OF
Hidup
Redup













































Medan, 08 April 2013 

            Asisten                                                                                                            Praktikan











  (Lasmini Sihombing)                                                                                             (Rintho pangrib)









4.3  Analisa Data

1.      Berdasarkan data dan analisa yang kami  lakukan maka kesimpulan dari masing – masing aplikasi SCR yaitu jika saklar pertama ON dan saklar kedua ON maka nyala terang, jika saklar Pertama ON dan saklar kedua OFF maka redup, jika saklar pertama OFF dan saklar kedua ON maka mati dan jika kedua saklar dalam keadaan OFF maka LED akan mati.  Percobaanya sesuai dengan teori yang  kit abaca.

2.      Contoh rangkaian yang menggunakan SCR yaitu


SCR disini sebagai SWITCHING

3.      Rancanglah suatu rangkaian yang menggunakan komponen SCR


4.      Aplikasi dari judul ke dua yaitu untuk penghubungan arus pada beban yang dihubungkan pada sumber AC, dapat digunakan sebagai perancang memori dan AC dan lain – lain

5.      Persen Ralat resistor yang dipakai yaitu resistor 3300 Ω

%Ralat = (Rt- Rp)/Rt x 100%  

 3300(orange, orange, merah, dan emas)

 %Ralat = (3300- 3200)/3300 x 100% = 3,03%.

6.      Aplikasi dari thyristor adalah untuk mensaklar arus searah (DC) yaitu jenis SCR, maupun arus bolak-balik (AC), jenis TRIAC, sebagai saklar (switch control), sebagai rangkaian pengendali (remote control), untuk mengontrol khususnya pada tegangan tinggi, pengatur motor, pemanas, AC, pemanas induksi, sebagai rangkaian pengaturan daya (power control), sebagai pemicu TRIAC agar ON pada tegangan input tertentu yang relatif tinggi.





























































BAB V



KESIMPULAN DAN SARAN





5.1 Kesimpulan

1. Prinsip kerja dari SCR yaitu Arus yang melalui anoda A ke katoda K relative sangat kecil selama tegangan diantaranya belum melewati VBO ( Break over voltage ). Setelah arus terlewati maka tegangan anoda ke katoda akan turn hingga mencapai haraga VH ( Hold Voltage ). Diode akan terus menghantar selama arus yang melewatinya tidak kurang dari nilai Ih.

2. Penggunaan SCR sebagai penyearah yaitu di dalam praktek sehari – hari di pakai untuk pengaturan daya.Penggunaan SCR sebagai pengatur daya atau untuk saklar sangat menguntungkan karena tidak ada kontak – kontak arus karena terbakar. SCR ini dapat di pakai untuk pengatur daya yang besar – besar. Sedangkan SCR itu sendiri  memerlukan daya arus yang sangat kecil.

3. Penggunaan SCR sebagai Switching yaitu biasa digunakan pada sekring dirumah, dimana SCR berfungsi sebagai pengontrol dan penyearah. Penggunaannya juga bisa sebagai pembuat memori, AC dan lain-lain.

4. Aplikasi dari SCR adalah SCR tepat digunakan sebagai saklar solid-state, namun tidak dapat memperkuat sinyal seperti halnya transistor. SCR juga banyak digunakan untuk mengatur dan menyearahkan suplai daya pada motor DC dari sumber AC, pemanas, AC, melindungi beban yang mahal (diproteksi) terhadap kelebihan tegangan yang berasal dari catu daya, digunakan untuk “start lunak” dari motor induksi 3 fase dan pemanas induksi. Sebagian besar SCR mempunyai perlengkapan untuk penyerapan berbagai jenis panas untuk mendisipasi panas internal dalam pengoperasiannya.

5. Cara kerja aplikasi dari SCR adalah SCR sebagai saklar dapat dipergunakan sebagai proteksi arus yang mengalir ke beban baik berupa lampu maupun motor listrik. Pengaturan ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan rangkaian umpan balik (feed back) yang menghubungkan keluaran SCR ke gate SCR. Beban maksimum yang dapat ditanggung SCR tergantung pada karakteristik dari SCR tersebut serta penyulutan yang dilakukan pada gate SCR.

            Umpan balik tersebut tidak dapat langsung dihubungkan dengan gate SCR karena tegangan keluaran yang dihasilkan keluaran SCR terlampau besar untuk menyulut gate SCR, sehingga perlu tambahan rangkaian agar SCR tidak rusak. Gambar rangkaian di bawah ini merupakan pemakaian atau penggunaan komponen SCR sebagai proteksi khususnya proteksi terhadap arus lebih.




Gambar  Rangkaian SCR Sebagai Saklar

            Sumber tegangan pada rangkaian terebut di atas langsung berasal dari jala-jala PLN 220 Volt, yang langsung disambung seri dengan beban lampu dan SCR. Selanjutnya untuk rangkaian pengendali diperlukan penyearah tegangan sistem jembatan (bridge diode) yaitu D1 - D4. Rangkaian pengendali SCR terdiri dari dua buah transistor yaitu Q1 dan Q2. Apabila beban yang ditanggung SCR terlampau besar, rangkaian pengendali bekerja dan SCR berada pada kondisi “OFF”. Besar arus maksimum yang dapat ditanggung SCR dapat ubah-ubah dengan mengatur potensiometer atau tahanan variabel (VR).





5.2 Saran

1. Diharapkan kepada praktikan mengetahui cara membaca warna cincin resistor

2. Diharapkan kepada praktikan agar lebih mengetahui prinsip kerja SCR sebagai penyearah

3. Diharapkan kepada praktikan agar lebih mengetahui prinsip kerja SCR sebagi Switching

4. Diharapkan kepada praktikan agar mengetahui merangkai rangkaian SCR sebagai Switching































DAFTAR PUSTAKA





Nelkon, M. 1971. ELECTRONICS AND RADIO PRINCIPLES. London : Heinemann Education Books.

           Halaman : 16-19.

Linsley, Trevor. 2004. INSTALASI LISTRIK DASAR. Edisi Ketiga. Jakarta : Erlangga.

          Halaman : 177-181.

Petruzella, Franck D. 2001. ELEKTRONIK INDUSTRI. Edisi Kedua. Yogyakarta : ANDI.

          Halaman : 263-269.









































Medan, 08 April 2013

Asisten                                                                                                             Praktikan







   (Lasmini Sihombing)                                                                                              (Rinto sipangrib)   


1 comment:

  1. maaf mau nanya, kenapa tegangan untuk trigger thyristor harus berupa pulsa pada aplikasi control tegangan AC

    ReplyDelete

Total Pageviews