BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Banyak sistem elektronik menggunakan rangkaian yang
mengubah energi DC menjadi berbagai bentuk AC yang bermanfaat. Misalnya saja osilator,
generator, lonceng elektronika termasuk kelompok rangkaian ini. Pada penerima radio misalnya, isyarat DC
diubah menjadi isyarat AC pada frekuensi-tinggi. Osilator juga digunakan untuk menghasilkan
isyarat horizontal dan vertikal untuk mengontrol berkas elektron pada pesawat
TV. Masih banyak lagi penerapan rangkaian ini pada sistem lain seperti
kalkulator, dan komputer.
Pada
alat – alat elektronik dirumah misalnya mikrofon yang sering kita gunakan. Alat
ini juga osilator balikan.Elektronika
adalah ilmu yang mempelajari alat listrik arus lemah yang dioperasikan dengan
cara mengontrol aliran elektron atau partikel bermuatan listrik dalam suatu
alat seperti komputer, peralatan elektronik, termokopel, semikonduktor, dan
lain sebagainya. Ilmu yang mempelajari alat-alat seperti ini merupakan cabang
dari ilmu fisika, sementara bentuk desain dan pembuatan sirkuit elektroniknya
adalah bagian dari teknik elektro, teknik komputer, danilmu atau teknik elektronika dan
instrumentasi.
Ada berbagai macam komponen elektronika, misalnya saja,
resistor, kapasitor, induktor dan masih banyak lagi yang lainnya. Semuanya
mempunyai kegunaan dan cara kerja yang berbeda – beda dalam peralatan
elektronik. Selain itu masing – masing komponen tersebut memiliki nilai besaran
listrik, yaitu nilai hambatan, arus, tegangan. Dan dari besaran tersebut ada
yang tidak dapat dilihat oleh mata pengamat, maka dibutuhkan suatu peralatan
yang khusus untuk melihat nilai tersebut.
Osilator cukup memegang peranan penting dalam alat – alat
elektronika, seperti sudah disebutkan diatas. Dan pada praktikum kali ini, akan
membahas apa saja jenis – jenis osilator, fungsi – fungsinya, cara
pengoperasiannya, serta aplikasinya dibidang lain yang lebih tinggi. Pada
praktikum yang akan dilakukan nantinya, akan digunakan komponen dan
peralatan yang berhubungan langsung
dengan osilator, untuk melihat bagaimana sistem kerjanya dan apa pengaruh
osilator terhadap suatu peralatan elektronik. Maka dari itu, dilakukanlah praktikum ini, agar
praktikan mengetahui apa itu osilator, dan bagian – bagiannya.
1.2 Tujuan
1.
Untuk mengetahui perbedaan antara multivibrator monostabil dan astabil.
2.
Untuk mengetahui
prinsip kerja osilator.
3.
Untuk mengetahui aplikasi osilator.
4.
Untuk
mengetahui kegunaan dari osilator
BAB II
DASAR TEORI
Jika sebuah muatan kapasitor C dilepas menembus sebuah lingkar induktansi L
dan resistansi R, arus bolak – balik i untuk memperoleh atau mengurangi
kecepatan amplitudo. Ini sering dikatakan dengan ‘oscillatory discharger’.
Frekuensi dari osilator ini kira – kira :
½
………………………………………………………(2.1)
Jika tidak memperhatikan osilasi, bagaimanapaun, ketika
sebuah muatan kapasitor tidak lepas menembus sebuah resistor; kemudian arus
berkurang sepanjang kurva eksponensial. Ada arus osilasi ketika sebuah muatan
kapasitor C lepas menembus induktor L dapat dirumuskan secara matematis. Amplitudo
dari osilasi elektrikal berkurang. Karena energi hilang dari lintasan . Ini
terjadi dalam dua jalan. (1) lingkar mempunyai beberapa resistansi, R yang
memberikan hambatan naik menjadi I2R menjadi hilang. Dan (2) energi
elektrikal hilang menjadi keluar dari jalur lintasan, khususnya ketika
frekuensi tinggi ac mengalir, fenomena ini disebut sebagai radiasi.
Dua hal yang hilang tersebut mungkin saja bertambah
secara bersamaan, dan total keduanya bisa kemudian dipertimbangkan karena
beberapa efektif, resistansi R’, di dalam lintasan. Sebuah lintasan osilator
suara berisi sebuah amplifier, dimana frekuensi yang menentukan jaringan dan
sebuah balikan positif.
Sebuah diagram blok dari pengaturan ini ditunjukkan pada
gambar 2.2.Blok
1 adalah amplifier yang diinginkan untuk membangun dan mempertahankan osilasi
dalam menghindari hilangnya arus dalam lintasan.
Blok 2 adalah frekuensi yang menentukan jaringan yang
mana adalah sebuah lintasan LC dalam sebuah osilator suara.
Blok 3 adalah lintasan berpasangan yang memberikan
osilator balikan positif dari output ke input (keluaran ke masukan) dari
amplifier. Balikan positif terjadi ketika tegangan kembali ke bentuk semula
dalam fase dengan tegangan masukan.
Gambar 2.1 Umpan balik positif diagram balik.
Sebagai sebuah perkenalan
untuk osilator LC yang praktis mempertimbangkan sirkuit FET sederhana. Hal ini
disebut sebagai osilator tuned gate. Dalam lintasan LC yang terkoneksi antara
gate dan sumber dari FET. Aliran lintasan yang mengisi sebuah lingkaran A yang
dipasang ke lingkaran B. Hal ini memberikan balikan yang positif. (M. Nelkon,
dkk, 1981)
Osilator merupakan piranti elektronik yang menghasilkan
keluaran berupa isyarat tegangan. Bentuk isyarat tegangan terhadap waktu ada
bermacam – macam, yaitu bentuk sinusoida, persegi, segitiga, gigi gergaji, atau
denyut.
Osilator berbeda dengan penguat, oleh karena penguat
memerlukan isyarat masukan untuk menghasilkan isyarat keluaran. Pada osilator
tak ada isyarat masukan, hanya ada isyarat keluaran saja, yang frekuensi dan
amplitudo dapat dikendalikan. Seringkali suatu penguat secara tak disengaja
menghasilkan keluaran tanpa masukan dengan frekuensi yang nilainya tak dapat
dikendalikan. Dalam hal ini penguat dikatakan berosilasi.
Osilator
digunakan secara luas sebagai sumber isyarat untuk menguji suatu rangkaian
elektronik. Osilator seperti ini disebut pembangkit isyarat, atau pembangkit
fungsi jika isyarat keluarannya dapat mempunyai berbagai bentuk.
Osilator juga digunakan pada pemancar radio dan televisi,
dan juga dalam komunikasi radio, gelombang mikro, maupun optik untuk
menghasilkan gelombang elektromagnetik yang dapat ditumpangi berbagai
informasi.
Pesawat penerima radio dan televisi juga menggunakan
osilator untuk mengolah isyarat yang datang. Isyarat yang datang ini dicampur
dengan isyarat dari osilator lokal sehingga menghasilkan isyarat pembawa
informasi dengan frekuensi lebih rendah.
Isyarat yang
terakhir ini dikenal sebagai isyarat
(intermediate frequency).Osilator juga digunakan untuk mendeteksi dan
menentukan jarak dengan gelombang mikro (radar) ataupun gelombang ultrasonik
(sonar).Selain itu hampir semua alat digital seperti jam tangan, digital
kalkulator, komputer, alat – alat pembantu komputer, dan sebagainya menggunakan
osilator. Jelaslah osilator memegang peranan penting dalam dunia
elektronika.Pada dasarnya ada tiga macam osilator, yaitu osilator RC, osilator
LC, dan osilator relaksasi. Dua yang pertama menghasilkan isyarat berbentuk
sinusoidal, sedangkan osilator relaksasi menghasilkan isyarat persegi,
segitiga, gigi gergaji, atau pulsa.
Osilator
RC menggunakan hambatan R dan kapasitansi C untuk mengatur frekuensi. Isyarat
yang dihasilkan dapat diusahakan agar berbentuk sinusoida. Osilator ini
menggunakan balikan positif yang bersifat reaktif, sehingga kondisi osilasi,
yaitu
Gv(
= 1 hanya berlaku untuk satu nilai frekuensi,
yang berakibat isyarat keluaran berbentuk sinusoida. Ada beberapa macam
osilator RC, yaitu jembatan RC, osilator jembatan Wien dan osilator T-kembar.
-
Pada osilator
jembatan RC digunakan R1 = R2 dan C1 = C2. Frekuensi
dapat diubah dengan mengubah R1 dan R2. Faktor kebalikan
untuk keadaan tersebut adalah:
=
=
.........................................................................................................(2.2)
=
.....................................................................................(2.3)
Untuk satuan nilai frekuensi
=
persamaan (2.3) menjadi
=
=
=
........................................................................................................(2.4)
-
Osilator jembatan
Wien. Suatu perbaikan daripada osilator jembatan RC seperti yang baru dibahas
adalah osilator jembatan Wien. Osilator jembatan Wien dapat dikendalikan dengan
menggunakan pengatur penguatan otomatik (Automatic Gain Control – AGC) agar
mempunyai amplitudo yang tetap terhadap waktu.
Suatu masalah yang timbul pada osilator RC adalah
mengenai kemantapan osilator. Suatu osilator dikatakan tak mantap jika
amplitudo isyarat keluaran terus naik sehingga akhirnya tergunting, atau
osilasi tertekan sehingga tak keluar isyarat.
Pembahasan kemantapan osilator memerlukan pengertian
teori kontrol, tetapi disini dapat disimpulkan hal berikut. Jika penguatan
kurang dari 3, osilasi akan mati dan jika lebih dari 3, isyarat keluaran akan
terus membesar sehingga tergunting. Akhirnya keluaran tak lagi berbentuk
sinusoida. Agar penguatan tetap mempunyai nilai Kv = 3 diperlukan
usaha untuk mengatur penguatan secara otomatik.
-
Osilator T- kembar
T- kembar bersifat sebagai
tapis sekat pita yang meneruskan semua nilai frekuensi kecuali dalam suatu pita
frekuensi di sekitar
=
.
Jika R1 = R2 = R, R3 =
, sedang C1 = C2 = C, C3
= 2 secara tepat maka isyarat keluaran vo= 0V. Jika R3
tak tepat sama dengan
terjadilah isyarat keluaran yang kecil, yaitu
<<1. Jika
keadaan setimbang ini terjadi oleh karena R3
, maka pada
frekuensi
=
ada beda fasa sebesar 180o antara
keluran dan masukan.
Osilator LC digunakan
untuk menghasilkan isyarat sinusoida frekuensi rendah, yaitu dibawah 500 KHz.
Osilator LC tidak menggunakan induktor, dan frekuensi dapat diubah dengan
mengatur hambatan suatu potensiometer. Di dalam pasal ini kita akan membahas
osilator LC, dengana osilasi yang diperoleh melalui rangkaian LC paralel.
Osilator LC digunakan untuk memperoleh isyarat sinusoida
dari frekuensi audio hingga frekuensi radio, bahkan sampai frekuensi gelombang
mikro.Bentuk dasar osilator LC balikan dipasang negatif, sehingga penguatan
lingkar tertutup (dengan alikan) Kv, lt adalah :
Kv, lt =
............................................................................................................................(2.5)
Jika isyarat arus ini dipenuhi nilai
,
,
merupakan reaktansi murni yang membentuk
rangkaian resonansi LC paralel, pada keadaan resonansi. Agar balikan terjadi
positif, kita harus mengusahakan agar penguatan ingkar
= 1. (Sutrisno,
1987)
Sebagai
penjelasan terhadap cara kerja suatu rangkaian osilator, akan digunakan teori
perangsangan kejut atau roda gila. Pada suatu rangkaian osilator LC dasar, bila
saklar di tutup dalam waktu yang sangat singkat dan kemudian saklar di buka,
maka elektron-elektron pada baterai mengalir ke bagian atas plat kapasitor dan
mengisi muatan negative dan ditarik dari plat bagian bawah, sehingga membuatnya
bermuatan positif. Induktansi kumparan akan menghambat adanya arus yang
melaluinya pada saat saklar di tutup. Sewaktu saklar terbuka, elektron-elektron
yang tersimpan di plat atas dari kapasitor mulai bergerak kea rah platpositif,
ke bawah melalui kumparan.
Baterai
telah merangsang kejut terhadap rangkaian. Kumparan kapasitor, dan rangkaian
mulai bekerja, dengan memanfaatkan pulsa energi dari baterai sebagai daya
penggerak.
Arus elektron yang mengalir melalui
kumparan menimbulkan suatu medan magnetic yang mengembang kea arah luar,
menginduksikan ggl lawan dalam kumparan yang akan mencegah pengosongan muatan
kapasitor dengan segera.Sewaktu kapasiator mengosongkan muatannya, akan
tercapai suatu titik dimana terdapat jumlah elektron yang sama dikedua plat
kapasitor. Pada keadaaan tanpa ggl pada kumparan tidak akan terdapat arus
didalamnya sehingga tidak akan ada yang menjaga medan disekeliling kumparan.
Medan hilang kembali ke arah dalam, sambil menginduksikan suatu ggl kea rah
bawah dalam kumparan.
Hal
ini akan mendorong elektron bebas di dalam kawat kumparan dan elektron bebas
dari plat atas kapasitor akan mengalir ke bawah melalui kumparan ke plat bawah
kapasitor, sehingga mengisi plat bawah atas kapasitor menjadi bermuatan positif.
Sekarang
kapasitor kembali terisi, dengan polaritas berlawanan, tetapi amplitude
pengisian tetap sama. Keadaan muatan ini sekarang menyebabkan arus dalam
berbalik arah, berayun kembali ke atas melalui kumparan dan mengisi kembali
kapasitor dengan polaritas yang sama seperti semula pada waktu mendapatkan
perangsangan kejut dari baterai. Jadi, telah dihasilkan satu siklus arus dc.
Apabila
di dalam rangkaian tidak terdapat rugi, maka arus ac ini akan terisolasi bolak
balik tanpa batas dengan amplitude tetap siklusnya. Hasilnya akan menyerupai
generator ac. Namun, karena akan selalu terdapat rugi-rugi di dalam
rangkaian,maka setiap setengah siklus berikutnya akan mempunyai amplitudoyang
lebih kecil dari sebelumnya. Semakin kecil resistansi atau rugi-rugi, akan akan
semakin lama arusnya teredam hilang.
Osilator
elektron bolak balik di dalam rangkaian LC dikenal sebagai efek roda gila.
Kebanyakan osilator pembangkit gelombang sinus memanfaatkan efek ini.
Penjelasan perangsangan kejut tadi menganggap bahwa kapasitor menerima pulsa
energi yang asli. Rangkaian LC dapat juga menerima perangsangan kejut dengan
menginduksi pulsa arus kedalam kumparan, yang juga dapat menghasilkan suatu
osilasi ac di dalam rangkaian.
Jika
di analisis, energi elektrostatik di dalam kapasitor secara bergantian akan
diubah menjadi energi elektomagnetik di sekitar kumparan dan kemudian kembali
menjadi energi elektrostatik di dalam kapasitor. Energi di dalam rangkaia LC
berosilasi dari bentuk elektrostatik ke bentuk elektromagnetik. Osilator bunga
api yang pertama kali digunakan dalam komunikasi radio memasang sebuah celah
bunga api yang diserikan dengan rangkaian LC dan kemudian menekan kunci
tegangan ac frekuensi rendah pada kapasitor. Pada waktu ggl mencapai tegangan
yang cukup tinggi untuk mengionisasikan udara diantara kedua elektroda celah
akan terjadi loncayan bunga api, yang memanaskan udara. Udara panas yang
dionisasikan bekerja sebagai konduktor, sehingga muatan yang telah terhimpun di
dalam kapasitor mengalami osilasi teredam atau menghilang pada frekuensi alami
resonansi dari rangkaian LC. Cuk frekuensi radio menghindarkan frekuensi tinggi
kembali kedalam trafo frekuensi daya.
Teori dasar pembangkitan ac gelombang
sinus dengan amplitude dan frekuensi tetap dalam rangkaian osilator transistor
dan tabung hampa dapat di ringkas sebagai berikut ini:
1. Rangkaian
ac tertala di rangsang kejut menjadi berisolasi oleh sembarang tegangan kecil.
2. Tegangan
ac dari rangkaian osilator dikuatkan oleh suatu komponen aktif.
3. Energi
ac yang telah dikuatkan diberikan kembali ke rangkaian penalaan semula dengan
gandengan induktif dan kapasitif.
4. Energi
tersebut dikembalikan dengan fasayang sama untuk membantu energy osilasi di
dalam rangkaian LC dan harus cukup kuat untuk mengatasi semua rugi-rugi
rangkaian LC.
5. Adanya
umpan balik tersebut akan menjaga rangkaian LC yang dirangsang kejut agar terus
berisolasi pada frekuensi resonansinya.
6. Rangkaian
osilator menarik semua energi osilasinya dari catu daya dc pada komponen aktif.
7. Daya
ac yang dihasilkan di dalam rangkaian osilator LC dapat diambil dengan
gandengan kapasitif.
Rangkaian
osilator Amstrong atau osilator umpan balik induktif pada rangkaian prategangan
kebocoran. Bila sakelar ditutup, suatu gejolak elektron mulai mengali melalui
kumparan penggelitik yang menghasilkan suatu medan magnetic yang mengembang
disekelilingnya. Medan tersebut memootong lilitan dari kumparan rangkaian LC,
sehingga menginduksikan tegangan di dalam kumparan tersebut. Tegangan induksi
ini merangsang kejut rangkaian penalaan yang mengawali osilasi pada frekuensi
LC. Pada waktu rangkaian LC mulai berisolasi, tegangan ac yang timbul
didalamnya akan diberikan ke komponen penguatan yang menghasilkan suatu
perubahan dengan amplitude yang relative tinggi pada arus penggelitik.
Adanya pembesaran dan penyusutan
medan magnetic di sekitar kumparan penggelitik akan menginduksikan ac ke dalam
rangkaian LC, sehingga menjaga rangkaian tetap berisolasi. Perhatikan bahwa
kumparan penggelitik dan rangkaian LC membentuk suatu transformator, dengan
kumparan penggelitik sebagai primernya. Semua energy ac dalam angkaian LC
merupakan hasil dari induksi yang berasal dari penggelitik. Bila kumparan
penggelitik digulung dengan arah yang salah, maka tegangan yang diinduksikan ke
dalam rangkaian LC oleh arus kumparan penggelitik akan berlawanan fasa dengan
osilasi di dalam angkaian LC, sehingga rangkaian tidak akan menghasilkan
osilasi bertahan dan tidak akan timbul tegangan ac. Efek umpan balik sefasa
yang mampu menghasilkan osilasi dikenal sebagai regenerasi. Umpan balik yang
berlawanan fasa akan menghalangi osilasi dan dikenal sebagai degenerasi. Jika
ingin membuat agar suatu rangkaian elektronik berisolasi, maka perlu
ditimbulkan regenerasi didalamnya. Namun, jika tidak menginginkan terjadinya
osilasi, maka perlu dilakukan degenerasi pada rangkaian tersebut atau dengan
cara menetralkannya. (Robert L Sharder, 1989)
BAB
III
METODOLOGI
PERCOBAAN
3.1 Peralatan dan Komponen
3.1.1
Peralatan dan Fungsi
1. Penjepit Buaya
Fungsi : sebagai penghubung antara
rangkaian dengan peralatan dan peralatan dengan peralatan.
2. PSA Adjust
Fungsi : sebagai sumber tegangan DC.
3.
Protoboard
Fungsi : sebagai tempat merangkai komponen
sementara.
4. Osiloskop
Fungsi:untuk melihat gelombang keluaran dari rangkaian, dan
sebagai indikator TH1 dan TLow.
5.
Kabel Penghubung
6. Jumper
Fungsi : untuk menghubungkan komponen dengan komponen.
7. Cok sambung
Fungsi : untuk menghubungkan
peralatan ke sumber PLN.
8.
Stopwatch
Fungsi : sebagai penghitung waktu On atau Off LED.
3.1.2 Komponen dan Fungsi
1. Resistor (1M
dan 680K, 150 Ω)
Fungsi : Sebagai pengatur waktu.
2. Resistor
Fungsi
: Sebagai penghambat
tegangan
3. Kapasitor (10
F, 3,30
F)
Fungsi : Sebagai pengatur waktu dan
hambatan pada rangkaian.
3. LED
Fungsi : Sebagai indikator dalam menghitung periode yang
dapat diketahui melalui nyala atau
tidaknya LED.
4. IC Timer
555
Fungsi : Sebagai multivibrator dan dapat
juga untuk membuat modulator lebar
pulsa.
3.2 Prosedur
Percobaan
3.2.1 Menggunakan Osiloskop
1.
Disiapkan peralatan
dan komponen yang akan digunakan
2.
Dirangkai komponen seperti skema pada papan
protoboard
3.
Dihubungkan kaki 4 dan 8 menggunakan jumper
4.
Dihubungkan kaki 4 dan 7 menggunakan jumper
dengan memakai resistor R1(1 MΩ, 1 MΩ,
600 KΩ)
600 KΩ)
5.
Dihubungkan kaki 7 dan 6 menggunakan jumper
dengan memakai resistor R2(1 MΩ, 680 KΩ,
680 KΩ)
680 KΩ)
6.
Dihubungkan kaki 6
dan kaki 2 menggunakan jumper
7.
Dihubungkan kapasitor C1(3,30
F, 10
F) pada kaki 6 ke
ground
8.
Digroundkan kaki IC
Timer 555
9.
Dihubungkan
osiloskop ke sumber PLN
10.
Dikalibrasikan
osiloskop ke saklar ON
11.
Ditunggu selama 30
detik agar osiloskop stabil
12.
Diatur skala AC-DC
pada posisi ground
13.
Ditekan tombol
autosat
14.
Diatur tegangan dan
waktu
15.
Dihubungkan kutub
positif osiloskop ke kaki 3
16.
Dihubungkan kutub
negatif osiloskop ke ground kaki 1
17.
Dilihat output
percobaan pada layar osiloskop yaitu berupa gelombang
18.
Dicatat hasil data
percobaan pada kertas data
19.
Ditekan tombol
osiloskop ke saklar OFF
20.
Diulangi percobaan
dari prosedur no.4 sampai no.15, yaitu dengan mengganti R1(1 MΩ, 1 MΩ,
600 KΩ), R2(1 MΩ, 680 KΩ, 680 KΩ), R3(150 Ω, 150 Ω, 150 Ω),dan C1(3,30 F, 3,30 F , 10
F)
600 KΩ), R2(1 MΩ, 680 KΩ, 680 KΩ), R3(150 Ω, 150 Ω, 150 Ω),dan C1(3,30 F, 3,30 F , 10
F)
3.2.2
Menggunakan PSA Adjust
1.Disiapkan peralatan dan komponen yang akan digunakan
2.Dirangkai komponen seperti skema pada papan protoboard
3. Dihubungkan
kaki 4 dan 8 menggunakan jumper
4. Dihubungkan kaki 4 dan 7 menggunakan jumper dengan
memakai resistor R1(1 MΩ, 1 MΩ,
600 KΩ)
600 KΩ)
5.
Dihubungkan kaki 7
dan 6 menggunakan jumper dengan memakai resistor R2(1 MΩ, 680 KΩ, 680 KΩ)
6.
Dihubungkan kaki 6
dan kaki 2 menggunakan jumper
7.
Dihubungkan kapasitor
C1(3,30
F, 3,30
F, 10
F) pada kaki 6 ke
ground
8.
Dirangkai R3 pada
kaki 3, dan dihubungkan ke LED, kemudian kaki negatif LED digroundkan
9.
Digroundkan kaki IC
Timer 555
10.
Dihubungkan PSA
Adjust ke sumber PLN
11.
Dihidupkan PSA
Ajust
12.
Dihubungkan kutub negatif
PSA Adjust ke ground dengan penjepit buaya
13.
Dihubungkan kutub
positif PSA Adjust menggunakan penjepit buaya diantara kaki 4 dan kaki 8
14.
Dilihat output dari
LED yaitu hidup dan mati
15.
Dihitung waktu TON
LED menyala dan waktu TOFF LEDmati
16.
Dicatat hasil data
percobaan pada kertas data
17.
Dimatikan PSA
Adjust
18. Diulangi percobaan dari prosedur no.4 sampai no.15, yaitu
dengan mengganti R1(1 MΩ, 1 MΩ, 600 KΩ), R2(1 MΩ, 680 KΩ, 680 KΩ), R3(150 Ω,
150 Ω, 150 Ω),dan C1(3,30
F, 3,30
F , 10
F)
BAB IV
ANALISA DATA
4.1
Gambar Percobaan
4.1.1
Menggunakan R3 dan LED
4.2.2 Tanpa Menggunakan R3 dan LED
4.2
Data Percobaan
NO
|
R1(Ω)
|
R2(Ω)
|
R3(Ω)
|
C(F)
|
STOPWATCH
|
|
|
|||||
TON
|
TOH
|
|||||||||||
T1
|
T2
|
T3
|
T1
|
T2
|
T3
|
|||||||
1.
|
1 M
|
1 M
|
150
|
3,30
|
9,27
|
5,56
|
5,11
|
3,00
|
3,52
|
2,76
|
6,64
|
3,09
|
2.
|
1 M
|
680 K
|
150
|
3,30
|
5,70
|
4,35
|
3,12
|
0,43
|
0,47
|
0,56
|
4,39
|
0,48
|
3.
|
600 K
|
680 K
|
150
|
10
|
0,60
|
0,57
|
0,37
|
0,23
|
0,18
|
0,66
|
0,51
|
0,36
|
NO
|
R1(Ω)
|
R2(Ω)
|
R3(Ω)
|
C(F)
|
OSILOSKOP
|
|
|
|
|||||
1.
|
1 M
|
1 M
|
150
|
3,30
|
5,60
|
2,80
|
2.
|
1 M
|
680 K
|
150
|
3,30
|
2,80
|
0,18
|
3.
|
600 K
|
680 K
|
150
|
10
|
0,50
|
0,40
|
Medan,
13 Mei 2013
Asisten Praktikan
(MAISYARAH YUNIAR
RANGKUTI) (RINTO PANGRIB)
4.2.1 Periode Gelombang Osiloskop
-
Untuk R1
= 1M ; R2 = 1M ; C = 3,3
F
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||
|
||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
-
Untuk R1
=1M ; R2 =680K ; C = 3,3
F
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||
|
|||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
-
Untuk R1
=680KK ;
R2 = 680K ; C = 10
F
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||
|
||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4.3
Analisa Data
1.
Menghitung THI dan
TLOW secara teori
A. Menghitung
THI Secara Teori
= Ln 2 (
).C
Menggunakan
stopwatch dan osiloskop:
a. Untuk
=
=
C
3,3 μF
=
F
(6,6)
4,57s
b. Untuk
=
=
C
3,3 μF
=
F
(5,54)
3,84s
c.
Untuk
=
=
C
10 μF =
F
(13,6)
=
9,42 s
B. Menghitung
TLOW secara teori
= Ln 2 (
).C
Menggunakan stopwatch dan osiloskop:
a. Untuk
=
C
3,30 μF
=
F
2,28 s
b.
Untuk
C
3,30 μF
=
F
= 15,5 s
c. Untuk
C
10 μF =
F
= 4,7
s
2.
Menghitung Ralat
Ralat
=
x 100 %
a. Menggunakan
stopwatch:
a. Ralat
=
x 100 %
= 45,29 %
b. Ralat
2 =
x 100 %
= 14,32 %
c. Ralat
3 =
x 100 %
= 94,47 %
b. Menggunakan
osiloskop
a. Ralat
=
x 100 %
= 22,53 %
b. Ralat
2 =
x 100 %
= 27,08 %
c. Ralat
3 =
x 100 %
= 94,69 %
Ralat
=
x 100 %
a. Menggunakan
stopwatch
a. Ralat
1=
x 100 %
= 11,8 %
b. Ralat
2 =
x 100 %
= 96,9 %
c. Ralat
3 =
x 100 %
= 89,14 %
b. Menggunakan
osiloskop
a. Ralat
1=
x 100 %
= 22,80 %
b. Ralat
2 =
x 100 %
= 98,83 %
c. Ralat
3 =
x 100 %
= 91,48 %
3.
Menghitung periode (T)
secara teori dan praktek
a.
Secara teori
T
=
-
T =
=
4,57 s + 2,28 s
=
6,85 s
-
T =
= 3,84 s + 15,5 s
= 19,34 s
-
T =
=
9,42 s + 4,7 s
= 14,42 s
b. Secara
praktek
1. Menggunakan
stopwatch
T
=
-
T =
=
6,64 s + 3,09 s
=
9,73 s
-
T =
= 4,39 s + 0,48 s
= 4,87 s
-
T =
=
0,51 s + 0,36 s
= 0,87 s
2. Menggunakan
osiloskop
T
=
-
T =
=
5,60 s + 2,80 s
=
8,40 s
-
T =
= 2,8
s + 0,18 s
= 2,98 s
-
T =
=
0,50 s + 0,40 s
= 0,90 s
4.
Menghitung frekuensi
(F) secara teori dan praktek
F
=
T
=
a. Secara
teori
-
F =
=
= 0,14 Hz
-
F =
=
= 0,05
Hz
-
F =
=
= 0,07 Hz
b. Secara
praktek
Menggunakan stopwatch:
-
F =
=
=
0,1 Hz
-
F =
=
=
0,2 Hz
-
F =
=
=
1,15 Hz
Menggunakan osiloskop
-
F =
=
=
1,12 Hz
-
F =
=
=
0,33 Hz
-
F =
=
=
1,1 Hz
5.
Menghitung D.C (Duty
Cycle) secara teori dan praktek
DC =
a. Secara
teori
-
DC1 =
=
1,99
-
DC2 =
=
0,33
-
DC3 =
=
1,99
b. Secara
praktek
Menggunakan stopwatch
-
DC1 =
=
1,87
-
DC2 =
=
1,12
-
DC3 =
=
3,4
Menggunakan
osiloskop
-
DC1 =
= 2
-
DC2 =
= 1,068
-
DC3 =
= 5
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
1.
Perbedaan antara
multivibrator monostabil dan stabil adalah
- Multivibrator monostabil
Mula – mula, timer 555
mempunyai tegangan keluaran rendah yang tidak dapat ditentukan. Saat timer 555
menerima trigger pada titik A, tegangan keluaran akan berubah dari rendah ke
tinggi. Keluaran tetap akan tinggi untuk sementara waktu, dan akan kembali ke
keadaan rendah setelah waktu tunda W. Keluaran akan tetap pada kondisi rendah
sampai terdapat trigger berikutnya.
- Multivibrator stabil
Timer 555 dapat juga
dihubungkan untuk bekerja sebagai multivibrator astabil. Saat digunakan pada
mode ini, timer 555 tidak mempunyai keadaan stabil, yang berarti bahwa tidak
mempunyai keadaan tetap untuk jangka waktu yang tidak tentu. Karena tidak ada
masukkan trigger maka hasil sinyal keluarannya adalah rektangular.
2.
Prinsip kerja dari
osilator adalah apabila untuk pertama kalinya daya dihidupkan, transistor akan mati sampai tegangan naik
sedikit diatas 0.6 V. Transistor mulai menghantar dan arus kolektor mengalir
melalui lilitan primer transformator. Karena ada umpanbalik positif, memaksa
transistor menghantar lebih lanjut. Dengan cepat sekali transistor hidup dan
jenuh, tegangan kolektornya jatuh sampai sekitar 0.1 V (VCE(sat)).
Setelah berlangsung sebentar, arus kolektor berhenti berubah, disebabkan oleh
penguatan transistor atau kejenuhan transformator. Transistor mulai mati dengan
tegangan kolektornya naik menuju +VCC. Umpanbalik dengan cepat
mematikan transistor dan gelombang basis menuju negatif, tegangan puncak yang
membentangi kondensator kira-kira nVCC.
Transistor masih tetap mati sementara kondensator mengisi muatan secara eksponensial melalui resistor. Sebuah diode dipasang membentangi primer transformator
untuk menindas gaya elektromotif lawan yang ditimbulkan ketika transistor mulai mati.
3.
Aplikasi dari
osilator adalah pada motor listrik, lampu flip flop, dan lain-lalin.
4.
Kegunaan dari
osilator adalah osilator digunakan untuk menghasilkan isyarat
horizontal dan vertikal untuk mengontrol berkas elektron pada pesawat TV. Masih
banyak lagi penerapan rangkaian ini pada sistem lain seperti kalkulator, dan
komputer.Bentuk isyarat tegangan
terhadap waktu ada bermacam – macam, yaitu bentuk sinusoida, persegi, segitiga,
gigi gergaji, atau denyut.
5.2
Saran
1. Sebaiknya praktikan lebbih tepat dan teliti saat
menggunakan stopwatch ketika menghitung waktu
on dan off
on dan off
2. Sebaiknya praktikan lebih
teliti dalam menghitung garis pada osiloskop sebagai penanda waktu
3. Sebaiknya praktikan mengetahui kaki-kaki IC timer 555
4. Sebaiknya praktikan mengetahui cara merangkai komponen
pada protoboard
5. Sebaiknya praktikan mengetahui cara pembacaan warna
cincin resistor
DAFTAR
PUSTAKA
Nelkon, M. dan H.I.Humpreys. 1981. ELECTRONICS
AND RADIO
PRINCIPLES.London:
Heinemann
Educational Book.
Educational Book.
Pages :
99-101.
Shrader, Robert L. 1989. KOMUNIKASI ELEKTRONIKA. Jilid I. Edisis
kelima. Erlangga : Jakarta.
Halaman : 231-234.
Sutrisno. 1987. ELEKTRONIKA TEORI DAN PENERAPANNYA. Bandung : ITB Press.
Halaman:153-160.
Medan, 13
Mei 2013
Asisten
Praktikan
(MAISYARAH YUNIAR RANGKUTI)
(RINTO
PANGRIB)
No comments:
Post a Comment